Medetomidin merupakan agonis alpha 2-adrenoseptor
dengan rumus ((4- [2,3]dimethylphenylethyl)-1H-imidazole). Molekul medetomidin
memiliki dua stereoisomer, yaitu D-stereoisomer dan L-stereoisomer.
D-stereoisomer adalah komponen aktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf dan
kardiovaskuler, sedangkan L-stereoisomer tidak aktif (Schmeling et al. 1991).
Medetomidin digunakan sebagai obat penenang dengan efek yang ditimbulkan berupa
analgesik, relaksasi otot, dan efek anxiolytic (Rioja 2013). Pemberian
medetomidin pada hewan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem
kardiovaskuler, sistem pulmonari, gastrointestinal, dan sistem endokrin.
Pemberian medetomidin pada hewan dapat mengakibatkan terjadinya muntah dan
hewan mengalami hipotermia (Cullen 1996).
Efek sedatif medetomidin ini dimediasi oleh adanya
pusat alpha 2- adrenoseptor yang banyak terdapat di lokus coeruleus otak
(Correa-Sales et al. 1992). Diketahui dari berbagai studi tentang
autoradiografik menunjukkan bahwa pada lokus coeruleus ditemukan neurons
noradrenergik dalam jumlah besar. Lokus coeruleus banyak dilewati oleh jalur
saraf yang mentransmisikan impuls ke otak depan dan sistem limbik. Stimulasi
terhadap alpha 2-adrenoseptor di lokus coeruleus menyebabkan hiperpolarisasi
neuron sehingga terjadi hambatan transmisi impuls dan menghasilkan efek sedasi
(Cullen 1996). Agonis alpha 2-adrenoseptor (medetomidin) menghasilkan efek
analgesia dengan cara menstimulasi reseptor di berbagai lokasi jalur rasa sakit
pada spinal dan tingkat supraspinal (Pertovaara et al. 1991; Akbar et al.
2014).
Berbagai studi tentang radioligand menunjukkan
adanya pengikatan alpha 2 dengan konsentrasi tinggi pada tanduk dorsal dari
spinal cord (terdapat sinapsis serabut nosiseptif) dan batang otak, di mana
modulasi dari sinyal nosiseptif akan dimulai (Cullen 1996). Agonis alpha
2-adrenoseptor dapat mempengaruhi fungsi kardiovaskuler dengan cara
menstimulasi reseptor pusat dan perifer. Stimulasi terhadap reseptor ditemukan
pada bagian yang berbeda di otak, termasuk nukleus dari traktus solitarius yang
menjadi pusat utama dalam kontrol otonom (Hayashi dan Maze 1993), peningkatan
aktivitas nervus vagus dan penurunan aktivitas saraf simpatik yang menghasilkan
efek bradikardia dan hipotensi (Cullen 1996). Hipotermia dapat terjadi akibat
tertekannya reseptor noradrenergik di hipotalamus oleh agonis alpha
2-adrenoseptor. Diketahui dari hasil penelitian, pembiusan anjing dengan
medetomidin mengakibatkan terjadinya sedikit penurunan suhu rektal (Cullen dan
Reynoldson 1993; Pettifer dan Dyson 1993).
Labels:
Kesehatan Ternak
Thanks for reading Medetomidin . Please share...!
0 Comment for "Medetomidin "