Ayam Kampung paling banyak menyebar di Indonesia. Ayam
ini disukai masyarakat karena kualitas daging dan telur yang baik. Ayam Kampung
banyak dipelihara secara tradisional atau ekstensif di pekarangan atau
dibiarkan bebas (Nataamijaya, 2000) dan mudah ditemukan di desa-desa hampir di
seluruh wilayah Indonesia (Sulandari et al., 2007). Mansjoer (1985)
menyatakan bahwa nenek moyang ayam Kampung adalah ayam hutan merah (Gallus
gallus). Dilaporkan bahwa jarak genetik antara ayam Kampung dengan ayam
hutan merah (Gallus gallus) lebih dekat dibandingkan dengan ayam hutan
hijau (Gallus varius). Berdasarkan hasil penelitian Sartika et al. (2004),
ayam Kampung dan ayam Sentul mempunyai hubungan kekerabatan yang paling dekat
(satu kelompok) kemudian diikuti oleh ayam Kedu Hitam dan ayam Pelung.
Ayam Kampung memiliki keragaman fenotip dan genotip
yang cukup tinggi. Secara umum, ciri-ciri ayam Kampung adalah memiliki tubuh
yang ramping, kaki panjang dan warna bulu beragam. Bobot badan dewasa ayam
Kampung adalah 1,5-1,8 kg pada jantan dan 1,0-1,4 kg pada betina (Sulandari et
al., 2007). Sistem pemeliharaan sangat mempengaruhi produksi telur ayam
Kampung. Tabel menyajikan performa produksi Ayam Kampung dengan tiga sistem
pemeliharaan yang berbeda.
Tabel. Performa Produksi Ayam Kampung dengan Tiga
Sistem Pemeliharaan yang Berbeda (Ekstensif, Semi Imtensif dan Intensif)
|
Sistem pemeliharaan
|
||
Ekstensif
|
Semi Intensif
|
Intensif
|
|
Produksi telur (butir/induk/tahun)
|
47
|
59
|
146
|
Produksi telur (%)
|
13
|
29
|
40
|
Daya tetas (%)
|
74
|
79
|
84
|
Bobot telur (g/butir)
|
39-48
|
39-48
|
39-43
|
Konsumsi pakan (g/ekor/hari)
|
<60 o:p="">60>
|
60-68
80-100
Konversi pakan
>10
8-10
4,9-6,4
Ayam Kampung memiliki karakteristik sifat kualitatif
yang beragam pada warna bulu, shank, bentuk jengger dan cuping telinga.
Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa sifat fenotip dan genotip ayam
Kampung masih sangat bervariasi. Sifat-sifat kualitatif seperti warna bulu
sangat beragam, warna bulu hitam disandikan dengan EE, Ee dan Ee+; tipe liar
dengan e+e+ dan e+e; pola bulu kolumbian dengan ee; bulu putih dengan II
dan Ii serta warna bulu lurik atau barred dengan ZBZB dan ZBW. Warna shank
dibedakan menjadi warna putih/kuning yang disandikan dengan ZIdZId atau ZIdZid dan ZIdW dan warna shank
hitam atau kehijauan dengan ZidZid dan ZidW. Bentuk jengger tunggal atau single disandikan
dengan pprr; rose dengan ppR-; kapri atau pea dengan P-rr atau walnut
dengan P-R-. Berdasarkan penelitan Nishida et al. (1980), ayam
Kampung yang menyebar di Indonesia, memiliki bentuk jengger pea atau kapri.
Rasyaf (1990) memberikan gambaran bahwa bulu ekor ayam Kampung sama panjang
dengan panjang tubuhnya dan berpenampilan gagah, sedangkan betina memiliki bulu
ekor yang lebih pendek dari panjang tubuh dengan ukuran badan dan kepala yang
lebih kecil. Nishida et al. (1982) telah melakukan pengukuran terhadap
bagian-bagian tubuh ayam dan menyatakan bahwa tinggi jengger dan panjang sayap
dapat digunakan sebagai penciri ukuran tubuh ayam Kampung, yang menunjukkan
bahwa ditemukan hubungan antara ukuran tinggi jengger dan panjang sayap
terhadap skor ukuran tubuh ayam Kampung.
Daftar Pustaka
Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta
persilangannya dengan Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nataamijaya, A. G. 2000. The native chicken of Indonesia. Bulletin Plasma
Nutfah VI (1): 1-6.
Nishida, T., K. Nozawa, K. Kondo, S.S. Mansjoer dan H. Martojo. 1980.
Morphological and genetical studies on the Indonesian native fowl. The origin
and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas
Scientific Survey. Page: 47-70.
Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi and S.S. Mansjoer.
1982. Body measurement and analysis of external genetic characters of
Indonesian native fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native
Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 73-83.
Rasyaf, M. 1990. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sartika, T., S. Iskandar, L. H. Prasetyo, H. Takahashi, dan M. Mitsuru.
2004. Karakteristik genetik ayam Kampung, Pelung, Sentul dan Kedu Hitam dengan
menggunakan penanda DNA mikrosatelit: I. Grup pemetaan pada makro kromosom. J.
Ilmu Ternak dan Veteriner. 9 (2) : 81-86.
Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T.
Widjastuti, E. Sudjana, S. Darana, I. Setiawan dan D. Garnida. 2007. Sumberdaya
genetik ayam lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal
50 Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal : 45-67.
Labels:
Ayam Kampung
Thanks for reading Ayam Kampung. Please share...!
0 Comment for "Ayam Kampung"