Pubertas
Orangutan jantan memiliki siklus reproduksi, dimulai dari masa pubertas atau dewasa kelamin, dan dewasa tubuh. Masa pubertas ditandai dengan melakukan proses pemilihan pasangan (Wich et al. 2009; Knott et al. 2009). Pada umur 10 tahun sudah mulai terlihat sifat-sifat kelamin sekunder dan melakukan perilaku reproduksi (Delgado dan van Schaik 2000; Knott et al. 2009). Orangutan yang berada di dalam pemeliharaan kebun binatang ataupun rehabilitasi memasuki masa pubertas dan mampu mempunyai keturunan pertama kali jauh lebih muda dibandingkan orangutan di habitatnya, disebabkan faktor habitat dan pemenuhan nutrisi yang tercukupi (van Schaik 2006). Pubertas pada orangutan jantan dicapai mulai menginjak usia remaja (adolescent) yaitu pada kisaran umur 5-8 tahun, berat badan sekitar 15-30 kg. Ciri-ciri morfologi, sebagai berikut: rambut panjang dan berdiri masih terdapat di sekitar wajahnya, warna lingkaran sekitar mata berubah gelap, gigi berubah, mulai dapat dibedakan dengan betina terutama pada daerah genitalianya, mulai menunjukkan perilaku sosial dan seksual. Jantan pra dewasa (sub adult) kisaran umur sekitar 8-13 tahun, berat badan 30-50 kg. Keseluruhan wajah gelap, bantalan pipi (cheek pads) dan kantong suara belum berkembang; janggut mulai tumbuh, rambut di sekitar wajah pendek dan tidak berdiri tetapi merata pada tulang dahi, kematangan seksual tampak jelas dan menghindari pertemanan dengan jantan dewasa (Mapple 1980; Kuze et al. 2005).
Dewasa tubuh
Dewasa tubuh (sexual maturity) pada jantan dicapai ketika menginjak usia dewasa yaitu kisaran umur di atas 13 atau15 tahun, berat badan 50-90 kg (Mapple 1980; Kuze et al. 2005), lebih lambat dibanding gorilla 11-13 tahun (Nowak 1999; Petrosky 2004). Usia kematangan untuk kawin tersebut dapat terjadi lebih cepat pada gorilla yang hidup di penangkaran (Koko The Gorilla Foundation 2000). Ciri-ciri morfologinya sebagai berikut: tubuh lebih besar dari pada betina dewasa, karakteristik seksual sekunder berkembang maksimal, memiliki bantalan pipi, janggut, kantong suara dan rambut yang panjang, matang secara seksual dan secara sosial, melakukan penjelajahan sendiri, bergerak dengan hati-hati, menyuarakan seruan panjang (long call), terlihat melakukan aktivitas kopulasi (Mapple 1980; Kuze et al. 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jantan orangutan Sumatra menjadi bapak anak pertama pada umur rata-rata 19.4 tahun, sedangkan orangutan Kalimantan 17.8 tahun. Umur reproduktif terakhir jantan orangutan Sumatra rata-rata 26.3 tahun dan orangutan Kalimantan 24.7 tahun (Anderson et al. 2008).
Periode Kawin
Periode kawin orangutan jantan adalah sepanjang tahun, dimana fisiologi endokrin jantan lebih respon terhadap status reproduksi betina dan kelimpahan makanan sebagai keseimbangan energi untuk memulai pengaturan dan percepatan reproduksi. Pada periode kawin, jantan dan betina orangutan hidup bersama hanya untuk beberapa hari. Jantan dewasa orangutan tidak bersikap toleran terhadap jantan dewasa lainnya. Setiap perjumpaan antara dua jantan dewasa diakhiri dengan perkelahian dan salah satu diantaranya menghindar (Galdikas 1985). Orangutan jantan dewasa lebih bersifat soliter pada masa tidak tanggap seksual (Rijksen 1978) atau hanya bergabung sementara dengan betina dewasa atau remaja, hanya untuk melakukan perkawinan (Boitani dan Bartoli 1983).
Ketidakterikatan itu juga menimbulkan perbedaan tipe strategi perkawinan jantan. Jantan dewasa dominan, jantan dewasa tanggung dan jantan dewasa lain mampu menjaga keberhasilan reproduksi yang relatif dengan strategi perkawinan yang berbeda. Hirarki dominansi bisa terbentuk dan terpelihara di antara jantan dewasa yang secara teratur saling bertemu dan jantan yang lebih dominan (badan paling besar) dan memiliki kondisi badan terbaik. Jantan dewasa selalu lebih dominan terhadap jantan dewasa tanggung (van Schaik et al. 2004 dalam Simorangkir 2009). Seruan panjang (long call) yang dikeluarkan oleh orangutan jantan merupakan suatu bentuk interaksi yang bertujuan untuk menolak orangutan jantan lainnya dan menarik perhatian betina yang sedang masa reseptif, serta untuk menentukan daerah teritorialnya (Galdikas 1985). Seruan panjang ini dapat terdengar sampai radius 1 km (Learning 2001).
Usia Harapan Hidup (lifespans)
Orangutan Kalimantan jantan mempunyai lifespans di penangkaran lebih lama dari pada jantan Sumatera. Meskipun rata-rata perbedaanya hanya 1.3 tahun. Sedangkan di habitat alam orangutan Kalimantan jantan mempunyai lifespans lebih pendek (33.7 tahun) dibanding jantan orangutan Sumatera (sampai 40.8 tahun) (Anderson et al. 2008). Persentase kematian mencapai 1.25%, tetapi analisis menunjukkan kelangsungan hidup tidak ada perbedaan yang signifikan. Kematian perinatal dan postnatal tidak menyebabkan lifespans berbeda secara signifikan antara jantan Kalimantan dan Sumatera.
Labels:
Orang Utan
Thanks for reading Siklus Reproduksi Orangutan Jantan. Please share...!
0 Comment for "Siklus Reproduksi Orangutan Jantan"