Tanaman coklat
merupakan tanaman yang berasal dari Lembah Amazon dan Orinoco di Amerika
Selatan. Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau
cabang, karena itu digolongkan kedalam tanaman caufloris (Anonim, 2004).
Adapun sistematika tanaman ini adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L
Sumber : http://www.produknaturalnusantara.com/ |
Persentase
bagian-bagian buah coklat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1.
Persentase Bagian-Bagian dan Buah Kakao
Komponen
|
Segar (%)
|
Kering (%)
|
Kulit Buah
|
68.5
|
47.2
|
Placenta
|
2.5
|
2.0
|
Biji
|
29.0
|
50.8
|
Sumber: Siregar,
dkk, 1992.
Sumber : http://lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ |
Kulit buah kakao (KBK) merupakan hasil
dari proses pengolahan buah kakao yang telah dipisahkan dari buahnya dan
merupakan salah satu limbah yang sangat potensial untuk dijadikan bahan makanan
ternak ruminansia. Roesmanto (1991), menyatakan bahwa kulit buah kakao dapat
menjadi salah satu bahan dalam sistem pakan ternak.
Indonesia menduduki peringkat ke dua
dunia atau utama di wilayah Asia Oceania sebagai produsen kakao dengan produksi
425 ribu ton per tahun diikuti Papua New Guinea dan Malaysia. Sementara dari
data Dirjen Perkebunan tahun 2007 menunjukkan bahwa luas penanaman kakao
mencapai 1.191.742 ha. Proporsi kulit buah kakao (KBK) mencapai 75% dari total
buah kakao, dengan kadar air sebesar 85% (Tequia et al., 2004). Berdasarkan
komposisi tersebut maka dari produksi kakao sebesar 425 ribu ton setiap tahun
akan tersedia minimal 2.287.000 ton KBK segar atau 350 ribu ton KBK kering.
Roesmanto (1991) menyatakan bahwa kulit
buah kakao dapat menjadi salah satu bahan dalam sistem pakan ternak. Komposisi
nutrisi kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Komposisi nutrisi kulit buah kakao
Komponen
|
Persentase (%)
|
Bahan Kering
|
91,33
|
Protein Kasar
|
9,71
|
Lemak
|
0,9
|
Serat Kasar
|
40,33
|
Abu
|
14,8
|
BETN
|
34,26
|
TDN
|
40
|
ADF
|
65,12
|
NDF
|
66,26
|
Hemiselulosa
|
1,14
|
Selulosa
|
37,17
|
Silika
|
0,7
|
Lignin
|
27,15
|
Sumber :
Amirroenas (1990)
Selain memiliki
potensi produksi dan komposisi nutrien yang baik, KBK juga memiliki faktor
pembatas diantaranya memiliki kandungan lignin yang tinggi yaitu 27,95 – 38,78%
sehingga dapat mempengaruhi daya cerna. Kulit buah kakao juga mengandung
alkaloid theobromin (3,7-dimethyl xanthine) sebanyak 0,17 – 0,22% (Wong dan
Hasan, 1988), kafein (1,3,7- trimetilxanthine) sebanyak 1,8 – 2,1% dan
mengandung tanin sebanyak 0,84% (Rinduwati dan Ismartoyo, 2002). Tingginya
kandungan tanin dan lignin dapat menurunkan daya cerna, karena tanin dapat
mengikat protein, selulosa, dan hemiselulosa sehingga aktivitas enzim protease
dan selulase menjadi terhambat.
Kulit buah kakao
merupakan bahan makanan ternak yang berserat tinggi dan mengandung bahan
lignoselulotik (Jackson, 1978). Selanjutnya dinyatakan bahwa buah kakao yang
masak mempunyai kulit buah yang tebal dan di dalam setiap buah terdapat 30-50
biji, tergantung pada varietasnya. Bijinya dikelilingi oleh pulp yang berlendir
seperti getah.
Penggunaan
limbah kulit buah kakao sebaiknya diolah terlebih dahulu, terutama jika
diberikan sebagai pakan tunggal. Hal ini disebabkan limbah kulit buah kakao
mengandung theobromine yang menyebabkan keracunan pada ternak. Theobromine
diduga dapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen, sehingga dapat menurunkan
kemampuan ternak untuk mencerna dan memanfaatkan nutrisi yang terkandung.
Meningkatkan
kualitas kulit buah kakao sebagai alternatif pakan ternak yang memiliki nilai
nutrisi tinggi dapat dilakukan dengan cara a) teknologi fisik, yaitu dilakukan
dengan cara pencacahan, perendaman, pengeringan, penghalusan, dan pelleting; b)
teknologi kimia, yaitu dilakukan dengan cara amoniasi. Selain kedua cara
tersebut dapat juga dilakukan dengan teknologi fermentasi sebagai alternatif
pakan ternak (Anonim, 2011).
Daftar Pustaka
Amirroenas, D. E. 1990. Mutu Ransum
Berbentuk Pellet Dengan Bahan Serat Biomassa POD Coklat Untuk
Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Tesis Fakultas Pascasarjana,
Institute Pertanian, Bogor.
Anonim, 2004. Budidaya
Kakao. Jember.
______, 2011. Kajian Pemanfaatan Limbah Sebagai
Pakan Sapi Potong. http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=146:kajian-pemanfaatan-limbah-pasar-sebagai-pakan-sapi-
potong-di-dki jakarta&catid=21:peternakan&Itemid=25. Akses
28 Februari 2013
Jackson, M.G. 1978. Rice Straw as
Livestock Feed. World Animal Review, Foodd and Agriculture Organization of
The United Nation, Rome.
Rinduwati dan Ismartoyo, 2002. Karakteristik
Degradasi Beberapa Jenis Pakan (in sacco) dalam Rumen Ternak Kambing. Bul.Nutrisi
dan Makanan Ternak 31:1-14
Roesmanto, J.
1991. Kakao Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta.
Siregar, T.T.S., S. Riyadi dan L.
Nuraeni. 1992. Budidaya Pengolahan Dan Pemasaran Coklat. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tequia, A., H.N.L. Endeley, A. Nishida
and M. Ishiraha. 2004. Broiler performance upon dietary substitution
of cocoa husks for maize. Int. J. Poult. Sci. 3: 779-782
Wong, H.K,. and O.A. Hasan. 1988. Nutritive
value and rumen fermentation profile of sheep fed of fresh or dried
cocoa pod husk based diets. J. Mardi Res. 16: 147-154
Labels:
Bahan Pakan,
Kulit Buah Kakao,
Nutrisi Ternak,
Pakan Alternative,
Teknologi Pakan
Thanks for reading Potensi Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak. Please share...!
0 Comment for "Potensi Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak"