Penyakit ikan adalah segala
sesuatu yang dapat menimbulkan ganguan baik fisik maupun fisiologis pada ikan.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain, kondisi lingkungan atau
campur tangan manusia. Sakit adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan atau
ketidaknormalan fungsi pada ikan baik secara fisik ataupun fisiologis. Sakit
dan penyakit ini dapat disebabkan oleh ketidakserasian yang terjadi di dalam
lingkungan atau ekosistem dimana ikan tersebut berada. Dengan kata lain
penyakit merupakan interaksi yang tidak serasi antara ikan dengan faktor biotik
(organisme) dan faktor abiotik (lingkungan). Interaksi yang tidak serasi ini
akan menimbulkan stress pada ikan sehingga menyebabkan daya pertahanan tubuh
menurun dan akibatnya mudah timbul berbagai penyakit (Yuliartati, 2011).
Penyakit meliputi penyakit
infeksi dan bukan infeksi. Penyakit infeksi merupakan masalah utama, meliputi
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi dan parasit.
Penyakit pada hewan perairan dapat disebabkan oleh cacat genetis, cidera fisik,
ketidak-seimbangan nutrient, pathogen dan atau polusi. Penularan patogen atau
penyakit dari satu individu ke individu lainnya dapat melalui dua cara yaitu
penularan vertikal dan horizontal. Penularan vertikal yaitu patogen ditularkan
dari salah satu atau kedu induknya ke anakknya melalui sel kelamin. Adapun
penularan horizontal meliputi penularan patogen dari individu satu ke lainnya
(Irianto, 2005).
Kualitas air merupakan salah
satu penyebab terjadinya serangan penyakit, misalnya meningkatnya suhu secara
mendadak membuat ikan stress. Lingkungan di dalam air merupakan habitat
kompleks terdapat berbagai jasad patogen, tetapi jasad patogen ini tidak
berbahaya bila kondisi lingkungan optimum. Jasad penyakit yang telah ada di
dalam air akan berbahaya bila kondisi memungkinkan, seperti perubahan
parameternya (Kordi, 2004).
Stres berpengaruh terhadap
sistem perlindungan tubuh inang yaitu mukus. Segala bentuk stress akan
menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dalam mucus yang dapat menyebabkan
penurunan efektivitannya sebagai pelindung kimiawi inang terhadap patogen dan
parasit. Stress akan mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh (Na, K dan Cl)
sehingga menyebabkan penyerapan air yang berlebihan atau dapat pula berupa
kehilangan air (dehidrasi) (Irianto, 2005).
Ikan yang kekurangan gizi juga
merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah
akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat
menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Pakan yang tidak seimbang
atau komponennya berlebihan dapat juga menimbulkan masalah.Kondisi yang membuat
ikan tidak normal tersebut, menyebabkan ketahanan tubuh ikan yang menurun
(Kordi, 2004).
Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri memperlihatkan gejala-gejala seperti kehilangan nafsu makan, luka-luka
pada permukaan tubuh, pendarahan pada insang, perut membesar berisi cairan,
sisik lepas, sirip ekor lepas, jika dilakukan pembedahan akan terlihat
pembengkakan dan kerusakan pada hati, ginjal dan limpa. Penyakit bakteri ini
dapat menyebabkan kematian diatas 80% dalam waktu relatif singkat (Ashari,
dkk., 2014).
Di Indonesia sedikitnya telah
tercatat empat kali wabah penyakit ikan, baik yang disebabkan oleh parasit
maupun bakteri. Wabah penyakit menyebabkan terjadinya kematian pada ikan
secaraakut maupun kronis sehingga secara ekonomis ikan menjadi tidak laku
dipasarkan karena penampilannya yang buruk, berbahaya bagi kesehatan manusia
serta memperkecil laba usaha karena pertumbuhan ikan menjadi lambat. Bakteri
lain yang diketahui merugikan dalam budidaya ikan antara lain Edwardsiella tarda,
Flexibactercolumnaris, Pseudomonas fluorescens, Aeromonas sp., Vibrio sp.,
Myobacterium sp., Nocardia sp. (Ratnawati, dkk., 2013)
Kocuria kristinae
K. kristinae sebelumnya
disebut Micrococcus kristinae pertama kali dijelaskan pada 1974. Organisme ini
ditemukan tersebar luas di alam, sering sebagai flora kulit normal pada manusia
dan mamalia lainnya. Hal ini biasanya non-patogenik. Ada sangat sedikit kasus
yang terdokumentasi dengan infeksi yang disebabkan oleh K. kristinae. Dari
jumlah tersebut mayoritas terjadi pada pasien dengan system imun rendah. Hal
itu sebelumnya diklasifikasikan ke dalam genus Micrococcus, tapi dibedah dari
Micrococcus berdasarkan analisis filogenetik dan kemotaksonomi (Paul, dkk.,
2015).
Stenotrophomonas maltophilia
S. maltophilia,
non-fermentasi, Gram-negatif, bakteri berbentuk batang berlimpah di lingkungan
dengan distribusi geografis yang luas. spesies bakteri ini telah diisolasi dari
sumber air, baik dalam dan keluar dari pengaturan klinis. Infeksi yang
disebabkan oleh S. maltophilia memiliki tingkat kematian tinggi (37,5%),
tergantung pada kondisi klinis awal pasien. Selama dekade terakhir, S.
maltophilia telah muncul sebagai patogen nosokomial penting terutama pada
pasien dengan fibrosis kistik, keganasan, neutropenia, kateter vena sentral,
panjang berkepanjangan tinggal atau riwayat pengobatan penggunaan antibiotik
spektrum luas (Trevino, dkk., 2014).
Aeromonas hydrophila
A. hydrophila merupakan
bakteri Gram negatif, berbentuk batang, motil. Merupakan agensia penyebab
hemoragik septicemia (Bacterial Hemorrhagic Septicemia, BHS) atau MAS (Motile
Aeromonas Seprticaemia) pada beragam spesies ikan air tawar. Pada dasarnya A.
hydrophila merupakan oportunis karena penyakit yang disebabkannya mewabah pada
ikan-ikan yang mengalami stress atau pada pemeliharaan dengan padat tebar
tinggi (Irianto, 2005).
Salah satu patogen pada ikan
nila adalah bakteri A. hydrophila yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonad
Septicacma (MAS). Selain itu Aeromonas salmonicida atipikal merupakan penyebab
penyakit pada sejumlah spesies ikan air tawar danikan laut non-salmonoid.
Penyebaran atau invasi bakteri patogen di dalam tubuh dapat menyebabkan
rusaknya jaringan danorgan. Setelah Aeromonas masuk ke dalam tubuh, bakteri ini
akan menembus masuk ke dalam organ pembuluh darah dan akhirnya terbawa masuk ke
organ tubuh. Kerusakan yang parah pada ginjal ikan dapat meningkatkan jumlah
angka kuman ginjal (Nursanti, dkk., 2006).
A. hydrophila melimpah pada
lingkungan air tawar terutama dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan
dapat menyerang berbagai jenis ikan air tawar di daerah tropis. Infeksi
biasanya bersifat oportunistik dan mudah dikenali karena adanya luka-luka
eksternal (ulcer), lendir mengering, terdapat bercak pendarahan pada daerah latero-ventral
tubuh dan sirip serta sisik terkelupas (Putri, dkk., 2008).
Staphylococcus sp.
Bakteri bentuk coccus seperti
Streptococcus sp. dan Staphylococcus sp. telah banyak ditemukan pada ikan
sakit. Kebanyakan kedua spesies tersebut hidup sebagai saprofitik dan beberapa
sebagai mikrofolra normal di dalam saluran pencernaan hewan dan berikutnya
dilepaskan bersama dengan feses. Keberadaanya di lingkungan akuatik biasanya
sebagai indikator kontaminasi feses terhadap air. Staphylococcus sp. bukan
merupakan penyebab utama sebagai penyakit dalam perikanan di Amerika, tetapi
sebagai penyebab utama kerugian petani ikan di Jepang dan negara-negara timur
jauh (Pelczar dan Reid, 1958). Infeksi Staphylococcus sp. pada ikan jarang
terjadi, walaupun demikian pernah diisolasi dari darah jantung pada ikan salmon
sakit di Argentina. Staphylococcus sp. menyebabkan beberapa lesi berupa
nekrosis dan edema di muskulus serta adanya timbunan darah pada cavitas
vaseralis (Sutrisno dan Purwandari, 2004).