Suhu
Suhu merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan.
Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu
kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami
perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari
permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan
kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota
perairan, terutama dalam proses metabolisme (Silalahi, 2009).
Suhu sangat mempengaruhi nafsu
makan ikan sehingga berpengaruh terhadap metabolisme pertumbuhan. Kenaikan suhu
yang masih dapat diterima ikan, akan diikuti kenaikan derajat metabolisme dan
selanjutnya kebutuhan oksigen akan naik pula. Hal ini sesuai dengan hukum Van
Hoff yang menyatakan bahwa untuk setiap perubahan kimiawi, kecepatan reaksinya
naik dua sampai tiga kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10o C. Namun,
kenaikan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga
keberadaan oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme
akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga
menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Effendi,
2003).
Oksigen Terlarut (DO)
Pengaruh oksigen terlarut
terhadap fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi.
Konsentrasi oksigen terlarut hanya berpengaruh secara nyata terhadap organisme
air yang memang mutlak membutuhkan oksigen terlarut untuk respirasinya.
Konsumsi oksigen bagi organisme air berfluktuasi mengikuti proses-proses hidup
yang dilaluinya. Pada umumnya konsumsi oksigen bagi organisme air ini akan
mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi berlangsung. Konsumsi oksigen juga
dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen terlarut itu sendiri (Barus,
2004).
Tingkat konsumsi oksigen
organisme air sangat bergantung pada suhu, bobot tubuh, fitoplankton, dan
bakteri yang ada di dalam perairan. Akumulasi buangan padat akan meningkatkan
biomasa bakteri heterotrofik, sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen. Kadar
oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan organisme akuatik adalah lebih
dari 3.5 mg/liter, sedangkan konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 1.5
mg/liter dalam jangka waktu yang lama dapat bersifat lethal bagi organisme
akuatik. (Effendi, 2003).
Derajat Keasaman (pH)
pH adalah banyaknya ion
hidrogen yang terkandung di dalam air. Tinggi rendahnya pH air sangat
ditentukan oleh konsentrasi H+ yang terdapat dalam perairan. Setiap organisme
mempunyai pH optimum untuk kehidupannya. Nilai pH perairan merupakan salah satu
faktor lingkungan yang berhubungan dengan susunan spesies dari ikan (Radhiyufa,
2011).
Keasaman air (pH) mempengaruhi
tingkat kesuburan perairan. Perairan yang terlalu asam akan kurang produktif.
Pada perairan yang banyak sampah ogranik terkomposisi dapat ditemukan pH
rendah.Kehidupan hewan akuatik semakin terganggu apabila pH air makin jauh dari
titik normal. Sebagian besar organisme air bisa beradaptasi dengan nilai pH
yang bervariasi namun tidak mudah bertahan dengan perubahan secara tiba-tiba
dengan variasi yang besar (Yumame, dkk., 2013).
0 Comment for "Parameter Kualitas Air untuk Usaha Kolam Ikan "