Definisi penangkaran menurut PP No 8
tahun 1999, adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran
tumbuhan dan satwaliar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.
Penangkaran satwaliar merupakan salah satu program pelestarian dan pemanfaatan
untuk tujuan konservasi dan ekonomi (Takandjandji 2009). Pemanfaatan rusa
sebagai satwa yang dilndungi telah dilakukan berdasarkan PP Nomor 8 Tahun 1999.
Bentuk pemanfaatannya dapat berupa pengkajian, penelitian dan pengembangan,
penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, dan pemeliharaan
untuk tujuan kesenangan. Rusa timor yang dapat diperdagangkan adalah rusa timor
pada keturunan kedua (F2) dan berikutnya. Namun apabila F2 dikawinkan dengan
tetuanya yakni F0 maupun F1 maka keturunan rusa tersebut dikategorikan sebagai
F1 kembali (Semiadi & Nugraha 2004).
Penangkaran rusa pada umumnya
terbagi menjadi tiga sistem, yaitu sistem penangkaran intensif, semi-intensif
dan ekstensif. Ketiga sistem ini sangat tergantung pada persediaan biaya dan
lahan. Sistem intensif atau terkurung merupakan sistem penangkaran yang
dilakukan dalam kandang terbatas dan seluruh kebutuhan rusa diatur oleh
manusia. Pada penangkaran dengan sistem semi-intensif dilakukan dengan cara
membebaskan rusa pada areal yang luas yang dikelilingi oleh pagar dan dibiarkan
merumput sendiri, namun terkadang diberi asupan pakan dari luar untuk memenuhi
kebutuhan makan rusa. Sedangkan penangkaran dengan sistem ekstensif, rusa
dibiarkan bebas dalam suatu areal luas yang dikelilingi pagar dan dibiarkan
merumput sendiri. Adapun campur tangan manusia hanya untuk mengontrol dan
mengatur daya dukung.
Menurut Setio (2008), pola
pemeliharaan pada ketiga sistem penangkaran ini menyebabkan perbedaan perilaku
pada rusa. Perilaku rusa dengan sistem ekstensif masih menunjukan sifat liar
dibandingkan dengan sistem intensif. Pada sistem intensif, perilaku rusa
cenderung lebih jinak jika dibandingkan dengan sistem ekstensif dan
semi-intensif. Oleh karenanya, domestikasi baik dilakukan pada penangkaran
dengan sistem semi-intensif dan intensif. Namun dalam pembuatan habitat dengan
sistem semi intensif dan intensif tetap harus memenuhi kebutuhan hidup rusa
seperti di habitat alaminya, seperti sumber air dan tempat berlindung.
Perilaku rusa di penangkaran
Perilaku rusa di penangkaran dengan
sistem semi-intensif terdiri dari perilaku makan, minum, berkelompok, bercumbu,
istirahat, berkelahi dan berkubang (Mannes 1999). Sedangkan pada penelitian
Wirdateti et al. (1997), perilaku harian rusa timor di penangkaran Taman
Safari terdiri dari makan, memamah biak, istirahat, berdiri diam dan berjalan.
Perilaku lain yang dilakukan rusa timor yaitu perilaku sosial. Perilaku sosial
ini dapat dilihat dari cara hidup rusa timor yang berkelompok. Adapun perilaku
sosial yang dilakukan antara lain, perilaku induk yang merawat anaknya terutama
pada saat baru lahir dan persaingan jantan untuk mendapatkan betina.
Perilaku makan
Rusa timor merupakan satwa ungulata
atau berkaki genap (artiodactyla). Seperti satwa ungulata pada umumnya,
rusa timor adalah satwa memamah biak atau ruminansia. Sebagai satwa memamah
biak, rusa memiliki perilaku merumput atau grazing. Berdasarkan
penelitian Widarteti et al. (2005), perilaku merumput pada rusa timor di
penangkaran dengan sistem pengelolaan ekstensif memiliki intensitas yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan jenis perilaku lainnya.
Perilaku makan pada rusa timor
merupakan rangkaian dari gerakan mancari pakan, memilih, mengambil dan
memasukkan ke dalam mulut, mengunyah, menelan serta ruminansia (pengunyahan dan
penelanan kembali) (Takandjandji 2009). Menurut Manshur (2011), pada rusa timor
yang memulai makan adalah rusa jantan tua yang kemudian diikuti oleh rusa-rusa
lainnya. Bila pakan datang maka rusa betina dewasa akan berteriak sebagai tanda
pemberitahuan dan rusa jantan dewasa memulai makan yang diikuti oleh rusa
lainnya. Biasanya, anak rusa dan rusa muda akan memakan sisa jatuhan hijaunan
induknya. Sedangkan rusa jantan dewasa lebih suka membongkar dan mengeluarkan
hujauan dari dalam tempat pakan, sehingga rusa-rusa lain tinggal memakannya.
Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam penangkaran. Menurut Alikodra (2002), semua
organisme memerlukan sember energi yakni pakan untuk bertahan hidup. Makanan
yang beranekaragam akan memudahkan suatu spesies untuk menyesuaikan diri
terhadap keadaan lingkungan atau daya dukung lingkungan tempat tinggal satwa tersebut.
Sebagai satwa ruminansia, rusa timor lebih dominan mengkonsumsi
rumput-rumputan. Meski rusa timor lebih dominan mengkonsumsi rumput-rumputan,
rusa timor hampir menyukai segala jenis pakan tambahan, seperti biji-bijian,
pelet, jagung, kentang dan buah-buahan. Oleh karena itu rusa timor dikenal
sebagai rusa timor yang mudah dalam penyediaan pakannya, serta mampu
beradaptasi dengan mudah apabila ada perubahan pakan (Semiadi & Nugraha
2004).
Dalam penangkaran persediaan pakan
rusa banyak terdapat di padang rumput yang dikelola oleh pengelola. Padang
rumput ini ditanami oleh jenis rumput yang disukai oleh rusa timor. Selain itu,
jenis rumput yang dipilih merupakan jenis rumput yang memiliki sifat cepat
tumbuh dan tahan terhadap kekeringan. Menurut Semiadi dan Nugraha (2004),
terdapat beberapa jenis rumput unggul yang bersifat rumput potongan dan jenis
rumput untuk hewan digembalakan yang biasa digunakan sebagai pakan rusa. Jenis
rumput yang termasuk dalam kategori rumput potongan antara lain, rumput gajah (Pennisetum
purpureum), rumput raja (persilangan antara Pennisetum purpureum dengan
Pennisetum thypoides), rumput benggala (Panicum maximum), rumput
padi (Setaria sphacelata) atau rumput mexico (Euchiaena mexiocana).
Sedangkan jenis rumput untuk hewan gembala terdiri dari rumput Brachiaria
brizantha, rumput australia (Paspalum dilatatum), rumput kolonjono (Brachiaria
mutica) atau rumput pangola (Digitaria decumbens). Kemudian terdapat
jenis leguminosa yang dapat digunakan sebagai pakan rusa antara lain stylo (Stylosanthes
guyanensis), Arachis hypogea serta pohon lamtoro (Leucaena
leucocephala). Selain beberapa jenis rumput unggulan tersebut, rusa timor
dapat diberikan pakan tambahan berupa konsentrat, sayur-sayuran, umbi-umbian
atau limbah pertanian dan limbah industri.
Daftar Pustaka
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Jilid 1. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
Mannes J. 1999. Pemanenan Ranggah Muda (Velvet) Sebagai Tambahan Nilai
Usaha Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) Perum
Perhutani di Jonggol Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Manshur A. 2011. Studi Pakan dan Perilaku Makan Rusa Sambar (Cervus
unicolor Kerr,1972) di Teluk Resort Teluk Pulai, Taman Nasional Tanjung
Puting, Kalimantan Tengah [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Semiadi G, Nugraha RTP. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Bogor :
Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Setio P. 2008. Penangkaran Rusa. Prosiding Ekspose dan Gelar Teknologi
Hasil-hasil Penelitian. Mendukung Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak, 11-13 Desember 2007.
Takandjandji M. 2009. Desain Penangkaran Rusa Timor Berdasarkan
Analisis Komponen Bio-Ekologi dan Fisik di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor
[Tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wirdateti, Farida WR, Zein MSA. 1997. Perilaku Harian Rusa Jawa (Cervus
timorensis) di Penangkaran Taman Safari Indonesia. Biota II (2) :
78-81.
Wirdateti, Mansur M, Kundarmasno A. 2005. Pengamatan Tingkah Laku Rusa
Timor (Cervus timorensis) di PT Kuala Tembaga, Desa Aertembaga,
Bitung-Sulawesi Utara (Behavioural Study of Timor Deer [Cervus timorensis]
in PT Kuala Tembaga, Aertembaga Village, Bitung-North Sulawesi). Animal
Production 7 (2) : 121 – 126.
Labels:
Plasma Nutfah,
Rusa,
Ternak Potensial
Thanks for reading Penangkaran Rusa Timor. Please share...!
0 Comment for "Penangkaran Rusa Timor"