Ayam
Pelung adalah ayam asli Indonesia, yang merupakan khas Cianjur, Jawa Barat.
Ayam Pelung lebih populer sebagai ayam penyanyi karena memiliki suara kokok
yang merdu (Nataamijaya et al., 2003). Nataamijaya et al. (2003)
juga menambahkan bahwa ayam Pelung juga memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan sebagai ayam pedaging karena ayam ini digolongkan ke dalam tipe
berat dengan bobot badan dewasa umur 52 minggu mencapai 3.514,20±210,31 g pada
jantan dan 2.047,30±176,48 g pada betina.
Ayam
Pelung memiliki postur tubuh tinggi dan tegap, yang berukuran jauh lebih besar
dibandingkan dengan ayam Kampung. Penampilan ayam Pelung tenang dan anggun,
leher, paha dan kaki tungkai ayam Pelung relatif lebih panjang dibandingkan
dengan ayam Kampung. Ayam Pelung memiliki pola warna bulu yang bervariasi yaitu
kombinasi antara warna hitam, coklat kuning, merah dan putih (Nataamijaya,
2005). Sulandari et al. (2007) menambahkan bahwa bulu punggung dan ekor
dominan berwarna merah, hitam dan kehijauan dimiliki oleh ayam Pelung jantan;
sedangkan pada ayam Pelung betina, warna hitam serta tipe liar ditemukan lebih
dominan. Warna bulu ini diwariskan dari nenek moyangnya, yaitu ayam Kampung.
Ayam Pelung adalah hasil proses seleksi jangka panjang ayam Kampung yang
merupakan keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus).
Ayam Pelung Hitam |
Noor
(2004) mendefinisikan bahwa seleksi adalah proses membiarkan individu-individu
yang memiliki gen-gen terbaik untuk bereproduksi, sedangkan ternak lain yang
tidak diberikan kesempatan bereproduksi sehingga generasi berikutnya memiliki
gen-gen yang lebih diinginkan. Dijelaskan oleh Noor (2004), seleksi dibagi
menjadi dua macam, yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam
mengandalkan kemampuan adaptasi ternak terhadap lingkungan untuk bertahan
(survive) dan menghasilkan keturunan, sedangkan pada seleksi buatan, manusia
sangat dominan dalam menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan
sifat-sifat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.
Ayam
Pelung merupakan hasil seleksi dari ayam Kampung oleh manusia untuk
menghasilkan ayam-ayam yang memiliki suara kokok yang merdu. Rusdin (2007)
menjelaskan bahwa warna bulu yang banyak dianggap sebagai ayam Pelung jantan
yang asli oleh sebagian besar peternak adalah warna bulu merah, hitam atau
kombinasi dari warna merah, hitam dan kuning, kombinasi warna hitam dan hijau
(jalak), perpaduan warna bulu merah, putih, dan sedikit hitam (carambang),
sedangkan warna lurik dan putih dianggap sebagai warna yang tidak umum atau
jarang ditemukan pada ayam Pelung. Warna bulu pada betina ayam Pelung lebih
beragam, namun pada umumnya Pelung betina memiliki warna hitam polos, hitam
dengan bulu leher bergaris kuning, hitam dengan bulu leher bergaris putih atau
hijau, coklat muda yang disebut kondang, coklat bergaris kuning dan
campuran antara warna hitam dan putih yang disebut brontok. Ciri-ciri
lain ayam Pelung adalah memiliki kepala berbentuk oval, jantan memiliki jengger
tunggal (serrated single comb), bergerigi pada bagian atas, berukuran besar dan
berwarna merah, cuping telinga berwarna merah dan ditemukan warna putih pada bagian
tengah (Nataamijaya, 2003).
Ayam
Pelung memiliki shank dominan yang berwarna hitam, abu-abu kehijauan
(willow) tetapi ditemukan juga yang berwarna putih kekuningan (Sulandari et
al., 2007). Ayam Pelung pada umumnya dipelihara secara intensif oleh para
peternak dalam jumlah yang terbatas untuk mendapatkan ayam-ayam jantan
penyanyi. Produksi telur Ayam Pelung 39-68 butir/tahun dengan bobot 40-50
g/butir. Ayam Pelung mulai bertelur pada umur antara 6-7 bulan (Iskandar dan
Saepudin, 2004).
Ayam
Pelung merupakan ayam penyanyi dengan karakter suara yang dihasilkan memiliki
irama indah dan khas dan volume yang besar dan bervariasi. Jatmiko (2001)
menjelaskan bahwa suara ayam Pelung yang merdu memiliki ciri khas yaitu sari
atau melung, yaitu suara depan yang jelas, suara tengah yang besar
dan suara belakang yang lunyu (meluncur) yang secara keseluruhan
merupakan suatu perpaduan yang serasi.
Daftar
Pustaka
Iskandar,
S dan Y. Saepudin. 2004. Ayam Pelung, karakter dan manfaat.
http://www.balitnak.litbang.deptan.go.id. mod.php.htm. [20 Desember 2004]
Jatmiko.
2001. Studi fenotipe ayam Pelung untuk seleksi tipe ayam penyanyi. Tesis.
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nataamijaya,
A. G. 2005. Karakterisktik penampilan pola warna bulu, kulit, sisik kaki dan
paruh ayam Pelung di Garut dan ayam Sentul di Ciamis. Laporan Kegiatan. Balai
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Nataamijaya.
A. G., A. R. Setioko, B. Brahmantiyo dan K. Diwyanto. 2003. Performans dan
karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab, dan Sentul). Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Hal: 353-359.
Noor,
R. R. 2004. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rusdin,
M. 2007. Analisis fenotipe, genotipe dan suara ayam Pelung di Kabupaten
Cianjur. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sulandari,
S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E.
Sudjana, S. Darana, I. Setiawan dan D. Garnida. 2007. Sumberdaya genetik ayam
lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal 50 Indonesia:
Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Jakarta. Hal : 45-67.
1 Comment for "Ayam Pelung"