Pengolahan tepung ikan dapat
dilakukan dengan metode konvensional maupun metode sederhana (skala kecil).
Pengolahan tepung ikan secara konvensional dilakukan secara mekanis dan
tahap-tahap pengolahannya merupakan suatu rangkaian yang kontinu. Bahan mentah
masuk kedalam unit pengolahan dan keluar sudah menjadi produk akhir (tepung
ikan). Sistem pengolahan secara konvensional sudah banyak diterapkan oleh
pabrik-pabrik tepung ikan. Tahap-tahap pengolahan tepung ikan secara
konvensional berturutturut pencincangan, penggilingan (milling), pengemasan dan
penyimpanan (Indriyati et all,1990).
Pengolahan tepung ikan secara
sederhana hampir sama dengan pengolahan secara konvensional namun dengan
peralatan yang lebih sederhana. Secara garis besar ada dua metode pengolahan
tepung ikan skala kecil yaitu pengolahan dengan cara mekanis dan non mekanis.
Pengoalahan dengan cara non mekanis ini sangat sederhana, baik cara maupun
peralatan yang digunakan. Tahap pengolahannya adalah perebusan, pengepresan
penghancuran dan pengeringan, penggilingan (Ilyas et all, 1985).
Pengolahan secara mekanis
yaitu sebagian peralatan digerakkan secara mekanis, namun tetap tidak menggunakan
steam boiler dan sentrifuge . Ada dua tipe instalasi yang dapat digunakan dan
pilihannya dapat disesuaikan dengan kadar lemak ikan yang akan diolah yaitu
pengeringan langsung dan pengeringan tidak langsung. Prinsip dasar pengolahan
tepung ikan yaitu pemasakan, pemisahan air dan minyak, pengeringan dan
penggilingan. Pemasakan (rebus/kukus) merupakan tahap menentukan dalam
pengolahan tepung ikan. Tingkat pemasakan harus tepat, sehingga seluruh bahan
mentah akan menggumpal (terkoagulasi). Jika tidak terjadi penggumpalan total
maka akan dihasilkan press cake dengan kadar air dan lemak yang masih tinggi.
Akibatnya pemisahan minyak dari cairan juga sukar (Moeljanto, 1982).
Tujuan pemasakan agar terjadi
proses denaturasi protein daging dan pemecahan sel-sel daging ikan sehingga air
dan minyak mudah dipress keluar. Selain itu pemasakan dimaksudkan untuk
menghambat kegiatan enzim dan pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan
(Departemen Pertanian, 1987). Selama proses pengolahan, bahan makanan
terpengaruh dalam banyak hal, termasuk perubahan protein, lemak, karbohidrat
yang dapat menyebabkan perubahan baik positif maupun negatif terhadap kualitas
dan status gizi (Dagerskoy, 1977).
Menurut Windsor dan Barlow
(1981) suhu pemasakan tepung ikan biasanya sekitar 95-1000 C dengan waktu
pemasakan sekitar 20 menit atau dapat dilakukan selama 15-30 menit pada suhu 97
0 C. Sedangkan menurut Djazuli et all (1998) menyatakan bahwa pengolahan tepung
ikan dengan pengukusan selama 30 menit menghasilkan tepung ikan 8,1% air, 55,3%
Protein, 8% lemak dan 17,1% abu.
Sementara waktu yang
dibutuhkan untuk mengukus tergantung jenis ikan. Untuk ikan berkulit tipis
seperti lemuru, layang dan tembang membutuhkan waktu antara 30-45 menit,
sedangkan ikan berkulit tebal seperti beloso dan kurisi membutuhkan waktu 45-60
menit. Pengepresan dilakukan dengan menggunakan tekanan sehingga terjadi
pemisahan antara padatan dan cairan (air dan minyak). Pada pengepresan
diperkirakan akan menurunkan kadar air menjadi 50 % dan kadar minyak 4-5%. Pada
industri kecil/rumah tangga pengepresan dilakukan dengan cara dinjak-injak. Hal
tersebut dapat mengakibatkan tepung ikan menjadi kotor dan pengeluaran air menjadi
tidak sempurna serta mudah diserang serangga, jamur karena kadar air dan lemak
masih tinggi. Warna dan bau akan cepat berubah sehingga mutu tepung ikan cepat
turun. Bahan padatan yang didapat kemudian dikeringkan. Pada indutri tepung
ikan skala besar pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan secara
langsung dan tidak langsung. Pengeringan langsung dilakukan dengan cara preess
cake kedalam ruangan yang dialiri udara panas 5000 C. Keuntungan cara ini
adalah cepat, namun panas yang berlebihan akan merusak kandungan nutrisi bila
tidak dikontrol dengan baik. Cara pengeringan tidak langsung dengan memanaskan
bahan yang dipress (pada conveyor) dalam silinder yang diselimuti uap panas,
pengeringan dilakukan sampai kadar air mencapai 6-9% sedangkan pada industri
kecil, pengeringan dilakukan dengan sinar matahari. Bahan yang telah
dikeringkan selanjutnya digiling dan ditepungkan dengan alat penepung dan
dilakukan pengepakan ke dalam kantung plastik. Selama penggudangan dan
distribusi mungkin terjadi proses oksidasi minyak (lemak) yang dapat berakibat
terjadi ketengikan dan perubahan warna. Untuk mencegahnya dapat ditambahkan
antioksidan misalnya ethoxyginin anatar 200- 1000 mg/kg tepung ikan.
Labels:
Teknologi Pakan
Thanks for reading Teknologi Pengolahan Tepung Ikan . Please share...!
0 Comment for "Teknologi Pengolahan Tepung Ikan "