Luwak termasuk dalam kelompok
hewan karnivora (Astwood et al. 2002) yang memiliki sistem pencernaan yang
pendek dan sederhana. Dalam pencernaannya, luwak mampu menghasilkan HCl dengan
pH yang sangat rendah yang digunakan untuk membantu pemecahan protein dan
membunuh bakteri patogen (Hadipernata 2012). Luwak tidak dapat mencerna sayuran
mentah, selulosa, dan tulang sehingga semua makanan tersebut keluar dalam
keadaan utuh dan hanya melewati usus halus. Kopi luwak adalah kopi yang
dihasilkan dari biji kopi yang dimakan dan telah melewati pencernaan luwak.
Naluri alamiah luwak dengan indera penciuman yang tajam membuat luwak hanya
memakan kopi yang matang saja.
Secara umum, kopi luwak dapat
berasal dari biji kopi Arabika maupun biji kopi Robusta yang sudah mengalami
fermentasi di dalam pencernaan luwak. Biji kopi selanjutnya mengalami proses
fermentasi secara alami di dalam sistem pencernaan luwak (Balakrishnan et al.
2002). Proses fermentasi berlangsung selama 8-12 jam dengan suhu optimal di
dalam pencernaan luwak, selanjutnya biji kopi keluar dalam keadaan utuh dari
perut luwak karena terlindungi oleh kulit tanduk yang keras.
Hal tersebut karena luwak
hanya mengonsumsi zat pemanis yang terdapat pada lendir (mucilage) yang
melapisi kulit tanduk pada biji kopi, sedangkan kulit kopi dikeluarkan kembali
melalui mulut bagian samping. Kandungan kafein dalam kopi luwak sangat rendah,
yaitu berksar 0.5-1 persen yang disebabkan oleh proses fermentasi di dalam
sistem pencernaan luwak yang mampu mendegradasi kafein dan membuat cita rasa
dan aroma yang khas (Marcone 2004). Kafein memiliki peranan dalam memberikan
rasa pahit pada kopi. Degradasi kafein yang terjadi dalam pencernaan luwak juga
dapat menurunkn rasa pahit pada biji kopi yang dihasilkan. Selama proses
fermentasi berlangsung, dalam pencernaan luwak terjadi sekresi enzim
proteolitik yang memecah protein menjadi asam amino dan peptida (Marcone 2004).
Kandungan asam amino dan peptida tersebut serta komponen lainnya dalam biji
kopi menghasilkan cita rasa dan aroma yang khas ketika mengalami proses
penyangraian (Fuferti et al. 2013).
Menurut Panggabean (2011),
terjadi peningkatan kadar lemak pada biji kopi setelah fermentasi dalam pencernaan
luwak. Hal tersebut membuat cita rasa kopi yang dihasilkan menjadi lebih gurih.
Keistimewaan kopi luwak selain cita rasa dan aroma yang khas adalah manfaat
kopi luwak yang berkhasiat bagi kesehatan, diantaranya tidak mengganggu jantung
dan lambung, tingginya kandungan antioksidan pada kopi luwak dapat mencegah
terjadinya kerusakan sel dalam tubuh, dan dapat mengurangi resiko penyakit
kanker (Ikhwan 2013). Berdasarkan kehalalannya, MUI mengeluarkan fatwa bahwa
mengonsumsi kopi luwak hukumnya adalah diperbolehkan jika memenuhi persyaratan
yang sudah ditetapkan. Syaratnya adalah kopi harus dalam 4 keadaan utuh
terbungkus kulit tanduknya saat keluar dari pencernaan luwak dan dapat tumbuh
ketika bijinya ditanam kembali (Ikhwan 2013).
Labels:
Kopi
Thanks for reading Kopi Luwak . Please share...!
0 Comment for "Kopi Luwak "