Penilaian
produktivitas telur dari sekelompok itik adalah dengan menghitung produksi
harian atau PTH (Produksi Telur Harian). Produktivitas telur baik bila nilai
PTH tersebut lebih dari 60%. Itik mempunyai nilai PTH tinggi bila dipelihara
tidak lebih dari umur 18 bulan (Hardjosworo dan Rukmiasih, 1999).
Bobot telur
biasanya digunakan sebagai ukuran telur. Ada beberapa variasi perbedaan ukuran
telur, variasi ini disebabkan faktor genetik dan perbedaan lingkungan. Menurut
Siagian (1996), rataan bobot telur pertama dari itik Cirebon dan Tegal
masing-masing 51,01 gram/butir dan 51,07 gram/butir.
Bobot telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, bangsa, umur dewasa kelamin,
obat-obatan, zat nurisi, tingkat protein dalam ransum, cara pemeliharaan dan
suhu lingkungan (Anggorodi, 1985; Romanoff dan Romanoff, 1963). Selanjutnya
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa berat telur akan bertambah sampai
pada batas tertentu dan selanjutnya berat telur relatif konstan.
Konversi ransum
adalah jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan telur dalam ukuran yang
sama. Konversi ransum tergantung pada jumlah pakan yang dikonsumsi, jumlah dan
bobot telur yang dihasilkan. Bila jumlah telur yang dihasilkan banyak akan
menyebabkan konversi pakan yang kecil bila dibandingkan dengan itik yang
berproduksi sedikit walaupun konsumsi dan bobot telur sama (Zubaidah, 1991).
Konversi ransum merupakan cara untuk mengukur efisiensi penggunaan ransum yaitu
perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi
yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau jumlah bobot telur) dalam kurun
waktu yang sama.
Konversi ransum
untuk itik Alabio, CV 2000 dan silangannya yaitu Alabio dengan CV 2000 serta CV
2000 dengan Alabio, masing-masing adalah 8,24; 7,08; 6,91 dan 5,79 pada umur 19
sampai 28 minggu, untuk itik yang sama pada umur 21 sampai 28 minggu mempunyai
nilai konversi sebesar 6,7; 5,7; 5,55; dan 4,64 (Zubaidah, 1991). Konversi
ransum dapat digunakan sebagai gambaran untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi.
Angka konversi ransum menunjukan tingkat efisiensi pakan, artinya jika angka
konversi ransum semakin tinggi maka penggunaan ransum kurang ekonomis dan
sebaliknya. Anggorodi (1985) mengemukakan bahwa konversi ransum merupakan
indikator teknis yang dapat menggambarkan penggunaan ransum. Angka konversi
ransum akan membaik bila hubungan antara energi dan protein dalam ransum telah
disesuaikan. Faktor-faktor yang berpengaruh pada konversi pakan adalah produksi
telur, kandungan energi dalam ransum, bobot badan, kandungan nutrisi dalam
pakan dan temperatur udara.
Daftar Pustaka
Anggorodi, R.
1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Unversitas Indonesia
Press, Jakarta.
Hardjosworo,
P. dan Rukmiasih. 1999. Itik Permasalahan dan Pemecahan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Romanoff, A.
L. dan A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Willey and Sons Inc, New York.
Siagian, B.
1996. Performans produksi dan reproduksi beberapa itik lokal dan itik CV 2000
serta persilangan pada sisitem pemeliharaan intensif. Tesis. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zubaidah. 1991. Performans produksi
telur hasil persilangan itik Alabio dengan itik bibit induk CV 2000 pada
generasi pertama. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
0 Comment for "Bobot Telur dan Konversi Ransum Itik"