Usaha peternakan khususnya di
Indonesia masih dikelola secara taradisional, yang bercirikan dengan usaha
hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Soehaji (
Saragih:2000 ), tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan
tingkat pendapatan peternak, dan dan diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berikut:
1. Peternakan sebagai usaha
sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan
sendiri ( subsistence ), dengan tingkat pendapatan usaha ternak kurang dari
30%.
2. Peternakan sebagai cabang
usaha, dimana peteni peternak mengusahakan pertanian campuran ( mixed forming )
dengan ternak sebagai cabang usaha, dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak
30-70% (semi komersial atau usaha terpadu)
3. Peternakan sebagai usaha
pokok, dimana peternakan mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi
pertanian lainnya sebagai usaha sambilan ( single komodity), dengan tingkat
pendapatan usaha ternak 70- 100%.
4. Peternakan sebagai usaha
sendiri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (specialized farming)
dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100% ( komoditi pilihan).
Ternak sapi merupakan jenis
usaha yang dilakukan dalam sekala besar khususnya di Indonesia. Ternak sapi
memiliki manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis tinggi jika dibandingkan
dengan ternak lainnya. Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih menarik
sehingga mudah merangsang pertumbuhan usahanya. Hal ini bisa di buktikan dengan
perkembangan usaha peternakan sapi yang ada di Indonesia jauh lebih maju jika
dibandingkan dengan ternak lain, seperti kerbau, babi, domba dan kambing.
Peternakan sapi yang ada di Indonesia semuanya adalah peternakan rakyat atau
keluarga yang merupakan usaha sambilan dan cabang usaha, yang belum bisa
memenuhi permintaan daging berkualitas. Hal ini dapat terjadi karena
pengelolaannya yang masih sangat tradisional.
Usaha ini belum dilakukan
sebagai mata pencaharian utama, sehingga tidak di kelola sebagai penghasil
daging. Keadaan industri peternakan seperti ini mempengaruhi kualitas daging
yang di hasilkan dan pada gilirannya berpengaruh dengan terhadap harga yang
terbentuk. Keadaan ini lebih diperburuk lagi oleh kenyataan sikap konsumen yang
pada umumnya belum selektif terhadap mutu/kualitas daging yang dibelinya.
Selera konsumen daging
terhadap marbling (perlemakan), warna dan keempukan, belum begitu tinggi (Azis
dalam Bidiarti, 2000). Menurut ( Wiliamson dan Payne dalam Rivai,2009 ),
setidaknya ada tiga tipe dalam peternakan sapi di daerah tropis yaitu
peternakan rakyat atau subsistem, peternakan spesialis, produsen skala besar.
Purawirokusumo (1990)
menyatakan bahwa berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan,
dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat
digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Usaha yang bersifat
tradisional, yang diwakili oleh petani dangan lahan sempit, yang mempunyai 1-2
ekor ternak.
2. Usaha backyard yang
diwakili oleh peternak sapi perah yang menggunakan teknologi seperti kandang,
manajemen, pakan komersial, bibit unggul,dan lain-lain.
3. Usaha komersial adalah
usaha yang benar-benar menerapkan prinsipprinsip ekonomi antara lain untuk
keuntungan maksimum.
Labels:
Sosial Ekonomi Peternakan
Thanks for reading Tinjauan Umum Skala Usaha Ternak Sapi . Please share...!
0 Comment for "Tinjauan Umum Skala Usaha Ternak Sapi "