Dalam memilih penanaman bibit
kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain produktivitas,
kualitas, ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit. Untuk keperluan
budidaya kopi Arabika, biasanya dilakukan dengan cara membuat bibit generatif. Kopi
Arabika tidak memerlukan cara vegetatif, kecuali untuk kebutuhan penelitian.
Beberapa varietas atau klon yang selama ini dianggap unggul dan dianjurkan oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan antara lain:
1. Jenis Arabika untuk lahan
pada ketinggian 500-700 m dpl dan dibiakkan melalui stek: (1) skala besar: Klon
S 795; (2) skala kecil: Klon S 288 dan Klon S 333.
2. Jenis Arabika untuk lahan
pada ketinggian 700-1700 m dpl dan dibiakkan melalui sambungan atau stek antara
lain (1) skala besar: Klon S 795, AB3, AB4; (2) skala kecil: Klon Maesan, 1-D7,
S 288, S 333; (3) skala percobaan: Klon USDA 230762, USDA 231001, USDA 230731,
USDA 230765, USDA 231006, USDA 2064125.
Dalam pemeliharaan kopi
Arabika, pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur
Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur
mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di
pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za yang merupakan sumber N, Triple Super
Phospat (TSP) dan KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga
tersedia penggunaan pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket
di dalamnya, selain mengandung unsur NPK, juga mengandung unsur-unsur mikro.
Selain pupuk anorganik tersebut, tanaman kopi sebaiknya juga dipupuk dengan
pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos. Pemberian pupuk buatan
dilakukan dua kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan dengan
meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari permukaan
tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang
hanya dilakukan tahun 0 (penanaman pertama).
1 Comment for "Budidaya Tanaman Kopi Arabika"
Semoga jenis Kopi Arabika Indonesia bisa makin dikenal dan disukai penikmat kopi di seluruh dunia