Sapi Aceh pada mulanya diduga
dimasukkan oleh pedagang India pada masa kerajaan Islam pertama di Peureulak
yang terbentuk tahun 847M (225 H). Karena pada masa itu sudah terjalin hubungan
kerja sama antarnegara dan perdagangan bebas di Aceh terutama lada yang ingin
dikuasai seluruhnya oleh pedagang-pedagang dari mesir, Parsi dan Gujarat
(catatan sejarah Aceh, catatan Marcopolo 1256 dan Ibnu Bathutah 1345). Perdagangan
yang ramai sudah lama terjalin antara Aceh dengan Malaka. Pedagang Arab, Cina,
serta India yang datang yang datang ke Aceh, mereka membawa sapi-sapi dari
India ke Aceh. Pada abad ke-19 telah menjadi kebiasaan mengimpor ternak melalui
Selat Malaka, khususnya ke Pidie dan Aceh Timur Laut (Peureulak) (Merkens,
1926; Abdullah., et al., 2008b).
Kehidupan masyarakat Aceh dalam beternak telah
berlangsung sangat lama sekali. Masyarakat Aceh telah beternak sebelum mereka
beragama Islam, berarti ketika masih menganut agama Hindu. Sapi Hissar serta
beberapa bangsa sapi turunan zebu lainnya yang dulunya banyak dijumpai
sepanjang pantai Utara-Timur dari daerah Aceh kini telah banyak berkurang.
Kekurangan tersebut selain penyembelihan, perdagangan sapi dari Aceh ke Medan,
kematian dan tsunami.
Sapi zebu yang terdapat di
Aceh pada tahun 1950-an lebih sering dikenal dengan sebutan bangsa sapi
Benggala, dan ada pula pada wilayah Aceh tertentu menyebut sapi India atau
leumo Klieng. Hal ini dikarenakan pada masa itu banyak orang India yang
memelihara dan mengusahakan sapi turunan zebu. Sekarang ini banyak sapi turunan
temperate tidak dijumpai lagi di Nanggroe Aceh Darussalam.Sapi turunan
temperate ini kurang sesuai dalam beradaptasi terhadap kondisi iklim tropik di
Aceh dan ditambah lagi dengan kondisi pakan yang kurang memadai dan tidak
menguntungkan bagi kehidupan pertumbuhan dan produksi ternak sapi ( Basri,
2006).
Sapi asli Indonesia (Aceh,
pesisir, Madura, Sumba-Ongole dan Java-Ongole (PO) merupakan hibridisasi
banteng termasuk sapi luar yang masuk ke Indonesia dan telah cukup lama berada
di Indonesia sehingga berkembang biak sesuai dengan lingkungannya. Sapi
Indonesia telah mengalami seleksi alam dengan berbagai tekanan iklim tropis
basah, pengaruh interaksi genetik dan lingkungan dan telah berdaptasi terhadap
wilayah seperti pakan berkualitas rendah dengan segala penyakit dan
ekstoparasit lokal yang ada di wilayah tersebut, Sehingga telah memunculkan
fenotip-fenotip baru yaitu yang dimilki sapi Aceh, Pesisir, Madura, Bali, SO
dan PO (Abdullah, dkk., 2008b ).
Labels:
Sapi Lokal
Thanks for reading Asal Usul Sapi Aceh . Please share...!
0 Comment for "Asal Usul Sapi Aceh "