Sebagian besar kucing yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang nyata, tetapi sebenarnya virus tetap
berkembang di dalam tubuh. Setelah kontak, virus mulai berkembang di
tenggorokan dan usus halus kucing. Kemudian pindah ke paru-paru, perut dan
menyebar di seluruh usus (Sparkes 2004). Sekitar 1–10 hari kemudian virus sudah
dapat ditularkan ke kucing lain. Selama infeksi ini, gejala yang muncul bisa
berupa bersin-bersin, mata berair, lendir hidung yang berlebihan, diare, berat
badan berkurang, lemah dan lesu. Gejala yang muncul bisa juga non spesifik
seperti hilang nafsu makan, depresi, rambut kasar dan demam (Simons et al
2004).
Bentuk penyakit yang muncul
sangat tergantung pada reaksi kekebalan tubuh kucing. Kucing dengan imunitas
selular relatif kuat, biasanya dapat menyingkirkan infeksi. Kucing dengan
imunitas selular yang relatif sedang, tidak dapat membunuh semua virus,
sehingga gejala penyakit bisa tidak muncul tetapi kucing dapat menjadi carrier
dan dapat menularkan virus selama beberapa tahun, hingga kekebalan tubuhnya
berkurang sedikit demi sedikit. Kucing dengan imunitas seluler relatif rendah
sangat mudah terinfeksi dari kucing lain, sifat carrier menjadi aktif, seiring
dengan berkurangnya kekebalan, penyakit akan semakin berkembang hingga timbul
gejala sakit dan akhirnya menyebabkan kematian (Foley 2005).
Penyakit ini bermanifestasi
dalam dua bentuk, yaitu tipe basah dan tipe kering. Tipe basah menyebabkan
sekitar 60-70% dari keseluruhan kasus penyakit ini dan lebih ganas dari tipe
kering. Bila kekebalan tubuh bereaksi cepat biasanya yang muncul adalah tipe
kering. Sebaliknya bila kekebalan tubuh lambat bereaksi, maka tipe yang muncul
adalah tipe basah (Scott 1997). Pada bentuk basah terlihat gejala klinis
seperti berat badan menurun, demam, kehilangan nafsu makan dan kecapaian atau
lemas. Anemia, sehingga membrana mukosa terlihat pucat, sembelit dan diare juga
dapat terjadi akumulasi cairan di rongga perut dan rongga dada, menyebabkan
pembengkakan daerah perut (biasanya tanpa rasa sakit) disertai kesulitan
bernafas.
Pada bentuk kering, cairan
yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul tergantung organ yang
terinfeksi virus. Sekitar setengah dari kasus bentuk kering, menunjukkan gejala
radang mata atau gangguan syaraf seperti lumpuh, cara berjalan yang tidak
stabil dan kejang-kejang. Gejala lainnya bisa berupa gagal ginjal atau
pembengkakan hati, depresi, anemia, berat badan berkurang drastis, gangguan
pankreas dan sering disertai demam, muntah, diare dan ikterus (warna kekuningan
pada kulit dan selaput lendir) (Sparkes 2004).
Labels:
Kesehatan Ternak,
Kucing
Thanks for reading Gejala Klinis Feline Infectious Peritonitis (FIP) pada Kucing (Felis catus) . Please share...!
0 Comment for "Gejala Klinis Feline Infectious Peritonitis (FIP) pada Kucing (Felis catus) "