Konektivitas merupakan fungsi dari patch habitat
dan distribusi jarak antar-patch (Baranyi et al. 2011).
Konektivitas yang terjadi di dalam lanskap mempertimbangkan variabel patch,
batas tepi (edge), kontinuitas, dan koridor. Konektivitas lanskap harus
dipertimbangkan dalam konsep ketersediaan habitat secara luas agar dapat
diintegrasikan ke dalam aplikasi perencanaan konservasi lanskap. Ketersediaan
habitat mempertimbangkan patch sebagai ruang terjadinya konektivitas,
integrasi patch habitat, dan hubungan antar-patch yang berbeda
dalam ukuran tunggal (Saura dan Pascual 2007). Konektivitas dalam lanskap
berperan sebagai derajat lanskap yang memfasilitasi atau menghambat gerakan
yang terjadi antar-patch habitat, mendukung arus ekologi, dan sebagai pelestarian
keanekaragaman hayati jangka panjang (Saura dan Pascual 2007). Konektivitas
dapat memastikan kemungkinan terjadinya penyebaran dan aliran gen, yang
keduanya sangat penting untuk menghindari penurunan dan kepunahan populasi (Haddad
2003). Oleh sebab itu, konektivitas menjadi salah satu komponen yang paling
penting dipertimbangkan dalam manajemen lanskap sebagai dasar perencanaan
konservasi dan analisis perubahan lanskap.
Konektivitas antar-patch habitat dapat
dianalisis melalui model probabilitas. Beragam pendekatan pemodelan telah
digunakan untuk menentukan potensi dalam konektivitas habitat. Konektivitas
dalam lanskap dapat diukur dengan menggunakan indeks probabilitas konektivitas (PC/probability
of connectivity) (Saura dan Pascual 2007). Probability of connectivity
merupakan pendekatan dasar area konektivitas yang menggabungkan dua elemen
penting dalam evaluasi keanekaragaman hayati, yaitu ukuran patch habitat
dan jarak dalam ukuran tunggal. Probability of connectivity didefinisikan
sebagai kemungkinan dua satwa secara acak ditempatkan dalam lanskap dengan
habitat yang mudah dicapai satu sama lain (interconnected) dengan
indikator jumlah patch dan koneksi di antara patch tersebut.
Aplikasi PC dapat mengidentifikasi elemen-elemen penting dan elemen lanskap
yang paling kritis (patch atau koridor) untuk pemeliharaan konektivitas
habitat secara keseluruhan. Hasil dari analisis PC ini juga dapat dengan mudah
dipahami dan dimanfaatkan oleh para perencana dan manajer pengelolaan
lingkungan (Saura dan Pascual 2007).
Probabilitas konektivitas (PC) terdiri dari tiga
indeks utama, yaitu PCintra, PCflux, dan PCconnector (Saura dan Rubio 2010).
PCintra menunjukkan besarnya konektivitas yang terjadi di dalam patch itu
sendiri (inter patch). Nilai PCintra yang tinggi menunjukkan bahwa
konektivitas yang terjadi di dalam patch tersebut semakin tinggi. PCflux
merupakan penyebaran aliran yang masuk dan keluar melalui konektivitas yang
terjalin antar dan inter patch. Semakin luas patch habitat, maka
aliran yang terjalin antar-patch semakin tinggi dan ditunjukkan dengan
nilai PCflux yang tinggi. Patch habitat dengan nilai PCintra dan PCflux
yang tinggi dapat dijadikan sebagai habitat inti (core habitat).
PCconnector (PCcon) merupakan indeks yang paling penting yang menunjukkan
tingkat konektivitas antar patch. Berdasarkan nilai PCcon ini dapat
menentukan patch yang terisolasi dengan nilai PCcon = 0 dan patch yang
terkoneksi dengan nilai PCcon > 0. Semakin tinggi nilai PCcon maka semakin besar
suatu patch memberikan koneksi terhadap patch lainnya (Saura dan
Rubio 2010).
Labels:
Konservasi
Thanks for reading Konektivitas Lanskap Untuk Keperluan Konservasi . Please share...!
0 Comment for "Konektivitas Lanskap Untuk Keperluan Konservasi "