Bahan pakan lokal yang biasa dipergunakan dalam ransum
unggas di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tepung Bulu
Bulu ayam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan
alternatif pengganti sumber protein konvensional seperti bungkil kedele dan
tepung ikan. Bulu-bulu itu dapat pula dimanfaatkan untuk makanan ternak
(ruminansia dan non ruminansia). Bulu ayam mengandung protein kasar yang cukup tinggi, yakni
80-91% dari bahan kering melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5%
dan tepung ikan 66,2%, kandungan protein kasar yang tinggi tersebut tidak
diikuti dengan nilai biologis yang tinggi karena penggunaan tepung
bulu ayam dalam ransum untuk ternak adalah rendahnya daya cerna protein bulu.
Hal tersebut disebabkan sebagian besar kandungan protein kasar berbentuk
keratin(Supratman, 2010).
Dalam saluran
pencernaan, keratin tidak dapat dirombak menjadi protein tercerna sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak. Agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan, bulu ayam harus diberi perlakuan, dengan memecah ikatan sulfur dari
sistin dalam bulu ayam tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sentuhan
teknologi, agar kualitas protein tercerna bulu ayam dapat ditingkatkan (Supratman, 2010).
2. Tepung Daun Gamal
Pemanfaatan daun gamal sebagai pakan
ternak oleh petani ternak di pedesaan merupakan suatu solusi menuju pola
pemeliharaan ternak secara intensif. Hal
tersebut karena keberadaan tanaman gamal selain sebagai
pelindung tanaman kakao juga sebagai pagar dilahan tanah para petani. Daun gamal sangat
menunjang usaha beternak karena jumlahnya yang berlimpah. Unsur nutrisi daun gamal yaitu bahan kering
90,5%, serat kasar 24%, protein 23,62%, kadar abu 9,81%, Ca 2,35% (Kaso, 2009).
3. Tepung Daun Lamtoro
Tepung daun lamtoro sebagai bahan baku pakan ternak unggas
sudah lama dikenal sebagai satu campuran pakan ternak, terutama kadar
proteinnya yang tinggi. Namun, daun
lamtoro umumnya masih belum bebas dari zat mimosin dan bersifat racun yang
menyebabkan bulu ternak rontok, sehingga penggunaannya terbatas sekitar 2% sampai
dengan 5%. Kandungan nutrisi dari tepung
daun lamtoro yaitu protein 23,2%, lemak 2,4%, serat kasar 20,1%, energi
metabolisme 1140 kkal/kg (Murtidjo, 1987).
4. Tepung Eceng Gondok
Pemanfaatan tepung eceng gondok sebagai bahan makanan ternak
adalah merupakan salah satu upaya pengendalian tanaman pengganggu (gulma). Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa eceng
gondok sebagaimana tumbuhan lainnya merupakan bahan organik yang cukup
mengandung zat-zat makanan. Kandungan
protein eceng gondok sebesar 11,95% namun karena tingginya serat kasar yang
dikandung maka pemanfaatannya untuk ternak non ruminansia sangat dibatasi. Penggunaan eceng gondok sebagai pakan ternak umumnya dalam
bentuk segar atau dimasak dalam campuran bahan makanan lain, dipotong-potong
terlebih dahulu. Sedangkan eceng gondok
dalam bentuk tepung sangat menguntungkan dalam pemanfaatan sebagai pakan ternak
karena pemberiannya mudah dan tahan lama dalam penyimpanan yang kering
(Soedarmono, 1983).
Daftar Pustaka
Kaso,
N.N. 2009. Peningkatan Produktivitas Ternak Melalui
Pemberian Gamal dan Suplementasi Blok Multinutrisi. http://74.125.153.132/search?q=
cache:iTStaXT3BHkJ:lolitsapi.litbang.deptan.go.id/eng/images/dokumen/mjlh10.pdf+kandungan+nutrisi+daun+gamal&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a.
25 Maret 2010.
Soedarmono,
1983. Pemanfaatan eceng
gondok sebagai makanan
ternak omnivora. Prosiding. Seminar Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Supratman,
W.S. 2010. Potensi Limbah Bulu Unggas
sebagai Pakan Ternak. htt p://uripsantoso.wordpress.com/2010/01/05/potensi-limbah-bulu-unggas-sebagai-pakan-ternak/. 23 Maret 2010
Labels:
Bahan Pakan,
Pakan Alternative,
Pakan Lokal
Thanks for reading Bahan Pakan Lokal untuk Ransum Ayam Pedaging dan Petelur. Please share...!
0 Comment for "Bahan Pakan Lokal untuk Ransum Ayam Pedaging dan Petelur"