Untuk keperluan hidupnya dan
untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung
asam amino seimbang, dan berkualitas, energi yang mengandun karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral (Rasyaf, 1997).
Kartadisastra (1994)
menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam
yang dipelihara, sistem pemeliharaan, dan tujuan produksi. Disamping itu juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan
tempat ternak itu dipelihara. Kebutuhan protein hidup pokok secara praktis
didefenisikan sebagai jumlah protein endogen ditambah dengan protein cadangan
(protein reserves) untuk pembentukan antibodi, enzim, hormon serta untuk
mempertahankan jaringan bulu dan bobot badan tetap.
Metode pengukurannya adalah
dengan (1) mengukur besarnya retensi nitrogen yang diperlukan untuk protein
cadangan pada keadaan tidak berproduksi dan rontok bulu atau (molting); (2)
mengukur nitrogen endogen. Keduanya diukur pada saat kebutuhan energi metabolis
basal terpenuhi. Tahap pertama memerlukan ransum yang diketahui tepat kandungan
nitrogennya dan tahap kedua ransumnya bebas protein (Amrullah, 2003).
Pada penyusunan formulasi
ransum secara praktis, perhitungan kebutuhan nutrien hanya didasarkan pada
kebutuhan energi dan protein, sedangkan kebutuhan nutrien yang lain hanya
disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisiensi maka perlu
ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi
ransum harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat
penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi
namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh
karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat ekeseimbangan
antara tingkat energi dan protein, sehingga penggunaan ransum menjadi efisien
(Suprijatna et al., 2005).
Perbedaan ransum yang
diberikan tergantung pada kebutuhan broiler pada fase pertumbuhannya. Kebutuhan
zat makanan broiler pada fase yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi
Broiler Fase Starter dan Finisher
Pada penyusunan formulasi
ransum secara praktis, perhitungan kebutuhan nutrien hanya didasarkan pada
kebutuhan energi dan protein, sedangkan kebutuhan nutrien yang lain hanya
disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisiensi maka perlu
ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi
ransum harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat
penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi
namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh
karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat energi dan
proteinsehingga penggunaan ransum menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).
Keunggulan ayam pedaging
didukung oleh sifat genetik, karena ayam pedaging ini memiliki laju pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat cepat, sehingga produksi optimal hanya dapat
diwujudkan apabila ayam tersebut memperoleh makanan yang berkualitas baik dalam
jumlah kebutuhan nutrisi yang mencukupi. Rekayasa genetik, perkembangan
teknologi pakan dan manajemen perkandangan menyebabkan strain ayam broiler yang
ada sekarang lebih peka terhadap formula pakan yang diberikan (Wahju, 2004).
Sumber Artikel (Klik Here)
Labels:
Broiler
Thanks for reading Kebutuhan Nutrisi Broiler . Please share...!
0 Comment for "Kebutuhan Nutrisi Broiler "