Ternak
domba termasuk dalam phylum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactyla,
subfamili Cuprinae, famili Bovidae, genus Ovis dan spesies
Ovis aries (Damron, 2006). Subfamili Cuprinae berasal dari
dataran tinggi di daerah pegunungan dan berkembang menjadi spesies, subspesies,
varietas serta ras-ras lokal tertentu. Ternak domba dari Asia tersebar
kesebelah barat antara lain Mediterania, termasuk Eropa dan Afrika serta
kesebelah timur tersebar ke daerah subkontinen India dan Asia Tenggara
(Devendra dan Mc Leroy, 1992). Menurut Salamena (2003) domba merupakan ternak
yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia
Barat, Asia Tenggara, dan Eropa sampai ke Afrika. Di Indonesia, domba terbagi
menjadi (1) domba ekor tipis (Javanese thin tailed), (2) domba ekor gemuk
(Javanese fat tailed), dan (3) domba Priangan atau dikenal juga sebagai domba
garut.
Berdasarkan
data statistik populasi ternak domba di Indonesia mencapai 10.392.849 ekor,
populasi ini terus meningkat dari tahun ke tahun rata-rata sebesar 7,6%. Jawa
Barat adalah provinsi yang memiliki populasi domba tertinggi yaitu 4.926.803
ekor atau 47,4% dari populasi domba nasional. Produksi daging domba di Jawa
Barat sebesar 37.043 ton/tahun merupakan yang tertinggi di seluruh Indonesia,
sedangkan tingkat pemotongan ternak domba dalam waktu setahun mencapai 355.413
ekor (Direktorat Jendral Peternakan, 2008).
Sekitar
50 % dari populasi domba di Indonesia terdapat di Jawa Barat dan terdiri dari
domba asli Indonesia yang dikenal dengan nama domba ekor tipis (Subandriyo dan
Iniguez, 1992). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal
sebagai domba lokal, domba kampung, atau domba kacang, disebut demikian karena
tubuhnya yang kecil (Sumoprastowo, 1987). Domba ini tidak jelas asal - usulnya
dan dijumpai di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah (Devendra dan Mc Leroy,
1992). Domba ekor tipis memiliki keunggulan dalam beradaptasi pada kondisi
iklim tropis serta dapat kawin sepanjang tahun. Konsentrasi domba ekor tipis terdapat
di propinsi Jawa Barat (Iniquez dan Gunawan, 1990). Domba Ekor Tipis merupakan
domba prolifik dan secara umum mampu menghasilkan dua sampai tiga anak dalam
satu kelahiran. Sifat-sifat domba prolifik menurut Tiesnamurti (1992) tercantum
pada Tabel.
Sifat
Domba Prolifik
Sifat
|
Tunggal
|
Kembar Dua
|
Kembar > 3
|
Rata-rata
bobot lahir (kg)
|
2.6
|
1.8
|
1.2
|
Rata-rata
bobot sapih per ekor (kg)
|
15.2
|
10.3
|
8.1
|
Kematian
prasapih (%)
|
10
|
17
|
30
|
Laju
pertumbuhan prasapih (gr/ekor/hari)
|
130
|
95
|
75
|
Laju
pertumbuhan lepas sapih (gr/ekor/hari)
|
119
|
124
|
135
|
Umur
pubertas betina (hari)
|
359.1
|
359.2
|
312
|
Rata-rata
bobot badan setahun (kg)
|
25
|
20
|
18
|
Sumber
: Tiesnamurti (1992)
Karakteristik
domba lokal diantaranya bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak
seragam, hasil daging relatif sedikit (Murtidjo, 1993) dan pola warna bulu
sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan
hitam umumnya (Tiesnamurti, 1992). Tiesnamurti (1992) menyatakan bahwa bobot
dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan
persentase karkas berkisar antara 44-49%. Ekor pada domba Lokal umumnya pendek
(Devendra dan McLeroy, 1992) dengan ukuran panjang rata-rata 19,3 cm, lebar
pangkal ekor 5,6 cm dan tebal 2,7 cm (Tiesnamurti, 1992).
Rataan
jumlah anak per kelahiran (litter size) Domba Ekor Tipis (Jawa Barat) adalah
1.79 ± 0.81 ekor sedangkan Domba Ekor Tipis dari Sumatera adalah 1.54 ± 0.68
ekor (Iniquez dan Gunawan, 1990).
Daftar
Pustaka
Damron,
W. S. 2006. Introduction to Animal Science: Global, Biological, Social and
Industry Perspectives 3rd Ed. Pearson
Education, New Jersey.
Devendra,
C. & G.B. McLeroy. 1992. Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS
Longman Group Ltd. England.
Iniquez, L. & B. Gunawan. 1990. The productive
potential of Indonesian sheep breed for the humid tropics: A review Proc 13th Annual
Converence of Malaysia Society and Animal Production, Malacca. 270-274.
Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius,
Yogyakarta.
Salamena, J. 2003. Strategi pemuliaan ternak domba
pedaging di Indonesia. Makalah Seminar. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Subandriyo & L. C. Iniguez. 1992. Dasar-dasar
program peningkatan mutu genetik domba ekor tipis. Wartazoa 2(3-4): 8-14.
Sumoprastowo, R.M. 1987. Beternak Domba Pedaging dan
Wool. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Tiesnamurti, B. 1992. Alternatif pemilihan jenis
ternak ruminansia kecil untuk wilayah Indonesia bagian Timur. Potensi
ruminansia kecil Indonesia bagian Timur. Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok,
Nusa Tenggara Barat. BPT Bogor.
0 Comment for "Sifat - Sifat Domba"