Kebutuhan
pupuk untuk padi sawah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini
mengisyaratkan bahwa terjadi penurunan produktivitas lahan sawah. Penunggunaan
pupuk yang semakin meningkat berarti pengeluaran berupa biaya produksi semakin
meningkat pula sehingga mengurangi pendapatan petani. Untuk mengantisipasi
kejadiam seperti diatas pemberian bahan organik kedalam tanah sangatlah
dibutuhkan. Penambahan bahan organik ke dalam tanah, khususnya pada tanah-tanah
dengan bahan bahan organik rendah adalah suatu usaha ameliorasi tanah agar
pemberian unsur hara tanaman bisa lebih efektif. Secara umum pemberian bahan
organik ke dalam tanah akan memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi
tanah. Pada tanah-tanah yang kekurangan bahan organik dan tanah-tanah yang
terdegradasi, bahan organik merupakan syarat utama bagi ameliorasi tanah, agar pemberian
input hara lebih efisien dan efektif. Berbagai bentuk bahan organik dapat
diberikan, tergantung pada ketersediaannya ditingkat petani, diantaranya jerami
padi, pupuk pupuk kandang, pupuk hijau dan sekam padi (Arafah, 2005).
Bahan
organik merupakan kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang
atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi
maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi. Sumber primer bahan
organik tanah adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun, batang/cabang,
ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa jaringan organik
fauna tanah termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam pengelolaan bahan
organik tanah, sumbernya berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk
kandang (kotoran ternak yang telah mengalami dekomposisi), pupuk hijau dan
kompos, serta pupuk hayati (Hanafiah, 2005).
Bahan
organik berperan dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Peranannya
terhadap perbaikan sifat fisik menyangkut pemeliharaan struktur tanah dengan
stabilitas agregat yang tinggi, memperbaiki distribusi ukuran pori dan
kapasitas tanah menyimpan air (water holding capacity), serta
meningkatkan daya retensi air. Adapun peranan bahan organik terhadap perbaikan
sifat kimia, diantaranya menyangkut peningkatan kapasitas tukar kation atau cation
exchange capacity (CEC), dan pelepasan unsur N, P, S dan unsur-unsur hara
mikro dalam proses mineralisasinya. Disamping itu, bahan organik dapat
mengimmobilisasi bahan-bahan kimia buatan yang diberikan ke tanah sehingga
tidak memberi dampak merugikan terhadap pertumbuhan tanaman, mengkomplek
logam-logam berat sehingga mengurangi tingkat pencemaran terhadap tanah dan air
tanah, serta meningkatkan kapasitas sangga (buffer capacity) tanah.
Bahan organik tanah merupakan indikator kunci kualitas tanah, baik untuk fungsi
pertanian (produksi dan ekonomi) maupun fungsi lingkungan. Kandungan bahan
organik tanah merupakan penentu aktivitas biologi tanah. Jumlah, keragaman dan
aktivitas fauna dan mikrobia tanah secara langsung berhubungan dengan bahan
organik. Agregasi dan kestabilan struktur tanah meningkat dengan meningkatnya
kandungan bahan organik tanah (Nurmi, 2005).
Penambahan
bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman
antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Adiningsih dan Rochayati,
1988). Hasil penelitian penggunaan bahan organik seperti sisa-sisa tanaman yang
melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan penggunaan
pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan,
serta mengurangi penggunaan pupuk terutama pupuk K (Arafah dan Sirappa, 2003).
Beberapa
cara untuk mendapatkan bahan organik adalah :
1.
Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik
minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2.
Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan
liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan
bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit
dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.
Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam
larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari
famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9
ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan. (Hairah, dkk, 2000).
Pada
lahan sawah dengan pola tanam padi dan palawija, pengembalian jerami penting
untuk memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain meningkatkan stabilitas
agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah sawah yang memadat akibat penggenangan
dan pelumpuran secara terus-menerus. Tanah menjadi lebih mudah diolah dan cukup
baik untuk pertumbuhan akar tanaman palawija yang ditanam setelah padi
(Balittan, 2009).
Jerami
padi adalah batang padi yang ditinggalkan termasuk daun sesudah diambil buahnya
yang masak. Lebih kurang 30% jerami padi digunakan untuk beberapa kepentingan
manusia berupa atap rumah, kandang, penutup tanah (mulsa), bahkan bahan bakar
industri dan untuk pakan ternak (bila terpaksa) selebihnya dibuang atau dibakar
yang tidak jarang akibatnya mengganggu keseimbangan lingkungan (Munif, 2000).
Limbah
jerami padi sangat mudah didapatkan di areal persawahan sehingga pemanfaatannya
dapat mengurangi masalah limbah tanpa mesti dibakar. Sisa tanaman seperti
jerami apabila dikomposkan juga berfungsi sebagai pupuk. Proses fermentasi
bahan organik biasanya menggunakan aktivator mikroba. Salah satu fungsi
aktivator ini adalah mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan
meningkatkan kualitas bahan (Balittan, 2009).
Jumlah
bahan organik sisa-sisa tanaman ( jerami ) dapat diperkirakan bila indeks panen
(harvest index) tanaman diketahui. Indeks panen padi yang telah
dimuliakan adalah sekitar 0,5 , sedang jenis – jenis yang lama dibawah angka
ini. Misalnya suatu pertanaman padi menghasilkan 3 ton gabah per hektar, maka
dengan indeks panen 0,4 tanaman tersebut menghasilkan 10/4 x 3 ton = 7,5 ton
gabah plus jerami, jadi 7,5 – 3 = 4 ton jerami per hektar. Produksi sisa –sisa
tanaman akan lebih banyak bila tanaman tumbuh lebih subur dan populasi tanaman
per hektar tinggi (Karim, dkk, 2007).
Sumber
pupuk organik yang bersal dari dari jerami padi sangat baik untuk dikelola dan
dimanfaatkan di lahan sawah. Apabila dihitung dalam 1.5 ton jerami padi dapat
mensubsidi 20 kg Urea, 5.5 kg SP-36, 30 kg Ca(NO3)2 dan 7.4 kg kiserit.
Kandungan hara yang terdapat dalam jerami antara lain 0.64% N, 0.05% P, 2.03%
K, 0.29% Ca, 0.14% Mg, 0.2% Zn dan 8.8% Si (Dinas Pertanian, 2008).
Pada
tanah yang banyak ditambahkan bahan organik segar (jerami atau pupuk kandang)
kadar asam organik mula-mula meningkat seiring dengan lama penggenangan hingga
mencapai maksimum kemudian menurun sampai menuju angka yang stabil
(Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Jerami
padi merupakan sumber hara utama K dan silica (Si) sekitar 80 % K yang diserap
tanaman berada dalam jerami. Oleh karena itu pengembalian jerami ke dalam tanah
dapat memperlambat pemiskinan K dan Si serta berpotensi sebagai pupuk K, baik
diberikan dalam bentuk segar maupun dikomposkan. Jerami juga berperan
memperbaiki produktifitas tanah sawah, meningkatkan efisiensi pupuk dan
menjamin kemantapan produksi (Wijardjaka, 2002).
Pengembalian
jerami setiap musim dapat mensubstitusi keperluan pupuk K, memperbaiki
lingkungan tumbuh tanaman termasuk struktur tanah, memperbaiki kesuburan tanah,
meningkatkan efesiensi serapan hara dan pupuk dan menjamin kemantapan produksi.
Keadaan tersebut memungkinkan karena penambahan jerami pada tanah anaerob akan
meningkatkan produksi CH4, meningkatkan kandungan C-organik, memperlambat pola
pelepasan N dan meningkatkan N-total tanah. Bila dibandingkan dengan kotoran
hewan, jerami memiliki keunggulan dalam hal kandungan bahan organik, P2O5 dan K2O
(Abdulrachman dan Supriyadi 2000).
Secara
tidak langsung jerami juga mengandung senyawa N dan C yang berfungsi sebagai
substrat metabolism mikriba tanah, termaksuk gula, pati, selulosa,
hemiselulosa, pektin, lemak dan protein. Senyawa tersebut menduduki 40%
(sebagai C) berat kering jerami (Sutanto, 2002).
Pengembalian
jerami setiap musim dapat mendistribusi pupuk K, memperbaiki lingkungan tumbuh
tanaman termasuk struktur tanah, memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan
efisiensi serapan hara dan pupuk dan menjamin kemantapan produksi. Keadaan
tersebut memungkinkan karena penambahan jerami pada tanah anaerob akan
meningkatkan produksi CH4 meningkatkan kandungan C-organik, memperlambat pola
pelepasan N meningkatkan N-total tanah (Abdulrachman dan Supriadi,
2000).
Sumber
dan susunan unsur hara bahan organik dari jerami dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel
1. Sumber dan Susunan Unsur Hara Bahan Organik dari Jerami.
Unsur
Hara
|
Jerami
|
|
............................(%)............................
|
N
|
0.64
|
P
|
0.05
|
K
|
2.03
|
Sumber
: Dinas Pertanian (2008)
Sumber Artikel (Klik Disini)
Labels:
bahan pangan,
Jerami
Thanks for reading Jerami Padi sebagai Sumber Bahan Organik . Please share...!
0 Comment for "Jerami Padi sebagai Sumber Bahan Organik "