Ikan nila merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna
putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya.
Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim
tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila
tidak dapat hidup baik. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan
yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ini didatangkan ke Indonesia secara
resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969.
Setelah melalui masa
penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di
seluruh Indonesia. Klasifikasi ikan nila (Trewavas 1982 diacu dalam Suyanto
1994) adalah sebagai berikut: Filum : Chordata, Sub-filum : Vertebrata, Kelas :
Osteichtyes, Sub-kelas : Acanthopterigii, Ordo : Perchomorphi, Famili :
Cichlidae, Genus : Oreochromis, Spesies : Oreochromis niloticus.
Limbah merupakan suatu hasil
samping yang kurang berharga bahkan merupakan suatu masalah di dalam suatu
industri. Menurut Moeljanto (1979) limbah perikanan adalah ikan yang terbuang,
tercecer dan sisa olahan yang pada suatu saat di tempat tertentu belum dapat
dimanfaatkan secara ekonomis. Jenis limbah dan hasil samping dapat
dikelompokkan secara umum menjadi 4 kelompok (Moeljanto 1979) yaitu : 1. hasil
samping pada penangkapan suatu spesies atau sumber daya misalnya ikan rucah
pada penangkapan udang dan ikan cucut pada penangkapan tuna; 2. sisa pengolahan
seperti bagian kepala, tulang, sisik, sirip, isi perut dan daging merah; 3.
surplus dari tangkapan (glut); 4. sisa distribusi.
Ikan-ikan yang terbuang (trash
fish) maupun limbah industri pengolahan hasil perikanan (fish waste) dapat
diolah menjadi sumber protein yang benilai ekonomis. Se1ain sebagai sumber
protein dengan asam amino yang baik, limbah ikan juga merupakan sumber mineral
dan vitamin. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi limbah ikan ini
berbeda, sesuai dengan jenis ikan yang diolah di industri perikanan, setelah
proses pengolahan (produksi). Permintaan akan daging fillet Nila sangat tinggi.
Tercatat ekspor fillet ikan
Nila dalam bentuk beku Indonesia di pasar Amerika Serikat menduduki peringkat
ke dua setelah Cina. Tahun 2004 ekspor fillet Nila mencapai 4.250 ton atau
meningkat sebanyak 18,6 % dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai
3.583 ton . Disamping permintaan yang cenderung meningkat, budidaya ikan Nila di
Indonesia juga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006 jumlah
jumlah produksi perikanan budidaya Nila sebesar 169.390 ton, sedangkan pada
tahun 2007 jumlah produksinya sebesar 195.000 ton meningkat sebesar 15,12 %.
Menurut perkiraan DKP sementara, pada tahun 2008 jumlah produksi ikan Nila
mencapai 233.000 ton dan pada tahun 2009 akan mencapai 337.000 ton (Ferinaldy,
2008).
Sampai sekarang, baru ada
beberapa perusahaan yang menggarap pasar ekspor ikan Nila, seperti PT Aquafarm
Nusantara, PT Dharma Samudra Fishing Industries, PT Kelola Mina Laut, dan PT
Bumi Agro Bahari Nusantara. Namun perusahaan yang mampu mengekspor Nila secara
kontinu dengan volume besar baru Aquafarm. Untuk menghasilkan fillet siap
ekspor, setiap hari Aquafarm mengolah 73 ton Nila yang masih hidup dan segar.
Nila yang rata-rata berbobot 2 kg itu merupakan hasil budidaya di Danau Toba,
setelah dipelihara selama 7,5 -n10 bulan.
Selain daging, Aquafarm juga
mengekspor kulit, sisik, dan dada. Kulit Nila dikirim ke Prancis dan Italia.
Dua tahun silam sudah diekspor sebanyak 560 ton. Di sana, kulit dimanfaatkan
sebagai bahan gelatin bermutu tinggi. Demikian juga dengan sisik. Setelah
dibersihkan dan dikeringkan, diekspor ke Korea Selatan untuk bahan kosmetika
(Dadang et al. 2007). Menurut Sianturi (2012) Aquafarm menyumbangkan 35.000 ton
per tahunnya Tingginya jumlah ikan Nila yang diekspor akan menyebabkan limbah
tulang yang dihasilkan juga tinggi. Pengolahan ikan-ikan yang terbuang dan
limbah industri pengolahan hasil perikanan menjadi tepung ikan merupakan salah
satu solusi mengurangi impor tepung ikan, karena menurut Badan Pusat statistik
kenaikan rata-rata impor tepung ikan tahun 2007-2001 sekitar 4,47 dan pada
tahun 2010-2011 sekitar 15,25.
Labels:
Ikan Air Tawar,
Pakan Alternative
Thanks for reading Potensi Limbah Pengolahan Ikan Nila Sebagai Pakan Ternak . Please share...!
0 Comment for "Potensi Limbah Pengolahan Ikan Nila Sebagai Pakan Ternak "