Daun mint merupakan salah satu rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan dalam keadaan masih segar maupun dalam keadaan kering. Daun mint biasa digunakan dalam bahan pembuatan makanan/minuman agar makanan/minuman berbau khas dan segar. Daun mint juga terkenal sebagai daun yang dapat memberikan efek rasa dingin pada produk makanan/minuman. Pada daun mint terdapat senyawa mentol dalam jumlah besar sehingga selain menimbulkan efek rasa dingin pada makanan/minuman, daun mint juga menimbulkan rasa pedas apabila penggunaannya berlebihan.
Alankar (2009) daun mint memiliki berbagai macam ester terutama menthyl asetat dan monoterpen yang menghasilkan flavor (minty) khas. Salah satu senyawa monoterpen yang ada pada tanaman mint adalah mentol. Senyawa ini terbentuk dari geranil pirofosfat (Vickery dan Vickery, 1981) yang merupakan prekusor dari terpen. Geranil pirofosfat akan menjadi senyawa monoterpen seperti terpinolen, piperitenon, pulegnon yang selanjutnya menjadi menton, isomenton dan mentol (Tyler et al., 1988).
Menurut Adi (2007) daun mint mengandung minyak atsiri 1-2 %, mentol 80-90%, menton, d-pipirition, heksanolfenilasetat, etil amilkarbinol dan neomentol. Daun mint mengandung minyak essensial seperti mentol dan menton, senyawa flavonoid, penolic acid, triterpenes, vitamin C, provitamin A dan beberapa mineral seperti fosfor, besi, kalsium serta potassium (Sastrohamidjojo, 2004).
Kandungan utama dari minyak daun mint (Mentha piperita L.) adalah mentol, menton dan metil asetat, dengan kandungan mentol tertinggi (73,7-85,8%) (Saputera, 1994). Selain itu, kandungan monoterpene, mentofuran, sesquiterpene, triterpene, flavonoid, karotenoid, tanin dan beberapa mineral lain juga ditemukan dari minyak daun mint (Mentha piperita L.) (Testiningsih, 2015).
Kandungan polifenol pada daun mint dapat berkisar antara 19%, senyawa daun mint yang bertindak sebagai antioksidan memiliki beberapa senyawa limonene, cineole, menton, mentol serta pulegone (Alankar, 2009). Polifenol (19%), karoten dan tokoferol yang bertindak sebagai antioksidan (Gardiner, 2000). Daun mint (Mentha piperita L.) banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, rokok, pembuatan pasta gigi, minyak angin, balsam dan makanan seperti kembang gula (Hadipoentyanti, 2012).
Berdasarkan penggunaannya sebagai bumbu, daun mint dapat digunakan untuk bumbu daging, ikan, saus, sup, masakan rebus, cuka, minuman teh, tembakau dan minuman anggur. Ujung daun yang segar dari seluruh jenis mint juga digunakan dalam minum-minuman, buah, saus apel, es krim, jeli, salad dan sayur. Sedangkan, dalam dunia kedokteran, kandungan ekstrak minyak daun mint yang mudah menguap yaitu mentol digunakan untuk sakit perut, pereda batuk, inhalasi, mouthwashes, pasta gigi.
Daun mint (Mentha piperita L.) digunakan oleh para herbalis sebagai antiseptik, antipruritik dan obat karminatif (Hadipoentyanti, 2012). Sedangkan ekstrak tanamannya terutama daun memiliki kandungan radioprotektif, antioksidan, antikarsinogenik, antialergik, antispasmodik. Selain itu, aroma dari daun mint dapat digunakan sebagai inhalan untuk sesak napas, bahkan teh daun mint juga digunakan untuk pengobatan batuk, bronchitis dan inflamasi pada mukosa oral dan tenggorokan (Datta, 1971).
Sumber :
Adi, L. T. 2007. Terapi Herbal Berdasarkan Golongan Darah. Agro Media Pustaka. Jakarta
Alankar, S. 2009. A Review on Peppermint Oil. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research
Datta, P. K. 1971. Cultivation of Mentha Arvensis in India. The Flavour Industry: 233-245
Gardiner, P. 2000. Peppermint (Mentha piperita). The Center for Holistic Education and Research. Revised May 2:1-22
Saputera, D. 1994. Pengaruh Pemberiaan Sinar Lampu TL dan GA3 terhadap Pertumbuhan dan Produksi minyak Mentha piperita L. di Lembang Bandung. Skripsi
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Vickery, M. L and Vickery, B. 1981. Secondary Plant Metabolisme. The Mac Millan Comp. New York
Tyler, V. E., Lynn R. B., Robber J. E. 1988. Pharmacognosy. Lea & Febiger. Philadelphia