Problematika
umum usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor
suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung pada sistem
metabolisme dan termoregulasi pada tubuh ternak. Lingkungan yang relatif panas
menyebabkan sebagian ternak akan malas makan, sehingga secara kuantitas asupan
zat makanan (nutrien) yang masuk dalam tubuh juga kurang. Padahal asupan
nutrien ini berperan penting untuk mencukupi kebutuhan pokok, perkembangan
tubuh dan bereproduksi. Akibatnya tak jarang dijumpai ternak dengan pertambahan
bobot badan yang masih sangat jauh dari harapan, baik di tingkat peternakan
rakyat maupun industri.
Ada dua masalah
utama yang menyebabkan pakan ternak khususnya ternak ruminansia yang diberikan
tidak memenuhi kebutuhan jumlah dan asupan nutrien. Masalah pertama adalah
bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah pertanian yang mengandung kadar
protein yang rendah dan sebaliknya serat kasar tinggi. Tingginya kadar serat
ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang
sulit dicerna (McDonald et al. 2002). Masalah lainnya
adalah
ketersediaan pakan yang tidak kontinyu karena dipengaruhi oleh musim, sehingga
terjadi kekurangan pakan pada musim kemarau. Pembuatan hijauan kering (hay),
penambahan urea (amoniasi) dan pengawetan hijauan (silase) merupakan sejumlah
terobosan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ketersediaan pakan di
atas.
Teknologi yang
sekarang berkembang adalah pembuatan pakan yang tidak hanya sekedar awet
(silase), tetapi juga mengandung nutrien sesuai dengan kebutuhan gizi ternak.
Berbeda dengan silase tunggal, silase komplit memiliki beberapa keunggulan: 1)
tersedianya substrat yang mendukung terjadinya fermentasi yang baik, sehingga
mempunyai tingkat kegagalan lebih rendah jika dibandingkan dengan silase
berbahan tunggal. 2) mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak. 3)
terciptanya pakan yang berkelanjutan dan mudah diberikan pada ternak, karena
tidak memerlukan pakan tambahan lainnya. Selain itu memiliki bau harum sehingga
lebih disukai ternak (Sofyan dan Febrisiantosa 2007).
Prinsip
pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada
umumnya. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok bahan yakni
kelompok bahan pakan hijauan, kelompok bahan pakan konsentrat dan bahan aditif.
Bahan pakan hijauan dapat berupa bahan pakan hijauan makanan ternak (HMT) dan
limbah pertanian seperti rumput gajah, jerami jagung, jerami padi, jerami
kedelai dan rumput-rumput lainnya. Bahan pakan ini sebagai sumber serat utama.
Kelompok bahan pakan konsentrat dapat berupa dedak padi, onggok, ampas kecap,
bungkil sawit, ampas tahu dan lain-lain. Bahan pakan konsentrat ini selain
untuk memperbaiki kandungan nutrisi pakan yang dihasilkan juga berfungsi
sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase). Kelompok ketiga
adalah bahan-bahan aditif. Bahan aditif disini dapat terdiri dari urea,
mineral, molases dan lain-lain. Produktivitas ternak akan optimal secara teknis
maupun ekonomis jika persediaan bahan pakan kontinyu (tersedia sepanjang
waktu), dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak serta mudah dalam pemberiannya.
Pemberian silase ransum komplit yang sesuai dengan kebutuhan ternak dapat
meningkatkan produktivitas ternak dan dapat menjamin ketersediaan pakan
sepanjang tahun dengan tetap mempertahankan kualitas pakan.
Labels:
Silase
Thanks for reading Silase Ransum Komplit dan Ternak Ruminansia . Please share...!
0 Comment for "Silase Ransum Komplit dan Ternak Ruminansia "