Sapi adalah hewan
ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan
lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95%
kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae
(Anonim, 2011a). Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun
SM. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi
Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari Inggris), Brown Swiss (dari
Swiss), Red Danish dari Denmark (Anonim, 2011a).
Di Indonesia sapi
perah mulai dipelihara dan dikembangkan sejak abad ke 17. Pada umumnya sapi
perah yang dipelihara di Indonesia ialah FH dan PFH (Peranakan Fries Holland).
Sapi tersebut berasal dari dataran Eropa yang memiliki lingkungan hidup dengan
temperatur kurang dari 22oC. Sehingga tidaklah mengherankan apabila
usaha ternak sapi perah di Indonesia ini hanya terbatas di daerah-daerah
tertentu yang berhawa dingin (AAK, 2010).
Sapi Fries Holland
sangat populer dan diperkirakan merupakan jenis sapi perah yang populasinya
terbanyak dan telah tersebar luas di berbagai belahan dunia, baik di negara
beriklim tropis maupun subtropis. Ciri
khas dari sapi jenis ini antara lain terlihat di bagian dahinya terdapat warna
kulit dan bulu yang putih berbentuk segi tiga dengan aspek lebar di bagian atas
dan meruncing ke bawah diantara kedua mata berukuran variasi luasan yang
berbeda untuk masing-masing individu. Terdapat pula warna putih di bagian dada,
perut bagian bawah, kaki dan ekor. Prosentase warna antara putih dan
hitam untuk setiap individu bervariasi, umumnya warna hitam lebih dominan
(Anonim, 2011b).
Sapi
FH merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan
kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya. Produksi susu
sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris
sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi Akan
tetapi produksi susu yang dihasilkan oleh sapi perah FH di Indonesia ternyata
lebih rendah, berkisar antara 3000-4000 liter per laktasi. Produksi rataan sapi
perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per
laktasi) (Tawaf, 2011).
Menurut
Sutardi (1981) bahwa apabila lingkungan fisik dan iklim suatu daerah sesuai
dengan habitat asalnya dan sapi diberi pakan berkualitas, maka sapi tersebut
akan menampilkan semua sifat yang dimiliki secara maksimal. Suhu lingkungan
yang tinggi akan menurunkan nafsu makan dan mengurangi konsumsi pakan seekor
sapi perah sehingga menghambat produksi susu sapi tersebut.
Rendahnya produksi
susu sapi perah di Indonesia disebabkan karena faktor
lingkungan yang memegang peranan penting terhadap proses fisiologis dalam tubuh
ternak, sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi kapasitas produksi susu.
Faktor iklim ini masih dapat diatasi dan tidak banyak berpengaruh apabila sapi
perah tersebut diberi pakan yang berkualitas tinggi sehingga dapat berproduksi
sesuai dengan kemampuannya (Sudono, 1983).
Daftar Pustaka
AAK. 2010. Seri Budi Daya Sapi Perah.
Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 2011a. Budidaya
Ternak Sapi Perah. BPP Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Jakarta. http://ebookgratisan.net/budidaya-ternak-sapi-perah
(diakses pada tanggal 15 Februari 2011).
Anonim. 2011b. About Our
Cattle. CV Lemboepasang Dairy Farm. http://www.
lemboepasang.com/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=33
(diakses pada tanggal 15 Februari 2011).
Sudono. 1983. Tatalaksana Produksi
Susu. Departemen Ilmu Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Sutardi. 1981. Sapi Perah dan Pemberian
Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Tawaf
Rochadi. 2011. Sapi Perah Fries Holland. http://www.nusantaraku.org/
forum/animal-forum/126720-sapi-perah-fries-holland.html (diakses pada tanggal
17 Februari 2011).
Labels:
Sapi Perah
Thanks for reading Gambaran Umum Sapi Perah. Please share...!
0 Comment for "Gambaran Umum Sapi Perah"