Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Sifat dan Ciri Tanah Sawah

Tanah sawah (Paddy Soil) merupakan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana pada umumnya dilakukan penggenangan selama atau sebahagian dari masa pertumbuhan padi. Tergolong sebagai tanah tergenang (Wetland Soil), namun agak berbeda dari tanah rawa (Mars Soils) atau tanah terendam (Waterlogged Soils) ataupun tanah subaquatik (Subaquatic Solis) dalam hal pengelolannya karena tidak terus menerus digenangi, disebut juga sebagai Wetland Rice Soils (Musa dan Mukhlis, 2006).
Tanah sawah tanah dengan horizon permukaan berwarna pucat karena reduksi Fe dan Mn, akibat penggenangan air sawah dan senyawa tersebut pindah serta mengendap ke bawah lapisan reduksi membentuk konkresi dan selaput dipermukaan gumpalan strukur tanah dan lubang akar, horizon yang agak memudar terbentuk akibat akumulasi senyawa tersebut (Hardjowigeno, 1993).

Tanah sawah di Indonesia sebagian besar merupakan tanah Entisol, Inceptisol, Grumosol, dan Latosol, sebagian lagi merupakan tanah Andosol dan Mediteran. Sebagian besar tanah tersebut berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Adanya penggenangan yang menyebabkan suasana reduktif terus menerus pada lapisan bajak dan illuviasi oksidatif dari besi dan oksida mangan di subsoil, maka berkembanglah suatu bentuk profil tanah. Secara morfologi tanah sawah memiliki kriteria kompak tipis, lapisan memadas di bawah lapisan bajak, dan horizon subsurface yang berbecak besi dan mangan. Keadaan demikian sering dijumpai pada tanah Latosol, Mediteran, tanah gley dan regosol tetapi penciri demikian kadang-kadang kurang jelas terlihat pada tanah-tanah Andosol, Grumosol, dan Alluvial (Munir, 1996).

Penggenangan lahan kering menjadi lahan sawah mengakibatkan perubahan karakteristik kimia tanah yang dominan diantaranya adalah (1) penurunan kadar oksigen, (2) perubahan potensial redoks (Eh), (3) perubahan pH tanah, (4) reduksi Ferri (Fe3+) menjadi Ferro (Fe2+), (5) perubahan mangani (Mn4+) menjadi mangano (Mn2+), (6) terjadinya denitrifikasi, (7) reduksi sulfat (SO42-) menjadi sulfit (S2-), (8) peningkatan ketersediaan Zn dan Cu, (9) terjadinya pelepasan CO2, CH4, H2S dan asam organik (Damanik dkk., 2010).

Adanya penggenangan yang menyebabkan suasana reduktif terus menerus pada lapisan bajak dan illuviasi oksidatif dari besi dan oksida mangan di subsoil, maka berkembanglah suatu bentuk profil tanah sawah. Secara morfologi tanah sawah memiliki kriteria kompak tipis, lapisan memadas di bawah lapisan bajak, dan horizon sub ordo yang berbecak besi dan mangan. Keadaan demikian sering dijumpai pada tanah Latosol, Mediteran, tanah gley dan regosol tetapi penciri demikian kadang-kadang kurang jelas terlihat pada tanah-tanah Andosol, Grumosol, dan Alluvial. Pada tanah-tanah organosol yang berbahan organik yang tebal penanaman padi kurang menampakkan keberhasilan, tetapi pada tanah aluvial dengan ketebalan bahan organik 10-50 cm nampak lebih menghasilkan (Hakim dkk., 1986).

Pada kondisi tergenang kebutuhan oksigen yang tinggi dibandingkan laju penyediaannya yang rendah menyebabkan terbantuknya dua lapisan tanah yang sangat berbeda yaitu lapisan permukaan oksidatif dan aerobik dimana tersedia okdigen dan lapisan reduktif atau anaerobik dibawahnya dimana tidak tersedia oksigen bebas. Pengenangan dapat mempengaruhi pH tanah yang mengakibatkan perubahan pH menuju netral, terjadinya peningkatan pH tanah pada tanah masam dan penurunan pH pada tanah alakalin menuju keseimbangan pH sekitar netral. Pengenangan menyebabkan perubahan proses kimia dan elektro kimia tanah yang mempengaruhi penyediaan dan penyerapan hara oleh padi sawah (Hardjowigeno dan Reyes, 2005).

Tanah sawah yang senantiasa digenangi sedikit mengemisi N2O, peluang emisi terjadi melalui oksidasi amonium oleh rizosfer menjadi nitrat yang segera tereduksi pada lapisan reduktif. Oksidasi reduksi berselang-seling yang terjadi pada tanah sawah menstimulir pembentukan N2O, siklus tersebut biasanya terjadi pada penggenangan dan pengeringan berselang-seling. Pada saat pengeringan terjadi nitrifikasi, dan pada saat penggenangan kembali segera nitrat terdenitrifikasi. Periode tersebut senantiasa terjadi, misalnya selama pemupukan, menjelang panen (Suprihati, 2005).

Masalah keracunan seringkali ditemukan pada tanaman padi sawah sebagai akibat dari penggenangan tanah. Kecuali itu, banyak tanaman padi sawah yang dikembangkan di daerah-daerah dengan potensi keracunan yang tinggi, seperti tanah sulfat masam, tanah gambut, tanah-tanah pantai dan sebagainya. Keracunan pada lahan basah disebabkan oleh beberapa hal antara lain (a) salinitas/soliditas tinggi, (b) keracunan Fe, (c) keracunan Al, (d) keracunan yang berkaitan dengan bahan organik (tanah gambut dan asam-asam organik), (e) keracunan H2S, dan (f) keracunan B (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).


Sumber Artikel (Klik Here)
Labels: Ilmu Tanah

Thanks for reading Sifat dan Ciri Tanah Sawah . Please share...!

0 Comment for "Sifat dan Ciri Tanah Sawah "

Back To Top