Perilaku
adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dengan
lingkungannya. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu rangsangan dari luar
(Suhara, 2010). Perilaku harian organisme merupakan faktor yang berasal dari
hewan itu sendiri. Setiap hewan memiliki karakter perilaku harian yang berbeda
sesuai anatomi dan morfologi tubuh yang dimilikinya (Jumilawaty, 2006).
Tingkah
laku hewan merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya,
dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti terbentuknya
struktur fisik. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk
beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Satwa liar yang didomestikasi akan
mengalami perubahan tingkah laku yaitu berkurangnya sifat liar, sifat mengeram,
sifat terbang dan agresif, musim kawin yang lebih panjang dan kehilangan sifat
berpasangan (Craig, 1981).
Menurut
Stanley dan Andrykovitch (1984), tingkah laku pada tingkat adaptasi ditentukan
oleh kemampuan belajar hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu
lingkungan yang baru, tingkah laku maupun kemampuan belajar hewan ditentukan
oleh sepasang atau lebih gen sehingga terdapat variasi tingkah laku individu
dalam satu spesies meskipun secara umum relatif sama dan tingkah laku tersebut
dapat diwariskan pada turunannya yaitu berupa tingkah laku dasar.
Tingkah
laku dasar hewan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir (innate
behavior), antara lain gerakan menjauh atau mendekat dari stimulus,
perubahan pola tingkah laku dengan adanya kondisi lingkungan yang berubah dan
tingkah laku akibat mekanisme fisiologis seperti tingkah laku jantan dan betina
saat estrus. Pola tingkah laku harian hewan dalam hal ini Bubulcus ibis merupakan
suatu aktivitas (perilaku) yang biasa dilakukan dalam keseharianya mulai pergi
dari sarang, aktivitas di habitatnya (mencari makan, istirahat, interaksi
dengan spesies lain pada habitat yang sama), atau aktivitas lainya, sampai pada
waktu kembali ke sarang lagi. Tiga aspek utama yang menjadi perilaku
keseharianya adalah perilaku individu, perilaku sosial dan perilaku makan
sebagai berikut :
2.2.1 Perilaku Individu
Sebagian
besar perilaku ditunjukkan untuk kelangsungan hidup burung itu sendiri,
meliputi perilaku pemeliharaan, berhubungan dengan perawatan dan kenyamanan
tubuh, serta perilaku yang berhubungan dengan pemeliharaan habitat, tempat
istirahat dan makan. Perilaku pemeliharaan berhubungan dengan perawatan bulu,
kulit dan bagian-bagian lain terutama yang digunakan untuk terbang atau untuk
insulator. Menurut Simmons (1964) dalam Petingill (1969) perilaku perawatan ini
meliputi preening (menelisik bulu), head-scratching (menggaruk), sunning
(berjemur).
Menelisik
bulu merupakan perawatan bulu yang terpenting, dilakukan dengan paruh,
digerakkan atau digigit-gigit hingga keujung dan gerakan ini khas untuk
masing-masing jenis. Kaki burung dapat menggaruk bagian kepala, biasanya
untukmembersihkan bagian kepala yang tidak dapat tersentuh oleh paruh. Burung
berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan
bulu-bulu kepela, leher, punggung dan bagian ekornya. Terkadang diikuti dengan
membuka mulut. Menurut pettingill (1996), untuk menjaga kenyamanan burung
biasanya melakukan pengaturan bulu dengan menggerakkan atau menggoyangkan
tubuh, mengangkat, merentangkan, mengepak-ngepak sayap dan kemudian
mengembalikannya pada posisi semula. Perengangan meliputi: menganga, menggerak-gerakan
mandibula; istirahat meliputi: berdiri dengan satu-dua kaki atau duduk, bulu
relaks, kepala tergolek dileher dan terkadang mengambil posisi sedang tidur.
Pada saat tidur burung menarik dan menekuk kepalanya sehingga terlihat seperti
bersandar ada bagian punggung dan paruh disembunyikannya di balik scapular.
2.2.2 Perilaku Sosial
Perilaku
sosial (Social behaviour), yang didefinisikan secara luas, adalah setiap
jenis interaksi antara dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama.
Meskipun sebagian besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus
bersosialisasi pada siklus hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi,
beberapa spesies menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam hubungan yang dekat
dengan spesies sejenisnya. Interaksi sosial telah lama menjadi suatu fokus
penelitian bagi peneliti yang mempelajari perilaku. Penyerangan, percumbuan,
kerjasama, dan bahkan manipulasi merupakan bagian dari keseluruhan perilaku
sosial. Perilaku sosial memiliki keuntungan dan biaya bagi anggota spesies yang
berinteraksi secara ekstensif (Campbell dkk, 2002).
Menurut
Mardiastuti (1992), pola ini berkaitan dengan habitat yang mendukungnya dan
senantiasa berubah-ubah sesuai dengan musim berkembang biak, selain itu faktor
angin juga dapat mempengaruhi perubahan penyebaran burung tersebut. Menurut
Campbell dkk., (2002), interaksi sosial bisa berhubungan dengan hal yang
sifatnya kompetitif, seperti: Perilaku Agonistik (agonistik behavior),
merupakan suatu perlawan yang melibatkan perilaku yang mengancam maupun
menentukan pesaing mana yang mendapatkan beberapa sumberdaya seperti makan atau
pasangan kawin. Kadang-kadang kompetisi tersebut melibatkan pengujian kekuatan.
2.2.3
Perilaku Makan
Perilaku
makan adalah penampakan tingkah laku dalam kaitanya dengan aktivitas makan.
Aktivitas makan itu sendiri merupakan bagian dari aktivitas harian. Pada burung
umumnya aktivitas tersebut dilakukan pada pagi hari hingga sore hari, kecuali
pada beberapa jenis burung malam ’nocturnal’ (Hailman, 1985). Selanjutnya
menurut Hailman (1985), bahwa perilaku makan pada makhluk hidup mencakup semua
proses konsumsi bahan makanan yang bermanfaat dalam bentuk padat atau cair.
Perilaku makan binatang bervariasi baik lamanya makan maupun frekuensi tingkah
laku pada saat makan. Suratmo dalam Elfidasari (1979), menyatakan bahwa
Perilaku makan dari tiap-tiap spesies hewan memiliki cara-cara yang spesifik.
Faktor yang mempengaruhi berbedanya cara makan antara lain morfologi hewan yang
mencari makan, rangsangan dari makanan itu sendiri dan faktor dari dalam tubuh
hewan yang akan memberikan urutan gerak tubuh pada hewan tersebut.
Menurut
Rusila (2003), jenis-jenis burung yang mencari makan di bawah permukaan air,
akan memburu mangsa mereka dengan menggunakan ujung paruhnya yang sensitif,
oleh karena itu mereka memiliki ukuran mata yang lebih kecil karena tidak
terlalu membutuhkannya untuk melihat mangsa. Mereka biasanya mencari mangsa
dalam kelompok yang cukup besar yang memungkinkan memperoleh manfaat, karena
mangsa yang terganggu akan lebih mudah ditemukan. Beberapa jenis burung
memiliki ukuran kaki yang lebih panjang yang memungkinkan mereka berjalan
diperairan dangkal atau lumpur halus, sementara yang memiliki kaki pendek hanya
dapat mencari makan pada substrat lumpur yang lebih keras, hal ini menunjukkan
evolusi terhadap makanan.
Sumber
Artikel (Klik Here)
Labels:
Burung
Thanks for reading Perilaku Burung Liar . Please share...!
0 Comment for "Perilaku Burung Liar "