Sapi Aceh adalah sapi yang
hidup dan berkembang biak di provinsi Aceh dan umumnya dimiliki oleh petani
pedesaan sejak dahulu hingga sekarang. Sapi ini termasuk tipe sapi potong
beruluran kecil serta mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan
daging di daerah (Diskeswannak, 2011).
Sapi Aceh merupakan satu dari
empat bangsa sapi lokal indonesia (Aceh, Pesisir, Madura dan Bali). Sapi
Sumba-ongole dan Java-Ongole (PO) juga dianggap sebagai bangsa sapi lokal
Indonesia (Martojo, 2003; Dahlanuddin et al., 2003). Ternak-ternak asli telah
terbukti dapat beradaptasi dengan lingkungan lokal termasuk makanan,
ketersedian air, iklim dan penyakit. Dengan demikian, ternak-ternak inilah yang
paling cocok untuk dipelihara dan dikembangkan di Indonesia, walaupun
produksinya lebih rendah dari ternak impor (Noor, 2004).
Sapi Aceh memiliki bentuk
badan kecil, padat dan kompak dengan pundak pada jantan berpunuk, sedangkan
pada betina tidak berpunuk namun bagian pundaknya tidak rata sedikit menonjol
dibanding sapi Bali betina. Diantara satu daerah dengan kabupaten yang lain
dalam provinsi Aceh terdapat sedikit perbedaan baik dalam konformasi tubuh,
tanduk maupun warna bulu. Hal ini mungkin disebabkan asal usul persilangan yang
berbeda dari sapi India (Hisar, Benggala) dan sebagainya. Pada daerah pesisir
dan sepanjang pantai Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur, demikian
juga pantai Barat dan Selatan akan ditemui sapi Aceh yang bentuk badannya
beragam dan umumnya bertanduk lebih panjang dengan warna bulu merah/coklat tua
dibagian pinggul dan sapi di daerah Pidie memiliki bentuk fisik sedikit agak
kecil mungkin disebabkan karena telah terjadi inbeeding dalam waktu yang lama
(Umartha, 2005).
Sapi Aceh dipelihara secara
ektensif, tidak diberi pakan dan tidak disediakan kandang oleh pemiliknya,
kalaupun ada bentuknya sangat sederhana. Sepanjang hari ternak dilepaskan
secara bergerombolan yang terdiri dari satu atau beberapa pemilik. Penyebaran
sapi Aceh lebih banyak pada daerah pesisir pantai dan dataran rendah, dimana
menyatu dengan kehidupan masyarakat serta digunakan sebagai tenaga kerja
pengolah lahan pertanian, penarik gerobak, angkutan barang hasil pertanian
disamping sebagai penghasil daging dan ternak potong (Umartha, 2005).
Sapi Aceh banyak dipelihara
petani disekitar bantaran sungai (krueng) seperti Krueng Aceh, Krueng Pesangan
dan Krueng Peusangan. Saat ini jumlah Sapi Aceh terutama induk sebanyak 281.398
ekor tersebar di kabupaten dan kota dalam Provinsi Aceh (Diskeswannak, 2011).
Menurut Keputusan Menteri
Pertanian (2011) Sapi Aceh Merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia
yang mempunyai sebaran asli geografis di Provinsi Aceh, telah dibudidayakan
secara turun temurun dan mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi
genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan. Pola
warna bulu anak bervariasi, umumnya berwarna coklat atau merah bata. Warna
lainnya adalah putih kelabu, hitam, coklat tua dan coklat dengan garis-garis
hitam. Warna bulu anak akan berubah sesuai dengan bertambah dewasanya anak
sapi. Bila anak sapi dilahirkan dengan warna coklat merah atau merah bata, maka
setelah dewasa warna bulunya menjadi hitam atau mempunyai spot warna hitam. Hal
ini terutama terjadi pada bagian leher, muka dan daerah paha (Ali, 1980).
Pola warna bulu sapi Aceh yang
muda dan dewasa sangat bervariasi yaitu coklat muda, coklat merah (merah bata),
coklat hitam, hitam dan putih kelabu.Warna coklat merupakan warna yang umum
didalam populasi sapi Aceh (Ali, 1980).
Menurut Namikawa et al,
(1982), sapi Sumatera (Aceh dan Pesisir) memiliki bermacam-macam warna yaitu
hitam, coklat kehitaman, coklat kuning dan abu-abu putih yang didominasi oleh
warna coklat kuning. Pada umur 3-4 bulan tanduk belum berkembang (Ali, 1980).
Pada sapi betina dewasa bentuk tanduk melengkung dan ukurannya kecil, sedangkan
pada jantan lengkung kecil sampai besar dengn warna tanduk hitam keabu-abuan.
Menurut Abdullah., dkk 2006
bahwa pada umumnya sapi Aceh bertanduk, tetapi terdapat juga sapi Aceh yang
yang tidak bertanduk sebesar 7% hanya dijumpai pada betina. Panjang dan bentuk
pertumbuhan tanduk beragam dan terus memanjang seiring dengan pertumbuhan sapi.
Sapi yang mempunyai tanduk seperti sapi Aceh umumnya dijumpai pada sapi Bali,
Madura, PO, dan sapi Pesisir. Namun, disamping ada sapi Aceh yang memiliki
tanduk hanya berupa bungkul kecil (18%) seperti yang dimiliki pada sebagian
sapi PO, juga ditemukan sapi Aceh yang tidak bertanduk (kupung) sebesar 7%.
Labels:
Sapi Lokal
Thanks for reading Karakteristik Sapi Aceh . Please share...!
0 Comment for "Karakteristik Sapi Aceh "