Danau Toba merupakan danau
vulkanik dengan panjang sekitar 100 km dan lebar 30 km yang terletak pada
beberapa kabupaten dalam Propinsi Sumatera Utara. Pada pemekaran wilayah
kabupaten beberapa tahun lalu, Pulau Samosir dan perairan Danau Toba di
sekitarnya adalah termasuk dalam Kabupaten Samosir yang beribukota di
Pangururan. Pulau Samosir, sebagai pulau vulkanik demikian juga dataran tinggi
lainnya yang mengelilingi Danau Toba merupakan daerah perbukitan yang terjal.
Pembentukan Danau Toba diperkirakan terjadi saat ledakan vulkanis sekitar
73.000 – 75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervulkano (gunung
berapi super) yang paling baru. Sebagian perairan Danau Toba di sebelah
utaranya termasuk kedalam wilayah Kabupaten Simalungun dengan kota di tepi
danaunya adalah Haranggaol dan Parapat. Sebelah barat laut Danau Toba termasuk
wilayah Kabupaten Tanah Karo dengan kota di tepi danau adalah Tongging.
Sedangkan di sebelah barat Danau Toba adalah wilayah Kabupaten Dairi dengan
kota di tepi danau adalah Silalahi. Sementara itu disebelah timur danau adalah
wilayah Kabupaten Tobamas dengan kota-kota di tepi Danau Toba adalah Ajibata
dan Balige. Sedangkan Kabupaten Samosir meliputi wilayah seluruh Pulau Samosir
dan perairan sekitar pantainya dengan kota-kota di tepi danaunya adalah:
Pangururan, Tomok, Ambarita, Simanindo dan Nainggolan dan banyak desa di
sepanjang tepi danau dan di perbukitan Pulau Samosir (Parlindungan, 2012).
Danau Toba merupakan
sumberdaya alam akuatik yang mempunyai nilai yang sangat penting ditinjau dari
fungsi ekologi serta fungsi ekonomis. Pemanfaatan danau memberikan imbas
terhadap penurunan kualitas air akibat berbagai aktivitas masyarakat di mana
Danau Toba juga digunakan sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang
dihasilkan dari kegiatan pertanian di sekitar Danau Toba, limbah domestik dari
pemukiman dan perhotelan, limbah nurtrisi dari sisa pakan ikan yang tidak habis
dikonsumsi oleh ikan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung, limbah
pariwisata dan limbah transportasi air. Berbagai penelitian di Danau Toba
memberikan indikasi telah terjadi penurunan kualitas air dilokasi-lokasi yang
terkena dampak kegiatan masyarakat (Barus, 2007).
Demikian banyaknya aktivitas
yang terjadi di sekitar wilayah danau, termasuk banyaknya transportasi air dan
kapal-kapal penumpang yang beroperasi di wilayah perairan danau, maka tentu
kualitas air danau akan mengalami perubahan. Akibat berbagai kegiatan yang
terjadi di sekitar wilayah Danau Toba, maka perairan danau akan menerima suatu
dampak lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia di sekitarnya dan
kehidupan organisme akuatik yang ada dalam badan air danau. Kehidupan akuatik
yang dipengaruhi sangat komplek yaitu terhadap rantai makanan (food chain)
dan jaring makanan (foodweb) dalam ekosistem perairan (Parlindungan,
2012).
Zat-zat yang terlarut dalam
suatu perairan dapat berupa partikel-partikel,sedimen dan materi organik.
Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut di dalam air maka air akan semakin
keruh, sehingga produktivitas primer menurun. Faktor ini dapat menyebabkan
pertumbuhan fitoplankton menurun dan juga meningkat. Meningkatnya pertumbuhan
fitoplankton maka nutrisi yang dibutuhkan organisme akuatik akan terpenuhi dan
nilai produktivitas primer juga meningkat, sebaliknya jika pertumbuhan
fitoplankton menurun yang disebabkan oleh limbah buangan baik itu dari
aktivitas manusia seperti limbah yang berasal dari hotel, transportasi, sisa
pakan maka nilai produktivitas primer juga menurun. Hal ini juga mengakibatkan
kualitas air menurun (Yazwar, 2008).
Berbagai penelitian di Danau
Toba memberikan indikasi telah terjadi penurunan kualitas air di lokasi-lokasi
yang terkena dampak kegiatan masyarakat. Hasil analisis laboratorium terhadap
sampel air danau yang diambil pada waktu terjadinya kematian massal ikan mas di
perairan Haranggaol Danau Toba pada bulan November 2004 menunjukkan bahwa nilai
kelarutan oksigen (DO) telah turun pada nilai yang sangat rendah yaitu sebesar
2,95 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan oksigen sudah sangat
terbatas. Selanjutnya nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) sebesar 14
mg/l memberikan indikasi tingginya bahan organik di dalam air. Bahan organik
tersebut kemungkinan berasal dari sisa pakan yang tidak habis dikonsumsi oleh
ikan budidaya. Demikian juga konsentrasi zat-zat nutrisi seperti nitrogen dan
fosfor telah jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan (Barus, 2007).
Labels:
SDA Perairan
Thanks for reading Danau Toba Sebagai Sumber Daya Alam Perairan . Please share...!
0 Comment for "Danau Toba Sebagai Sumber Daya Alam Perairan "