Cahaya merupakan radiasi elektromagnetik
yang tampak. Cahaya juga dapat diartikan sebagai kombinasi dari radiasi dan
respon terhadapnya (Lewis, 2006). Cahaya merupakan energi yang dapat membantu
proses penglihatan, bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok dan
dapat dipantulkan. Dalam kandang tipe opened house, sumber cahaya
umumnya berasal dari cahaya matahari secara langsung pada siang hari, dan lampu
pijar pada malam hari. Dalam kandang closed house, sumber cahaya umumnya
berasal dari lampu pijar. Unggas adalah ternak yang peka terhadap cahaya.
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang mengontrol proses biologi tingkah laku
unggas. Pengaruh pencahayaan pada unggas antara lain terhadap terhadap konsumsi
pakan, pertumbuhan, efisiensi konversi pakan menjadi energi, dan
perkembangannya (Lewis, 2006).
Cahaya memungkinkan unggas untuk mengatur
ritme harian dan mensinkronisasikan beberapa fungsi penting di dalam tubuh
seperti suhu tubuh dan bermacam tahapan metabolis yang terkait dengan pemberian
pakan dan pencernaan. Selain itu, cahaya juga merangsang pola sekresi beberapa
hormon yang mengontrol pertumbuhan pendewasaan, dan reproduksi (Olanrewaju et
al dalam Arfiansyah 2010).
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan
awal, yaitu anak ayam yang berumur antara satu sampai tujuh hari digunakan
intensitas minimum 20 lux yang diberikan secara terus menerus. Pada tahap
pertumbuhan selanjutnya, dilakukan pembatasan intensitas cahaya dan lama
pencahayaan antara dua dampai enam jam per hari (Olanrewaju et al dalam
Arfiansyah 2010).
Cahaya
berimplikasi pada perubahan struktur morfologi mata. Cahaya yang sangat rendah
( < 5 lux) dapat menyebabkan retina mata, bupthalmos, myopia, glaucoma, dan
kerusakan lensa mata yang berakibat kebutaan.
Tabel 3. Rekomendasi Program Pencahayaan
untuk Ayam Broiler
Umur
(hari)
|
Intensitas
cahaya (lux)
|
Periode
pencahayaan per hari (jam)
|
0
– 7
|
20.0
|
23
T ; 1 G
|
8
– 14
|
5.0
|
16
T ; 8 G
|
15
– 21
|
5.0
|
16
T ; 3 G ; 2 T ; 3 G
|
22
– 28
|
5.0
|
16
T ; 2 G ; 4 T ; 2 G
|
29
– 35
|
5.0
|
16
T ; 1 G ; 6 T ; 1 G
|
36
– 49
|
5.0
|
23
T ; 1 G
|
Sumber: Randen et al (1996)
Keterangan: T = Terang; G = Gelap
Pemberian cahaya pada ayam broiler yang
umum dilakukan peternak adalah secara terus-menerus (continous lighting)
selama 24 jam dengan intensitas yang semakin menurun pada fase akhir (Classen,
1989). Pencahayaan terus-menerus akan meningkatkan waktu untuk makan,
meningkatkan pertambahan bobot badan, dan meningkatkan pembentukan bulu
(Lavergne dalam Andisuro, 2011) tetapi menyebabkan terjadinya gangguan ritme
harian (diurnal), kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al., 2002) yang
mengakibatkan kesulitan pergerakan ayam broiler untuk mendapatkan pakan
dan air minum (Wong-Valle et al., 1993). Ayam broiler yang tetap
berada pada posisi ritme harian, mampu mengatur pola tingkah laku seperti
makan, tidur, bergerak dan istirahat secara normal (Olanrewaju et al.,
2006). Pencahayaan secara bergantian (intermitten lighting) akan
mengurangi stres pada ayam broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang
diberikan cahaya secara terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi
plasma kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang
mengalami stres (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000). Pemberian lama pencahayaan
selama 16 jam dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan,
peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, dan peningkatan
kesehatan kaki (Classen et al., 2004). Cahaya dengan panjang gelombang
yang berbeda mempunyai efek yang bervariasi pada retina mata dan dapat
mengakibatkan perubahan pola tingkah laku yang selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan ayam (Lewis dan Morris, 2000) Olanrewaju et al.
dalam Arfiansyah (2010) berpendapat bahwa kemampuan ayam untuk
memvisualisasikan warna sama dengan manusia, namun ayam tidak dapat melihat
dengan baik ketika mendapat warna cahaya dengan panjang gelombang yang pendek
(biru-hijau). Unggas akan sensitif pada panjang gelombang 415, 455, 508, dan
571 nanometer (Dartnall et al. dalam Arfiansyah, 2010).
Daftar Pustaka
Andisuro
R.2011. Tingkah Laku Ayam Broiler di Kandang Tertutup dengan Suhu dan Warna
Cahaya Berbeda[skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Arfiansyah
S. 2010. Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda pada Ayam Broiler Terhadap
Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial Karkas [skripsi].
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Classen
HL 1989. The role of photoperiod manipulation in broiler chicken management.
University of Saskatchewan, Canada.
LewisPD,
Morris TR. 2000. Poultry and Colored Lights. Northcot, Hampshire.
Puvadolpirod
S, ThaxtonJP. 2000. Model of physiological stress in chickens 4. Digestion
and Metabolism. Poult. Sci. 79 : 383-390.
Renden
JA, MoranET Jr., KincaidSA, 1996. Lighting programs for broilers that reduce
leg problems without loss of performance or yield. Poultry. Sci.75:
1345-1350.
Sanotra
GS,Lund JD, Vestegergaard KS. 2002. Influence of lightdark schedules and
stocking density on behaviour, risk of leg problems and occurrence of chronoic
fear in broilers. Br. Poult. Sci. 43 : 34354.
Wong-Valle
J, McDanielGR, KulersDL, Bartels JE. 1993. Effect of lighting program and
broiler line on the incidence of tibial dyschondroplasia at four and seven
weeks age. Poult. Sci., 72 : 1855-1860.
Labels:
Broiler,
Performa,
Tingkah Laku Ternak
Thanks for reading Pencahayaan Pada Broiler (Ayam Potong). Please share...!
0 Comment for "Pencahayaan Pada Broiler (Ayam Potong)"