Kopi instan ditemukan oleh G.
Washington pada tahun 1906, seorang kebangsaan Inggris yang hidup di Guatemala.
Kopi instan merupakan kopi yang bersifat mudah larut air (soluble) tanpa
meninggalkan serbuk atau endapan. Menurut Siswoputranto (1993), kopi instan
merupakan kopi yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) tanpa meninggalkan
ampas. Pengolahan kopi instan yang essensial berupa produksi ekstrak kopi
melalui tahap : penyangraian (roasting), penggilingan (grinding), ekstraksi,
pengeringan (Spray Drying maupun Freeze Drying), dan pengemasan produk.
Berdasarkan SNI 01-2983-1992, kopi instan adalah produk kering yang mudah larut
dalam air, diperoleh seluruhnya dengan mengekstrak biji tanaman kopi (Coffee
sp.) yang telah disangrai, hanya dengan menggunakan air.
Keuntungan utama dari kopi
instan adalah kopi instan memungkinkan konsumen untuk membuat kopi tanpa
peralatan lain selain cangkir dan pengaduk, secepat memanaskan air. Peneliti
pemasaran juga menemukan bahwa konsumen lebih senang membuat kopi tanpa harus
menyisakan ampas. Beberapa pelanggan yang sudah terbiasa mengkonsumsi kopi
instan, sebagaimana yang ditemukan melalui penelitian taste test oleh sebuah
pabrikan kopi, bahkan tidak mengenal rasa dari kopi yang diseduh secara
tradisional (Sumahamijaya 2009).
Pengolahan kopi instan
(soluble coffee) sangat tergantung dari proses sebelumnya. Pada tahap
penggilingan, biji-biji kopi yang berbeda ukuran partikelnya harus disesuaikan
untuk menjamin efisiensi ekstraksi. Hasil penggilingan yang terlalu halus akan
menganggu perjalanan cairan kopi pada kolom ekstraksi, karena itu hasil
penggilingan yang agak kasar dan seragam lebih diinginkan (Ridwansyah 2003).
1. Ekstraksi
Proses ekstraksi untuk
pembuatan kopi instan menggunakan percolator (penyaring kopi) dan alat
sentrifuge untuk mengepres sisa ampas. Proses ini terjadi di dalam 6 percolator
(penyaring kopi) menggunakan prinsip counter curent. Tujuan pengolahan adalah
untuk memperoleh ekstraksi optimum dari padatan terlarut tanpa merusak
kualitas. Ekstraksi yang optimum tergantung pada suhu air ekstraksi dan laju
alir melalui ampas kopi. Pada prakteknya air panas dimasukkan dengan tekanan
dan suhunya 180 °C. Suhu dari cairan pada setiap kolom makin turun sampai
cairan berhubungan dengan kopi pada suhu 100 °C. Penggunaan suhu air yang tinggi
memungkinkan hasil konsentrasi ekstrak yang tinggi. Penggunaan suhu tinggi akan
menjaga tekanan sistem tetap rendah untuk mempertahankan kondisi hidroulik
(suhu air 173 °C, dibutuhkan tekanan 120 psig atau 828 kPa) dan kolom yang
dihubungkan oleh pipa harus didesain pada tekanan sedemikian rupa sehingga
tidak melebihi hidraulik minimum.
Air mengumpulkan sisa padatan
larut air pada tekanan tinggi dan sisa padatan terlarut yang tidak terekstraksi
akan secara langsung terbawa ke kolom percolator berikutnya dan terekstraksi,
begitu selanjutnya. Setiap penyaring pelarut mengumpulkan padatan larut air
lebih banyak. Pada gilingan kopi yang lebih bersih akan meningkatkan ekstraksi
dan mengurangi waktu perputaran. Larutan ekstrak bergerak ke depan secara kontinu
dan pada kolom terakhir keluar berupa sirup dengan konsentrasi bahan terlarut
25-35 %. Pengisian air panas mengalir secara kontinu dengan ampas kopi bubuk
yang terbanyak (Syamsir 2010).
Menurut Ridwansyah (2003),
kopi hasil ekstraksi yang dihasilkan dari kolom terakhir harus didinginkan
terlebih dahulu pada tempat penampungan. Kopi hasil ekstraksi kemudian
dikeringkan dengan menggunakan metode spray drying atau freeze drying, namun
biasanya terlebih dahulu dilakukan penyaringan (filter) atau sentrifugasi terhadap
cairan tersebut untuk memisahkan koloid berupa ter atau bahan bahan tidak larut
lainnya. Ekstrak dipekatkan dengan cara evaporasi dengan evaporator
tradisional. Ekstrak kemudian disimpan sementara di tangki penyimpanan untuk menunggu
proses pengeringan. Ampas kopi bubuk dikeluarkan dari kolom untuk dibuang,
terlebih dahulu dilakukan pengurangan kadar air agar mudah diangkut dengan truk
ke tempat pembuangan karena masih mengandung 70 % kadar air.
Selain menggunakan perkolator,
proses penyangraian dapat dilakukan dengan cara counter-current extraction atau
slurry extraction. Ekstraksi dengan cara counter-current extraction dilakukan
dengan meletakkan kopi yang akan diekstrak pada silinder yang berotasi, air
panas disemburkan dari atas silinder untuk mengestrak kafein kopi. Ekstraksi
dengan cara slurry extraction merupakan cara yang paling sederhana, kopi yang
akan diekstrak dicampur dengan air panas, diaduk-aduk. Setelah ekstraksi, kopi
disaring kemudian dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan padatan yang tidak
terlarut (Rahardian 2008).
Dalam proses ekstraksi kopi
menggunakan air, kualitas air juga perlu diperhatikan karena berkaitan dengan
pembuatan bahan pangan. Menurut Buckle et al. (1987), air yang berhubungan
dengan hasil-hasil industri pengolahan pangan harus memenuhi standar mutu yang
diperlukan untuk air minum. Masing-masing bagian dari industri pengolahan
pangan mungkin perlu mengembangkan syarat-syarat mutu air khusus untuk mencapai
hasil-hasil pengolahan yang memuaskan. Menurut Ciptadi dan Nasution (1985),
sifat kimia air memberikan pengaruh kecil pada proses ekstraksi kopi. Air yang
mengandung alkali menghambat kecepatan perkolasi. Air alkali dengan
perbandingan tinggi mempengaruhi pH, rasa seduhan dan warna gelap. Pada
perkolasi komersial, perbandingan kopi : air yang dipakai adalah 1:4 dengan pH
ampas 3,8. Air yang digunakan dalam proses esktraksi kopi merupakan air yang
memenuhi baku mutu air minum.
2. Pengeringan
a. Spray Drying
Proses spray drying terjadi di
dalam tower silindris yang besar dengan dasar kerucut, pada bagian ini cairan
kopi dimasukkan dengan tekanan ke dalam bagian atas tower bersamaan dengan
pancaran udara panas sekitar 250 °C. Partikel-partikel yang disemprotkan akan
kering dan jatuh serta terkumpul sebagai bubuk pada bagian ujung kerucut lalu
dipindahkan menggunakan alat katup yang berputar. Udara yang telah terpakai
dilepaskan melewati sisi tower dan biasanya dilewatkan melalui peralatan siklon
dengan tujuan untuk memperoleh kembali partikel kopi halus yang mungkin
tercampur dengan aliran bubuk. Pada proses kosentrasi awal larutan kopi,
kecenderungan yang terjadi adalah diproduksinya partikel bubuk berukuran besar
dan sedikit halus, jika partikel berukuran besar lebih banyak pada proses
recyling akan mengakibatkan rusaknya kualitas dan rendahnya mutu produk akhir.
Selain itu, makin sedikit bagian yang halus, makin kecil pula kemungkinan
padatan kopi menempel pada dinding tower sehingga pengkonsentrasian larutan
akan mengurangi beban pengering dan meningkatkan kapasitas produksi (Ridwansyah
2003).
b. Freeze Drying
Prinsip kerja freeze drying
meliputi pembekuan larutan, menggranulasikan larutan yang beku,
mengkondisikannya pada vacum ultra-high dengan pemanasan yang sedang sehingga
mengakibatkan air pada bahan pangan tersebut akan menyublim dan akan
menghasilkan produk padat (solid product). Pada prakteknya, ekstrak kopi
disaring dan dikumpulkan pada tangki utama, kemudian cairan tersebut dibawa ke
drum pendinginan yang berputar. Setelah itu dibawa keruang pendinginan. Pada
ruang pendinginan ditambahkan etilen glikol dan ekstrak dibiarkan berhubungan
dengan larutan selama 20-30 menit dengan suhu -40°C. Setelah meninggalkan
daerah tesebut lempeng beku dilewatkan menuju grinder untuk mengatur produksi
granula sesuai dengan ukuran yakni sesuai persyaratan untuk produk jadi.
Partikel-partikel disaring untuk keseragaman produk dan tingkat kekeringan yang
merata.
Granula-granula yang membeku
tersebut kemudian dibawa menggunakan konveyor menuju ruangan vakum yang
dioperasikan secara batch atau kontinu. Selama proses pengeringan suhu produk
umumnya tidak lebih dari 50 °C (Ridwansyah 2003).
Pada tahapan proses ekstraksi,
komponen flavor yang bersifat mudah menguap seringkali tidak terekstrak secara
sempurna. Hal ini terjadi karena beberapa komponen tersebut memiliki kelarutan
yang rendah di dalam air, sehingga tidak ikut terekstrak pada saat proses
ekstraksi. Proses pemekatan dan pengeringan yang menggunakan panas (evaporasi
vakum dan pengeringan semprot) juga berpotensi menyebabkan hilangnya komponen
aroma dan cita rasa yang mudah menguap karena ikut menguap bersama air yang
dikeluarkan sehingga menghasilkan produk kopi instan dengan aroma dan citarasa
yang lebih „ringan‟ dibandingkan dengan proses beku (pemekatan beku dan
pengeringan beku). Akan tetapi, karena penggunaan teknik pemekatan beku dan
pengeringan beku memerlukan biaya produksi yang sangat tinggi, disamping
teknologinya yang diproteksi oleh paten, maka teknik ini hanya digunakan untuk
kopi instan dengan kelas superior yang harganya relatif lebih mahal (Syamsir
2010). Kopi instan yang dihasilkan harus sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan. Karakteristik mutu kopi instan berdasarkan SNI 01-2983,1992 dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Standar mutu kopi instan berdasarkan SNI 01-2983-1992
Uraian
|
Satuan
|
Persyaratan
|
|
Keadaan
:
|
|||
Bau
|
Normal
|
||
Rasa
|
Normal
|
||
Air
|
%
bobot
|
Maks
4
|
|
Abu
|
%
bobot
|
7
– 14
|
|
Kealkalian
Abu
|
ml
1 N NaOH/100g
|
80
– 140
|
|
Kafein
|
%
bobot
|
2
– 8
|
|
Jumlah
gula (sebagai gula pereduksi)
|
%
bobot
|
Maks
10
|
|
Padatan
yang tidak larut dalam air
|
%
bobot
|
Maks
0,25
|
|
Cemaran
logam :
|
|||
Timbal
(Pb)
|
mg/kg
|
Maks
2
|
|
Tembaga
(Cu)
|
mg/kg
|
Maks
30
|
|
Arsen
(As)
|
mg/kg
|
Maks
1
|
|
Pemeriksaan
Mikrobiologi :
|
|||
Kapang
|
koloni/g
|
Maks.
50
|
|
Jumlah
bakteri
|
koloni/g
|
Lebih
kecil dari 300
|
|
Untuk mengetahui cita rasa
yang dihasilkan dari kopi instan, dilakukan analisis sensori. Pada umumnya,
analisis sensori pada kopi dilakukan dengan analisis sensori deskriptif.
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori di mana atribut
sensori suatu produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripdikan, dan
dikuantifikasi dengan menggunakan panelis yang dilatih khusus untuk tujuan ini
(Setianingsih et al. 2010). Aroma dan cita rasa pada kopi dapat dideskripsikan
berdasarkan kesan yang paling dominan. Deskripsi para ahli kopi terhadap
atribut sensori bubuk kopi instan dan seduhannya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Deskripsi dan definisi atribut sensori pada kopi instan
No
|
Atribut
|
Penjelasan
|
|
1.
|
Penampakan
Bubuk
|
||
Warna
|
Menunjukkan
intensitas kecoklatan bubuk kopi (cokelat muda atau cokelat pekat)
|
||
Tekstur
|
Granula
bubuk kopi menjadi kasar ketika memiliki ukuran partikel yang besar dan keras
|
||
Simetri
|
Sebuah
partikel kopi dikatan simetris ketika kedua bagian partikel mencerminkan satu
sama lain
|
||
Kerapatan
|
Partikel
yang dikemas bersama dan memiliki tekstur yang halus dikatakan memiliki
kerapatan tinggi, sedangkan yang kerapatannya rendah partikel terlihat
berlubang (lubang kecil yang tidak terlihat dari permukaan)
|
||
2.
|
Aroma
Bubuk
|
||
Fishy
|
Aroma
bubuk kopi instan yang timbul menyerupai aroma ikan kaleng (seperti tuna)
|
||
3.
|
Penampakan
Seduhan
|
||
Kelarutan
|
Kemudahan
bubuk kopi larut ketika ditambahkan air panas.
|
||
Kabut
|
Kejernihan
atau kekeruhan dari penampakan seduhan kopi instan.
|
||
4.
|
Aroma
Seduhan
|
||
Leather
|
Mengingatkan
bau hewan, memiliki karakteristik aroma bulu basah, kulit samak atau kulit
mentah.
|
||
Cocoa
|
Aroma
ini menunjukkan aroma dan flavor dari bubuk coklat
|
||
Malty
|
Karakteristik
aroma seperti biji-bijian mentah atau malt ekstrak
|
||
Toasted
cereal
|
Mengarah
ke biji-bijian yang disangrai, seperti roti yang baru selesai di panggang.
|
||
Nutty
|
Seperti
aroma kacang segar
|
||
Barthy
|
Aroma
tanah basah atau aroma kentang mentah.
|
||
Spicy
|
Aroma
rempah-rempah seperti cengkeh, sereh atau lada.
|
||
Roasted
|
Menunjukkan
tingkat penyangraian mulai dari sangrai ringan hingga seperti asap kayu
bakar.
|
||
Acidic
odour
|
Aroma
ini muncul karena adanya aroma asam buah yang segar, tidak mengindikasikan
proses fermentasi.
|
||
Sweet
odour
|
Aroma
karamel (gula dipanaskan)
|
||
Mushroom
|
Aroma
seperti jamur segar, aroma ini berbeda dengan aroma tanah.
|
||
Fenugreek
|
Aroma
gurih pedas seperti daging dengan merica
|
||
Root
|
Aroma
yang mengGambarkan aroma pemasakan ubi jalar.
|
||
5.
|
Cita
Rasa Seduhan
|
||
Acidic
taste
|
Karakteristik
dasar cita rasa dibentuk oleh asam-asam organik.
|
||
Bitter
taste
|
Cita
rasa terbentuk karena kandungan kafein, quinon dan alkaloid.
|
||
Sweet
|
Cita
rasa terbentuk karena larutnya glukosa dan fruktosa.
|
||
Body
|
Cita
rasa yang menggambarkan rasa kopi seutuhnya ketika di mulut.
|
||
Astringency
|
Cita
rasa yang tertinggal setelah meminum kopi, seperti efek pengeringan di daerah
mulut.
|
||
Labels:
Kopi
Thanks for reading Pengolahan Kopi Instan . Please share...!
0 Comment for "Pengolahan Kopi Instan "