Ukuran
dan bentuk merupakan penduga yang menyeluruh dari bentuk tubuh dan deskripsi
khas dari berbagai gambaran tubuh (Sarbaini, 2004). Fourie et al. (2002)
menyatakan bentuk dan ukuran tubuh sapi dapat diketahui dengan cara mengukur
langsung ataupun secara visual. Ukuran tubuh sering digunakan untuk
mengevaluasi pertumbuhan. Ukuran merupakan indikator penting pertumbuhan,
tetapi tidak dapat digunakan untuk mengindikasikan komposisi tubuh ternak.
Doho
(1994) menyatakan bahwa ukuran tubuh juga dapat digunakan untuk menggambarkan
eksterior hewan sebagai ciri khas atau karakteristik suatu bangsa ternak.
Saladin (1983) menyatakan bahwa ukuran tubuh juga dapat digunakan untuk menduga
asal-usul bangsa ternak. Natasasmita dan Mudikdjo (1985) menambahkan bahwa
ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk membuat rumus penduga bobot
badan.
Menurut
Salamena et al. (2007), keragaman genetik dapat diteliti melalui
pengamatan keragaman fenotipik sifat-sifat kuantitatif melalui analisis
morfometrik. Pengelompokan ternak berdasarkan sifat kuantitatif sangat membantu
untuk memberikan deskripsi ternak, khususnya untuk mengevaluasi bangsa-bangsa
ternak. Pendekatan morfometrik digunakan untuk mempelajari hubungan genetik,
sehingga pengukuran dilakukan terhadap bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh.
Menurut Sarbaini (2004), penanda fenotipik merupakan penciri yang ditentukan
atas dasar-dasar yang dapat diamati atau dilihat secara langsung, seperti
ukuran-ukuran permukaan tubuh, bobot badan, warna dan pola warna bulu tubuh,
bentuk dan perkembangan tanduk.
Penelitian
mengenai ukuran-ukuran tubuh ternak telah banyak dilakukan, diantaranya oleh
Otsuka et al. (1982) yang meneliti asal-usul dan hubungan genealogical
pada beberapa tipe sapi asli Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal asli
Indonesia. Bagian tubuh yang diukur dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
metode baku yang dirancang Wagyu Cattle Registry Association Japan. Bagian
tubuh yang diukur tersebut adalah tinggi pundak (witheres height), tinggi
pinggul (hip height), panjang badan (body length), lebar dada (chest width),
dalam dada 8 (chest
depth), lebar pinggul (hip width), lebar tulang duduk (pin bones width),
lingkar dada (hearth girth) dan lingkar tungkai bawah (cannon circumference).
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa keadaan fisik sapi
Aceh, sapi Padang (sapi lokal Sumatera), sapi Thai dan Cebu (salah satu sapi
asli Filipina) termasuk ke dalam kelompok yang sama. Otsuka et al. (1982)
juga menyatakan bahwa sapi Ongole murni berbeda dengan sapi-sapi Asia lain,
sedangkan sapi Bali lebih mirip banteng.
Ukuran-ukuran
tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara bebas, korelasi diantara
sifat-sifat yang diukur dapat positif apabila peningkatan satu sifat
menyebabkan peningkatan sifat lain. Korelasi negatif apabila satu sifat
meningkat dan sifat lain menurun (Laidding, 1996). Menurut Kadarsih (2003),
lingkar dada mempunyai peranan nyata terhadap peramalan bobot badan dibanding
ukuran tubuh lain. Williamsom dan Payne (1993) menyatakan bahwa penggunaan
ukuran lingkar dada, panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor
hewan dengan tepat. Menurut Hanibal (2008), terdapat korelasi positif antara
skor ukuran tubuh terhadap bobot badan.
Daftar Pustaka
Doho,
S.R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada
domba Ekor Gemuk. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fourie,
P.J., F. W. C. Neser, J.J. Olivier & C. van der Westhuizen. 2002.
Relationship between production performance, visual appraisal and body
measurements of young Dorper Rams. http://www.sasas.co.za/sajas.html.
[18 Oktober 2010].
Hanibal.
2008. Ukuran dan bentuk serta pendugaan bobot bobot badan berdasarkan ukuran
tubuh domba silangan lokal Garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kadarsih,
S. 2003. Peranan ukuran tubuh terhadap bobot badan sapi bali di propinsi
Bengkulu. Jurnal Penelitian UNIB. IX (1):45-48.
Laidding,
A. R. 1996. Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat-sifat
ekonomi penting pada sapi bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan.
Universitas Hasanudin. Ujung Pandang. IV (10) : 127-133
Natasasmita,
A. & K. Mudikdjo. 1985. Beternak Sapi Daging. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Otsuka,
J., T. Namikawa, K., K. Nozawa, & H. Martojo. 1982. Statiscal Analysis on
the body measurement of East Asian native cattle and bantengs: The Origin and
Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas
Scientific Survey. Part III:7-17.
Saladin,
R. 1983. Penampilan sifat-sifat produksi dan reproduksi sapi lokal Pesisir
Selatan di Propinsi Sumatera Barat. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Salamena,
J. F., R. R. Noor, C. Sumantri, & I. Inounu. 2007. Hubungan genetik, ukuran
populasi efektif dan laju silang dalam per generasi populasi domba di Pulau
Kisar. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32[2]: 71-75.
Sarbaini.
2004. Kajian keragaman karakter eksternal dan DNA mikrosatelit sapi Pesisir di
Sumetera Barat. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Williamson,
G. & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Terjemahan: S. G. N. Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Labels:
Sapi
Thanks for reading Ukuran dan Bentuk Tubuh Sapi. Please share...!
0 Comment for "Ukuran dan Bentuk Tubuh Sapi"