a. Metode in vitro
Metode in vitro adalah
suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang dilakukan di
laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan
ruminansia. Keuntungan metode in vitro adalah waktu lebih singkat dan
biaya lebih murah apabila dibandingkan metode in vivo, pengaruh terhadap
ternak sedikit serta dapat dikerjakan dengan menggunakan banyak sampel pakan
sekaligus. Metode in vitro bersama dengan analisis kimia saling
menunjang dalam membuat evaluasi pakan hijauan (Pell dkk, 1993).
Metode in
vitro dikembangkan untuk memperkirakan kecernaan dan tingkat degradasi pakan dalam rumen, dan mempelajari berbagai respon
perubahan kondisi rumen. Metode ini biasa digunakan untuk evaluasi pakan,
meneliti mekanisme fermentasi mikroba dan untuk mempelajari aksi terhadap
faktor antinurisi, aditif dan suplemen pakan (Lopez, 2005).
b. Metode
in sacco
Metode in
sacco merupakan metode pendugaan kecernaan untuk evaluasi bahan pakan yang
dapat didegradasi di dalam rumen. Metode ini cukup sederhana dan memiliki beberapa
keunggulan yaitu: dapat mengevaluasi bahan pakan lebih dari satu dalam waktu
yang bersamaan serta dapat mempertahankan pH rumen dan populasi mikrobia
dibanding in vitro. Pakan yang diuji diinkubasikan secara langsung pada
lingkungan rumen ( Soejono,1990)
c. Metode
in vivo
Kecernaan
In vivo merupakan suatu cara
penentuan kecernaan nutrient menggunakan hewan percobaan dengan analisis
nutrient pakan dan feses (Tillman dkk.
1991). Anggorodi (2004) menambahkan
pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk
menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam
saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap dalam
saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara
jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam
feses.
Tipe evaluasi pakan In vivo
merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan
analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis,
fermentative, dan hidrolisis (Mc Donald dkk.2002).
Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang
terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan
pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang
ditentukan secara In vivo biasanya 1%
sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro (Tillman dkk.,1991).
Daftar Pustaka
Lopez, S. 2005. In vitro and In situ techniques for estimating digestibility. Dalam J. Dijkstra, J. M. Forbes, and
J. France (Eds). Quantitative Aspect of
Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Edition. ISBN 0-85199-8143. CABI
Publishing, London
McDonald, P., R. Edwards, J.
Greenhalgh, and C. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Longman
Scientific & Technical, New York.
Pell, A.NND.J.R. Cherney and J.S. Jones. 1993. Technical note: Forage InVitro Dry
Matter Digestibility as influenced by Fibre Source in TheDonor Cow Diet. J.
Animal Sci 71.
Soejono, M. 1990.
Petunjuk Laboratotium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S.
Reksohadiprojo,S. Prawirokusumo dan S. Lendosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Cetakan Kedua Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Labels:
Kecernaan,
Ruminansia
Thanks for reading Metode Pengukuran Kecernaan pada Ruminansia . Please share...!
0 Comment for " Metode Pengukuran Kecernaan pada Ruminansia "