Ayam dewasa pada lingkungan dan
jumlah konsumsi ransum yang normal akan menghasilkan manur dengan kadar air
75-80% (North dan Bell, 1990; El Boushy dan Van Der Poel, 1994). Menurut Leeson
dan Summers (2001) manur ayam broiler mengandung kadar air 60-70% sedangkan
manur ayam petelur mengandung kadar air sampai 80% dan ayam petelur yang
berproduksi tinggi mengandung feses dengan kadar air feses 75-77%. Kadar air
dalam manur ayam dipengaruhi oleh konsumsi air minum (Leeson et al.,
1995). Suhu lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan jumlah air yang
dikonsumsi maupun yang dikeluarkan. Pada suhu 21oC ayam akan minum dua
kg air untuk setiap kg pakan yang dikonsumsi, dan 60-65% air yang dikonsumsi
akan terdapat pada feses. Pada suhu tinggi, jumlah air yang dikonsumsi maupun
yang dikeluarkan akan meningkat tajam (North dan Bell, 1990). Menurut Technical
Bulletin USA (2004), konsumsi air minum pada ayam akan meningkat sekitar 7%
setiap kenaikan suhu 1 sampai 21 oC.
North dan Bell (1990) menyatakan
bahwa ayam yang memiliki bobot badan yang lebih kecil mempunyai kadar air manur
yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang memiliki bobot badan yang lebih
besar. Seratus ekor ayam dengan rata-rata bobot badan 0,5 kg akan memiliki
kadar air dalam manur sebesar 7,2 kg sedangkan seratus ekor ayam dengan
rata-rata bobot badan 1,4 kg akan memiliki kadar air dalam manur sebesar 10,5
kg.
Kelebihan mineral atau kelebihan
air dalam ransum dibandingkan dengan kebutuhan nutrisi akan meningkatkan
konsumsi air dan menyebabkan feses menjadi basah (Technical Bulletin USA,
2004). Kadar protein ransum mempengaruhi konsumsi air minum pada ayam. semakin
tinggi level protein yang dikonsumsi maka konsumsi ransum semakin meningkat
(Leeson dan Summers, 2001). Tingginya kadar protein ransum dapat menghasilkan
nitrogen berlebih yang tidak disimpan dalam tubuh sehingga untuk menjaga
keseimbangan nitrogen dalam tubuh maka kelebihan tersebut harus dibuang dalam
bentuk asam urat melalui urin sehingga memerlukan air minum yang lebih banyak.
Keberadaan serat kasar dalam ransum
juga mempengaruhi kadar air dalam manur. Leeson dan Summers (2001) menyatakan
bahwa semakin tinggi kadar serat kasar dalam ransum maka akan semakin tinggi
konsumsi air minum dan berpengaruh terhadap pertumbuhan yang menjadi lambat
serta memiliki eksreta yang sangat basah. Serat kasar yang tidak dicerna
bersifat menyerap air dan laksatif sehingga laju pergerakan digesta dan sisanya
menjadi lancar (Amrullah, 2003).
Meningkatnya kadar air pada kandang
terutama di litter akan menyebabkan permasalahan. Masalah ini timbul karena
adanya kadar air yang terdapat pada litter akan menyebabkan proses pemecahan
asam urat menjadi amonia oleh bakteri ureolitik akan dipercepat oleh adanya air
dalam manur. Pada umumnya peternak ayam mengalami permasalahan, terutama pada
manur di litter yang basah. Kejadian ini biasanya terjadi pada ayam petelur
yang sedang berproduksi tinggi dan terjadi pada lingkungan atau iklim yang
panas sehingga secara alami ayam akan minum lebih banyak air. Meningkatnya kadar
air di manur akan mempengaruhi kesehatan ayam di kandang. Selain itu
permasalahan dari manur yang basah berkaitan dengan penanganan secara mekanis,
bau yang ditimbulkan dan penanganan lalat (Leeson et al., 1995).
SSumber :
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi
Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.
Leeson, S. dan J. D.
Summers. 2001. Nutrition of The Chicken. 4th Ed. University Books, Canada.
Leeson, S., G. Diaz dan J.
D. Summer. 1995. Poultry Metabolic Disorders and Mycotoxins. Published by
University Books. Guelph. Ontario. Canada.
North, M. O. and Bell.
1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. Chapman and Hall. New
York.
Labels:
Kotoran Ayam
Thanks for reading Kadar Air Manur Ayam . Please share...!
0 Comment for "Kadar Air Manur Ayam "