Cabe Jawa (Piper retrofractum
Vahl., Piperaceae)
Cabe jawa merupakan tumbuhan
asli Indonesia. Cabe jawa biasa ditanam di pekarangan, ladang atau tumbuh liar
di tempat-tempat yang tanahnya tidak lembab dan berpasir seperti di dekat
pantai atau di hutan hingga ketinggian 600 m dpl. Tinggi tanaman ini dapat
mencapai 10 m. Cabe jawa termasuk tanaman tahunan, mempunyai batang percabangan
liar yang dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu, tumbuh
memanjat, melilit, atau melata dengan akar lekatnya. Daun tunggal, bertangkai,
bentuknya bulat telur sampai lonjong, pangkal membulat, ujung runcing, tepi
rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah
berbintik-bintik, panjang 8,5-30 cm, lebar 3-13 cm dan berwarna hijau. Bunga
berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh tegak atau sedikit
merunduk, bulir jantan lebih panjang dari bulir betina. Buah majemuk berupa
bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil,
permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2-7 cm, garis tengah 4-8 mm
dan bertangkai panjang. Buah muda berwarna hijau, keras dan pedas kemudian
warna berturut-turut berubah menjadi kuning gading dan akhirnya menjadi merah,
lunak dan manis ketika buah sudah masak. Biji bulat pipih, keras dan berwarna
cokelat kehitaman. Cara perbanyakan tanaman ini adalah dengan biji atau stek
batang (Anonim 2008).
Cabe jawa, cabe jamu, lada
panjang, atau cabe saja (P. retrofractum syn. P. longum) adalah kerabat lada
dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau famili Piperaceae (Wikipedia 2008).
Cabe jawa tersebar di seluruh nusantara dan tumbuh pada ketinggian di bawah 600
m dpl atau pada tanah miskin hara dan sangat kering misalnya di pantai. Namun,
cabe jawa juga dapat tumbuh di hutan yang daunnya gugur secara berkala.
Tumbuhan ini tidak dibudidayakan karena dapat tumbuh liar dan dapat diperbanyak
dengan stek. Pertumbuhannya dibantu dengan penyangga supaya dapat tumbuh tegak.
Jika dipangkas tingginya dapat mencapai 5 kaki dan jika tidak dipangkas tanaman
akan tumbuh tinggi dan tidak berbunga. Tanaman dewasa berbunga dan berbuah
sepanjang tahun dan tiap beberapa hari menghasilkan 30-40 buah (Heyne 1987).
Srikaya (Annona squamosa Linn., Piperaceae)
Tumbuhan ini merupakan perdu
tegak, tinggi 2-3 m, banyak ditanam di kebun-kebun terutama di Jawa Timur dan
Madura karena buahnya harum dan rasanya enak. Akar tumbuhan ini beracun.
Daunnya yang dimemarkan sangat berpotensi sebagai bahan untuk mempercepat
pecahnya bagian yang membengkak. Buah hanya dihasilkan pada musim hujan. Biji
memiliki kulit yang keras dan mengandung 45% minyak yang tidak mengering dan
berwarna kuning. Di India dan Indonesia, biji tumbuhan ini digiling menjadi tepung
untuk membunuh kutu kepala (Heyne 1987).
Potensi
Buah cabe jawa sangat
berpotensi untuk dijadikan bahan insektisida nabati. Salah satu kandungan buah
cabe jawa adalah piperine yang mempunyai daya antiperetik, analgesik, antiinflamasi
dan menekan susunan syaraf pusat. Selain terdapat pada buah, piperine juga
terdapat pada bagian akar (Sentra Informasi Iptek 2009). Cabe jawa mengandung
piperine yang mempunyai rasa pedas. Piperine yang dimurnikan sangat berpotensi
menekan kemunculan imago Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) dengan
ED50 sebesar 50 ppm (Trakoontivakorn et al. 2005).
Srikaya (A. squamosa)
merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai peluang untuk digunakan
sebagai bahan insektisida nabati. Biji srikaya mengandung 42-45% lemak, resin
dan senyawa kimia annonain yang terdiri atas squamosin dan asimisin yang
bekerja sebagai racun perut dan racun kontak terhadap serangga serta bersifat
sebagai insektisida, repelent dan antifeedant (Kardinan 2002). Akar dan kulit
kayu tanaman srikaya mengandung flavonoid, borneol, kamphor, terpene, dan
alkaloid anonain. Di samping itu, akarnya juga mengandung saponin, tanin, dan
polifenol. Biji srikaya mengandung minyak, resin, dan bahan beracun yang
bersifat iritan. Buahnya mengandung asam amino, gula buah, dan mucilago.
Sedangkan buah yang masih muda mengandung tanin. Kandungan biji srikaya
berkhasiat memacu enzim pencernaan, abortivum, anthelmintik dan pembunuh
serangga (insektisida). Kulit kayu berkhasiat sebagai astringen dan tonikum.
Buah muda dan biji juga berkhasiat sebagai antiparasit (Anonim 2009).
Menurut Ekawati (2008),
ekstrak tanaman P. retrofractum memberikan efek dalam menghambat aktivitas
peneluran Sitophilus zeamais (Coleoptera: Curculionidae) yang baik pada
perlakuan ekstrak metanol pada semua konsentrasi untuk metode tanpa pilihan dan
pada konsentrasi 5% untuk metode pilihan, serta pada konsentrasi 0,5%, 1%, dan
5% pada perlakuan ekstrak heksana dengan metode tanpa pilihan dan pilihan.
Serbuk tanaman P. retrofractum dapat menghambat aktivitas peneluran S. zeamais
pada semua perbandingan dengan nilai rata-rata aktivitas penghambatan peneluran
sebesar 100% dengan metode tanpa pilihan dan metode pilihan. Tiga ekstrak, P.
retrofractum, A. squamosa dan A. odorata memberikan tingkat efektifitas yang
tinggi baik terhadap C. pavonana maupun P. xylostella dengan memberikan nilai
LC95 lebih rendah pada konsentrasi ekstrak 0,1% dengan menggunakan metode
residu pada daun. Sementara itu dengan metode perlakuan setempat hanya ekstrak
A. squamosa yang memberikan efektivitas tinggi. Untuk pengujian kompatibilitas
dua estrak dari tiga ekstrak yaitu P. retrofractum, A. squamosa dan A. odorata,
menunjukkan bahwa campuran ekstrak P. retrofractum dengan A. squamosa dan A. odorata
dengan A. squamosa menunjukkan efek sinergis untuk semua perbandingan, sedang
campuran A. odorata dengan P. retrofractum menunjukkan pengaruh sinergis hanya
pada perbandingan 1:1 terhadap C. pavonana. Pengujian terhadap larva P.
xylostella menghasilkan satu ekstrak yang bersifat sinergis untuk semua tingkat
LC (lethal concentrations) yaitu campuran ekstrak A. odorata dengan A. squamosa
pada perbandingan 1:1, namun demikian terdapat dua ekstrak campuran yaitu
campuran ekstrak P. retrofractum dengan A. squamosa pada perbandingan 1:1 dan
2:1 yang memberikan nilai LC rendah (Dadang et al. 2007).
Ekstrak biji srikaya
berpengaruh nyata pada pembentukan pupa dan imago hama krop kubis. Peningkatan
konsentrasi ekstrak menyebabkan berkurangnya pembentukan pupa dan imago.
Perlakuan terhadap larva menyebabkan larva yang hidup menjadi lemah pada instar
akhir dan fase prapupa sehingga menyebabkan larva gagal mengalami pupasi,
demikian juga dengan imagonya (Herminanto et al. 2004). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak biji srikaya memperlihatkan perbedaan mortalitas
larva Aedes aegypti pada semua dosis setelah 12 jam pengamatan, dosis terendah
400 ppm dengan mortalitas 34% dan dosis tertinggi 800 ppm dengan mortalitas 89%
(Adam et al. 2005).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa biji lada dan srikaya efektif mengendalikan Callosobruchus spp. pada
semua aras dosis yang diujikan. Bubuk biji lada pada dosis 0,5%, 1%, dan 2%
serta biji srikaya pada dosis 0,5% dan 2% mampu mempertahankan viabilitas benih
kedelai tetap baik setelah disimpan selama 70 hari, sedangkan bubuk biji
srikaya dosis 1% tidak sebaik dosis lainnya (Dinarto dan Astriani 2006).
Campuran ekstrak tanaman P. retrofractum dan A. squamosa pada konsentrasi (PA
3:7 0,05%, PA 3:7 0,1%, PA 1:1 0,05%, PA 1:1 0,1%) menunjukkan kematian larva
C. Pavonana< 50% pada 1 hari setelah perlakuan (HSP). Pada 3 HSP terjadi
peningkatan kematian larva yang mencapai 100% kecuali pada perlakuan ekstrak PA
1:1 0,05% yang menunjukkan kematian larva sebesar 89,74%. Selama 10 hari
pemaparan baik penyemprotan maupun pengolesan pada tanaman brokoli pada semua
konsentrasi tidak menunjukkan adanya gejala fitotoksik. Hal ini menunjukkan
bahwa campuran ekstrak P. retrofractum dan A. squamosa hingga konsentrasi 0,1%
aman untuk diaplikasikan (Isnaeni 2006).
0 Comment for "Potensi P. retrofractum (Cabe Jawa) dan A. squamosa (Srikaya) sebagai Insektisida Nabati "