Indonesia
merupakan negara beriklim tropis. Hal tersebut menyebabkan perbedaan suhu udara
antara siang dan malam hari yang cukup tinggi berkisar antara 3-5 °C dengan
kisaran suhu udara 26-32 °C sedangkan suhu udara optimal untuk pemeliharaan
broiler agar dapat berproduksi dengan baik adalah 21-22 °C (North dan Bell,
1990). Lingkungan memberikan pengaruh terbesar (70%) dalam menentukan performa
ternak. North (2000) melaporkan bahwa kisaran suhu udara lingkungan yang nyaman
bagi ayam untuk hidup berkisar antara 18-22 oC. Tingginya suhu udara lingkungan merupakan salah
satu masalah dalam pencapaian performa broiler yang optimal. Broiler akan
mengalami stress pada suhu udara yang tinggi, yang akan mempengaruhi penurunan
konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan bobot tubuh (Nova, 2008).
Pemeliharaan
ayam broiler, selain memperhatikan faktor bibit (genetik) perlu juga
diperhatikan faktor lingkungan. Ayam yang dipelihara pada suhu udara kandang 17
oC
penampilannya lebih baik daripada ayam yang dipelihara pada suhu udara 25 oC dan 29 oC. Suhu udara
optimum bagi pertumbuhan ayam broiler adalah 21 oC. Indonesia termasuk daerah
beriklim tropika dengan rata-rata suhu udara harian 25,2-27,9 oC. Kisaran suhu
udara itu melebihi rata-rata suhu udara optimum untuk pertumbuhan ayam pedaging
sehingga perlu diupayakan mencari lokasi peternakan yang lebih tinggi agar suhu
udara kandang tidak jauh berbeda dengan kebutuhan optimumnya (Hawlider dan
Rose, 1992). Rao et al. (2002) menyatakan bahwa pada pemeliharaan unggas
di negara-negara tropis, suhu udara lingkungan merupakan stressor utama
dengan kisaran suhu udara yang khas untuk waktu yang lama. Menurut Griffin et
al. (2005), suhu udara ideal pemeliharaan broiler 10-22 °C untuk pencapaian
berat badan optimum, dan 15-27 oC untuk efisiensi pakan. Suhu udara merupakan faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh pada industri broiler.
Ketinggian
tempat dari permukaan laut selalu diikuti dengan penurunan suhu udara rata-rata
harian. Daerah dataran rendah memiliki ketinggian tempat berkisar antara 0-250
meter dari permukaan laut (m dpl) dan daerah dataran sedang memiliki ketinggian
250-750 m dpl. Tempat yang semakin tinggi dari atas permukaan laut suhu
udaranya semakin rendah sehingga ternak akan mengkonsumsi pakan lebih banyak
untuk memenuhi kebutuhan akan energinya. Suhu udara yang lebih rendah daripada
kebutuhan optimumnya menyebabkan ternak akan mengkonsumsi pakan lebih banyak
karena sebagian energi pakan akan diubah menjadi panas untuk mengatasi suhu
udara lingkungan yang lebih rendah. Pemeliharaan ayam broiler pada daerah
dataran rendah memerlukan pakan dengan kandungan energi 2.800 kkal/kg (Suarjaya
dan Nuriyarsa, 1995).
Labels:
Biosecurity,
Lingkungan
Thanks for reading Pengaruh Lingkungan Terhadap Produktivitas Ayam Broiler. Please share...!
0 Comment for "Pengaruh Lingkungan Terhadap Produktivitas Ayam Broiler"