Silase adalah
pakan produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian dan agroindustri
dengan kadar air tinggi yang diawetkan dengan menggunakan asam, baik yang
sengaja ditambahkan maupun secara alami dihasilkan bahan selama peyimpanan dalam
kondisi anaerob (Moran 2005; Johnson dan Harrison 2001; McDonald et al.
1991; Woolford 1984). Keadaan anaerob ini harus tetap dipertahankan, sebab
udara adalah musuh besar silase (Schroeder 2004; Moran 2005). Proses kimiawi
atau fermentasi yang terjadi selama penyimpanan silase disebut ensilase,
sedangkan tempatnya disebut silo (Woolford 1984; McDonald et al. 1991).
Tujuan utama
pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan
suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang (Sapienza dan Bolsen 1993;
Schroeder 2004; Jones et al. 2004). Memacu terciptanya kondisi anaerob
dan asam dalam waktu singkat merupakan prinsip dasar pembuatan silase. Menurut
Coblentz (2003) ada tiga hal penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu
menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam lakat yang membantu
menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam silo dan menghambat
pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Pembuatan silase tidak tergantung
denganmusim (Sapienza dan Bolsen 1993; Schroeder 2004).
Ada 2 cara
pembuatan silase yaitu secara kimia dan biologis. Cara kimia dilakukan dengan
penambahan asam sebagai pengawet seperti asam format, asam propionat, asam
klorida dan asam sulfat. Penambahan tersebut dibutuhkan agar pH silase dapat
turun dengan segera (sekitar 4.2), sehingga keadaan ini akan menghambat proses
respirasi, proteolisis dan mencegah aktifnya bakteri Clostridia (Coblentz
2003; McDonald et al. 1991). Sedangkan secara biologis dengan
menfermentasi bahan sampai terbentuk asam sehingga menurunkan pH silase. Asam
yang terbentuk selama proses tersebut antara lain adalah asam laktat, asam
asetat dan asam butirat serta beberapa senyawa lain seperti etanol,
karbondioksida, gas metan, karbon monoksida nitrit (NO) dan panas (McDonald et
al. 1991;Woolford 1984; Bolsen et al. 2000).
Secara umum
kualitas silase dipengaruhi oleh tingkat kematangan hijauan, kadar air, ukuran
partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan pemakaian aditif (Schroeder
2004; Moran 2005). Lebih lanjut dijelaskan faktor lainnya yang mempengaruhi
kualitas silase yaitu: 1) karakteristik bahan meliputi; kandungan bahan kering,
kapasitas penyangga, struktur fisik dan varietas), 2 tata laksana pembuatan
silase yaitu; ukuran partikel, kecepatan pengisian silo, kepadatan pengepakan,
dan penyegelan silo dan 3) keadaan iklim: suhu dan kelembaban (Sapienza dan
Bolsen 1993; Woolford 1984; McDonald et al. 1991)
0 Comment for "Silase"