Stres adalah
suatu keadaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor lingkungan atau
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi daya penyesuaian diri dari seekor hewan
melebihi batas-batas daya normalnya, atau mengganggu fungsi-fungsi normal
hewan hingga ke batas harapan untuk dapat bertahan secara jelas-jelas berkurang.
Lingkungan perairan dan ketidakmampuan ikan sebagai hewan poikilotermik
(yang suhunya bergantung pada suhu lingkungan, ini sedikit di atas atau
di bawah) untuk mengatur suhu badannya, telah merubah dan menyesuaikan anatomi
dan fisiologi dari ikan. Rantai kejadian sebagai akibat dari setiap perubahan
patologis, seperti infeksi oleh mikroba, kerusakan-kerusakan oleh trauma
atau defisiensi nutrisipun sangat dipengaruhi oleh kedua faktor di atas. Pengaruh
faktor-faktor stres lebih jelas terlihat pada penyakit ikan dari pada penyakit-penyakit
pada spesies hewan lainnya (Nabib dan Pasaribu 1989).
Tanda-tanda
penyesuaian umum (General Adaptation Syndrome = GAS) yang terjadi
tidaklah spesifik secara fisiologik dan biokemik, serta umumnya berjalan dalam
tiga fase yaitu reaksi permulaan (alarm reaction), masa bertahan (stage
of resistance), dimana hewan berusaha menyesuaikan diri untuk tetap mempertahankan
keseimbangan fisiologis (homeostatis) di dalam keadaankeadaan lingkungan
yang berubah, dan masa kehabisan daya (exhaution), dimana usaha-usaha
adaptasi terhenti dan homeostatispun tidak tercapai (Nabib dan Pasaribu
1989).
Kejadian-kejadian
yang timbul pada GAS dikendalikan oleh sistem hormonal dan syaraf. Pengeluaran
dari hormon-hormon adenocorticotropic (ACTH) dan corticostreroid menyebabkan
retensi ion Na+
dan
Cl– sedang ion K+ dikeluarkan,
maka ada penambahan dalam kadar glukosa darah dan metabolisme nitrogen, sedang
kelenjar thyroid distimulasi dan pengeluaran thyroxinnya bertambah,
dalam darah terjadi lymphocitemia dan neurophilia. Kemudian
sistem syaraf simpatik bereaksi secara berlebihan, yang menyebabkan kontraksi
limpa, meningkatkan pernafasan dan kenaikan tekanan darah. Sebagian besar dari
efekefek ini telah dilaporkan juga pada ikan, meskipun mekanisme pengaturannya belum
diketahui benar (Nabib dan Pasaribu 1989).
Stres yang
terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut.
Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal
atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan atau transportasi ikanikan yang
dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan
mengalami shock, berhenti makan dan mengalami perlemahan daya tahan
terhadap penyakit. Kepadatan ikan yang melibihi daya dukung perairan (carrying
capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut
menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amonia akan meningkat sehingga
dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit
(Nabib dan Pasaribu 1989).
Tingkat stres
yang terjadi pada ikan juga berbeda-beda. Kajian yang lebih mendalam
menunjukkan tingkatan stres yang terjadi pada ikan dapat ditelusuri dengan
kandungan kortisol. Banyak hal berkenaan dengan kortisol selama
proses metabolisme, misalnya saat starvasi (puasa), osmoregulasi, pengerahan
simpanan energi untuk migrasi, proses pematangan gonad, pemijahan dan selama
stress yang dialami oleh ikan itu sendiri (Van Ginneken et al. 1997). Pada
saat ditransportasikan, ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas
biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah sehingga
kemungkinan terjadinya stress pada ikan dapat dicegah. Penggunaan transportasi
sistem kering merupakan salah satu cara yang efektif untuk untuk mengkondisikan
ikan dalam keadaan aktivitas biologis yang rendah. Untuk menurunkan aktivitas
biologis ikan dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah dan menggunakan
bahan metabolik atau anestetikum (Wibowo 2001).
Anestesi
diperlukan untuk ikan dalam sistem transportasi, kegiatan penelitian, diagnosa
penyakit, penandaan ikan pada bagian kulit atau insang, pengambilan sampel
darah dan proses pembedahan. Pada kegiatan penelitian, anestesi bertujuan untuk
menurunkan seluruh aktivitas ikan untuk menghindari stress. Ikan dapat menyerap
bahan anestesi melalui jaringan otot, saluran pencernaan dengan cara injeksi
atau melalui insang. Anestesi melalui insang adalah cara yang ideal karena
konsentrasi bahan anestesi yang digunakan dapat dikontrol dan stress dapat
diminimalkan. Salinitas, suhu, pH, dan oksigen harus diperhitungkan dalam
penggunaan bahan anestesi karena faktor-faktor ini dapat mempengaruhi aktivitas
bahan anestesi, kecepatan metabolisme ikan, dan kemampuan ikan untuk menyerap
bahan anestesi (Gunn 2000).
Labels:
Perikanan,
Tingkah Laku Ternak
Thanks for reading Kegunaan Anestesi dalam Menanggulangi Stres pada Ikan. Please share...!
0 Comment for "Kegunaan Anestesi dalam Menanggulangi Stres pada Ikan"