Kopi luwak menjadi lebih istimewa karena luwak
mencari buah kopi yang 90% matang. Luwak tidak melihat warna, tetapi
menggunakan daya penciuman yang tajam dan selalu mencari kopi pada malam hari.
Pada kondisi alam, satu pohon kopi hanya 1-2 butir buah yang dimakan, dengan
begitu buah kopi yang 7 dimakan oleh luwak adalah kopi dengan nilai kematangan
tertinggi, yang tentunya amat berpengaruh pada rasa kopi.
Buah kopi yang biasa dikonsumsi oleh luwak
adalah buah kopi dengan tingkat kematangan optimum dan berwarna merah cerah
yaitu setelah keluar bunga 6 sampai 8 bulan. Pada musim panen kopi, luwak dapat
menghabiskan 2- 3 kg buah kopi segar per hari. Buah kopi yang dimakan mengalami
proses fermentasi selama 12 jam dalam sistem pencernaan luwak. Biji kopi yang
tidak dapat dicerna kemudian keluar bersama feces pada proses ekskresi. Feces
yang keluar dari perut luwak kemudian dipanen dan segera dikeringkan dengan
sinar matahari.
Diketahui juga bahwa binatang luwak tidak
hanya mengkonsumsi kopi, tetapi juga diberikan makanan yang lain seperti buah
pisang, buah pepaya, tulang ayam, campuran nasi dan daging ayam, ikan sarden serta
susu. Makanan tersebut diberikan hanya pada pagi dan siang hari, sedangkan
malam hari hanya diberikan buah kopi. Tingkat konsumsi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi produksi kopi luwak Arabika. Semakin banyak kopi yang
dikonsumsi luwak, maka semakin besar kemungkinan memproduksi kopi luwak lebih
banyak.
Kegiatan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan konsumsi kopi Arabika oleh musang luwak adalah dengan
memberikan pakan yang memiliki kecernaan rendah dan tidak memenuhi ruang dalam
lambung. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa bahan makanan yang voluminous dengan
kecernaan rendah akan mengurangi konsumsi sehingga tidak ada ruang di lambung
untuk memasukkan bahan makanan yang baru. Rata-rata kopi Arabika yang
dikonsumsi satu ekor musang luwak tanpa melihat jenis kelamin adalah sebanyak
300 g/individu/hari atau setara 200 g biji kopi kering (Rahardjo 2013).
Hasil analisa protein, lemak, abu dan
karbohidrat pada buah dan biji kopi biasa serta biji kopi luwak menunjukkan
hasil yang berbeda nyata. Demikian halnya kadar gula total pada biji kopi merah
segar meningkat dibandingkan buah kopi hijau segar. Kadar gula akan meningkat
dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan adanya
rasa manis. Hasil dari proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam-asam
lain yaitu etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan memberikan onion
flavour. Kadar gula dan protein ini akan berpengaruh pada saat proses roasting
atau penyangraian yaitu akan menyebabkan perubahan warna coklat dan pembentukan
senyawa volatil atau flavour. Hasil analisis warna diketahui bahwa notasi biji
kopi segar memiliki nilai lebih tinggi daripada biji kopi luwak yang artinya
memiliki tingkat kecerahan yang lebih tinggi daripada biji kopi luwak. Proses
di dalam pencernaan luwak menyebabkan terjadinya perubahan warna biji kopi
menjadi lebih gelap (Hadipernata dan Nugraha 2012).
Download Full Article (click
here)
0 Comment for "Kriteria Buah Kopi Makanan Luwak "