Swasembada daging sapi sebagai program pemerintah merupakan kemampuan pemerintah sebagai regulator menyediakan 90 persen dari total kebutuhan sapi lokal didalam negeri sedangkan 10 persen sisanya berasal dari pasokan dari luar negeri berupa impor sapi bakalan dan impor daging. Program pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 adalah upaya khusus pengembangan peternakan sapi lokal maupun sapi persilangan antara sapi lokal dan sapi exotic dengan memperhatikan berbagai aspek. Program PSDS 2014 ada lima kegiatan pokok (1) Penyediaan bakalan/daging sapi lokal (2) peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal, (3) pencegahan pemotongan sapi betina produktif (4) penyediaan bibit sapi lokal dan (5) pengaturan stock daging sapi dalam negeri. Dari ke 5 kegiatan tersebut diupayakan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang ada seperti terbatasnya jumlah sapi bakalan lokal yang dapat dimamfaatkan oleh penggemukan, produktivitas dan reproduksivitas Sapi lokal yang masih rendah, pemotongan betina produktif yang menyebabkan keterbatasan populasi sapi bibit, dan pasokan daging impor yang semakin meningkat (Anonim, 2013).
Sapi potong asli Indonesia salah satunya adalah sapi Bali. Sapi Bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (bibos banteng) dimana habitat aslinya adalah di Pulau Bali. Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor. Sapi Bali (Bos sondaicus) telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon serta Pulau Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali (Wawang, 2010).
Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos (Wawang, 2010).
Dari Pulau Bali yang dipandang sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat bibit, sapi Bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok nusantara. Penyebaran sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920 dan 1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan 1920. Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan Ausatralia bagian Utara (Wawang, 2010)
Keunggulan sapi Bali adalah subur mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dapat hidup di lahan kritis, mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan, persentase Karkas yang tinggi, kandungan lemak karkas rendah (Wawang, 2010).
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Cuplikan Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/SUPLEMEN_9-4.pdf. di akses. pada tanggal 20 Desember 2013.
Wawang, A. 2010. Mengenal Sapi Bali. http://andiwawan-tonra. blogspot. com/2010/02 /mengenal-sapi-bali.html. diakses pada tanggal 20-08-2013
Labels:
Plasma Nutfah,
Sapi,
Sapi Lokal,
Swasembada Daging
Thanks for reading Potensi Sapi Bali untuk Mendukung Swasembada Daging. Please share...!
0 Comment for "Potensi Sapi Bali untuk Mendukung Swasembada Daging"