Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Manajemen Pemeliharaan Sapi Aceh

Sapi Aceh Umumnya ditangani oleh masyarakat pedesaan dengan sistem tradisional, yaitu peran alam masih dominan, skala usaha kecil, pengadaan bibit, pemberian pakan, pemeliharaan dan perkandangan masih mengikuti cara-cara lama secara turun-temurun. Pengobatan ternak sakit dilakukan sendiri kecuali jika sakit berlanjut, maka kadang akan diupah tenaga kesehatan hewan untuk mengobatinya. Kandang sederhana beratap rumbia dengan dinding dari bahan kayu atau daun kelapa umumnya dibangun di dalam pekarangan rumah atau kebun milik peternak.

Pada saat menjelang malam tiba, peternak membuat perapian sampai mengeluarkan asap didalam kandang sapi untuk mengusir nyamuk dan memberi kehangatan bagi ternak sapinya. Sebelum diberlakukan Operasi Jaring Merah (DOM) di Aceh, apabila dilakukan perjalanan darat dari Banda Aceh melalui bagian timur Aceh menuju perbatasan dengan Sumatera Utara, maka akan ditemui sapi Aceh beristirahat sepanjang jalan lintas Sumatera ( karena kondisi badan jalan beraspal yang hangat dipanasi sinar mata hari pada siang hari) sehingga ada sebutan “ Aceh memiliki kandang terpanjang di dunia“. Pemeliharaan sapi masih merupakan usaha sampingan selain sebagai petani sawah dan ada juga peternak yang merangkap pedagang atau tukang dalam jumlah kecil.

Tenaga kerja untuk memelihara sapi berasal dari keluarga. Walaupun demikian, dari pemeliharaan sapi tersebut telah dapat menambah pendapatan bagi peternak untuk biaya sekolah anak dan kesehatan. Bahkan beberapa peternak dapat membangun rumah serta menunaikan ibadah haji.

Pemeliharaan Sapi di Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, umumnya dilakukan secara mengikat sapi di lapangan rumput atau lahan sawah dan ditemui juga sapi-sapi digembalakan. Para peternak di Seulimum, Jantho dan sekitarnya yang bertempat tinggal dekat bukit, mengembalakan sapi-sapinya sampai ke kaki pegunungan bukit barisan. Namun sapi jantan umumnya digemukkan dalam kandang secara semi intensif (kereman) dan sapi diberikan pakan rumput lapangan, rumput gajah dan rumput raja serta batang pisang.

Pemeliharaan sapi di Kabupaten Pidie dan Aceh Utara , hampir seluruh sapi dilepas ke lapangan- lapangan rumput atau sawah-sawah yang baru dipanen pada pagi hari dan sapi tersebut membentuk beberapa kelompok. Pemberian pakan pada sapi Aceh disaat musim tanam dan musim kemarau hanya mengandalkan jerami padi dan sangat sedikit diberikan rumput segar bahkan rumput kering. Penggemukan sapi Aceh jantan terintegrasi dengan kebun kelapa sawit dapat ditemukan di Cot Girek, Aceh Utara.

Sapi dilepas digembalakan sepanjang hari dalam areal kebun sawit yang luas. Kandang- kandang dibangun dekat pemukiman penduduk . Pada sore hari, sapi peliharaan kembali ke kandang dan mendapatkan tambahan pakan rumput gajah yang telah disediakan pemiliknya dikandang. Penampilan sapi-sapi penggemukan tersebut cukup baik dan dalam waktu singkat sangat bernilai ekonomis untuk dijual (Abdullah., 2009).

Sapi Aceh masih dapat merumput dengan baik walaupun keadaan padang rumput yang miskin hijauan. Pemeliharaan sapi Aceh masih menguntungkan walaupun cukup dengan menyediakan lahan dan kandang seadanya. Sapi-sapi dipelihara sesuai dengan kemampuan ekonomi si peternak dan dapat diarahkan kepada produksi optimal , bukan kepada produksi maksimal yang membutuhkan input besar ( Diskeswannak., 2011).

Kepemilikan sapi di Aceh umumnya merupakan warisan keluarga secara turun-temurun, pembelian atau milik orang lain. Ada aturan bagi hasil ( mawaih) dalah usaha pemeliharaan sapi di Aceh. Apabila sapi yang di pelihara merupakan betina milik orang lain untuk menghasilkan anak, maka anak sapi yang lahir pertama dihargakan satu bagian (0,25%) bagi pemilik modal dan tiga bagian (0,75%) untuk pemelihara sapi, dan anak yang lahir berikutnya dibagi dua bagian deng perbandingan 1 : 1. Apabila sapi jantan milik orang lain yang dipelihara untuk digemukkan, maka perjanjian dari hasil penjualan sapi, labanya dibagi dua bagian yang sama yaitu separuh (50%) untuk pemilik modal dan separuh lagi (50%) untuk pemelihara sapi (Abdullah., 2009).


Sumber Artikel (Klik Disini)
Labels: Sapi Lokal

Thanks for reading Manajemen Pemeliharaan Sapi Aceh . Please share...!

0 Comment for "Manajemen Pemeliharaan Sapi Aceh "

Back To Top