Elang Jawa (Nisaetus
bartelsi) merupakan salah satu jenis burung pemangsa (raptor) yang
memiliki peranan penting dalam suatu ekosistem (Prawiradilaga 1999). Posisinya
sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) membuat burung ini
memiliki pengaruh yang besar terhadap keseimbangan ekosistem. Pada tahun 1992
Elang Jawa ditetapkan sebagai raptor langka nasional Indonesia dan
menjadi lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu sebagai Garuda
Indonesia (KEPRES No 4/1993). Namun, populasi Elang Jawa semakin berkurang
menjadi ancaman besar terhadap kelangsungan kelestariannya. Populasi Elang Jawa
yang tersisa di seluruh Pulau Jawa diprediksi sekitar 325 pasang pada tahun
2008 (Syartinilia et al. 2009).
Rakhman (2012)
mengidentifikasi sekitar 110 pasang Elang Jawa berkurang di alam dalam kurun
waktu lima tahun (2004-2010). Hal ini berarti bahwa sekitar 22 pasang Elang
Jawa berkurang setiap tahunnya. Kelangkaan Elang Jawa ini sudah tercatat pada
Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature)
dengan keterancaman endangered (genting). Faktor yang mempengaruhi
status genting ini adalah ukuran populasi Elang Jawa yang semakin kecil,
habitat Elang Jawa yang semakin berkurang, fragmentasi hutan, dan perburuan
Elang Jawa secara ilegal (Birdlife International 2001). Oleh karena itu,
Elang Jawa menjadi salah satu dari 25 spesies satwa prioritas utama untuk
ditingkatkan populasinya sebesar 10% pada tahun 2015-2019 sesuai dengan kondisi
biologis dan ketersediaan habitatnya (SK Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam No. 200/IV/KKH/2015).
Kegiatan
konservasinya juga sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.58/Menhut-II/2013 tentang Strategi dan Rencana Konservasi
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) tahun 2013-2022. Persebaran Elang Jawa endemik
di Pulau Jawa, mencakup wilayah dekat pantai sampai ke hutan pegunungan bawah
dan atas pada ketinggian 2200 m dpl. Wilayah dekat pantai meliputi Taman
Nasional Ujung Kulon di Banten dan Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur
(van-Balen et al. 1999). Habitat Elang Jawa meliputi wilayah
hutan primer serta bukit berhutan, tepatnya pada peralihan dataran rendah
dengan daerah pegunungan. Pada beberapa tempat ditemukan Elang Jawa yang
menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, tetapi
letaknya masih berdekatan dengan hutan primer (Rov et al. 1997).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syartinilia dan Tsuyuki (2008),
habitat Elang Jawa dipengaruhi oleh kemiringan lahan, elevasi, dan NDVI (Normalized
Difference Vegatation Index). Elang Jawa umumnya ditemukan di daerah
berbukit dan pegunungan (di atas 1 200 m dpl) dengan keberadaan hutan alam yang
masih tersisa. Elang Jawa menyukai pohon yang menjulang tinggi yang dapat
digunakan untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Rakhman (2012)
mengidentifikasi bahwa keberadaan sarang Elang Jawa paling banyak ditemukan
pada ketinggian 500 – 2 000 m dpl dan berada di kawasan Jawa Barat. Jawa Barat
memiliki kawasan ekosistem hutan primer yang cukup banyak sehingga sesuai untuk
habitat Elang Jawa (Dephut 2007).
Labels:
Elang Jawa
Thanks for reading Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) . Please share...!
0 Comment for "Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) "