Sapi FH merupakan sapi tipe
perah yang banyak terdapat di Indonesia. Sapi perah ini berasal dari daerah
subtropis provinsi Belanda Utara dan daerah Friesland Barat (Philips, 2001).
Sapi ini dikembangkan dari nenek moyang sapi liar Bos (Taurus) Typicus Primigineus.
Sapi FH mempunyai ciri-ciri kepala panjangnya sedang, mulut lebar dengan hidung
terbuka lebar, rahang kuat, dahi lebar, leher panjang dan warna tubuh belang
hitam putih. Hasil penelitian di Thailand, yang juga negara tropis menunjukan
bahwa sapi-sapi perah subtropis dapat beraklimatisasi dengan baik pada suhu
dibawah 18 ºC dan kelembaban di atas 55% (Siregar, 2003). Sapi FH dapat
dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan dimana bobot badannya mencapai
sekitar 400 kg, dan lama bunting sapi FH umumnya 9 bulan (Oklahoma State
University, 2000).
Populasi sapi perah di Indonesia menunjukan perkembangan, selama kurun waktu 1970 hingga 2009 dari 52.000 ekor menjadi 500.000 ekor. Tahun 1994 produksi susu tercatat 426.727 ton dan meningkat menjadi 750.000 ton pada tahun 2009 (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2009). Philips (2001) menyatakan FH adalah sapi yang intensif dalam system produksi susu di dunia, di Inggris 90% produsen susu menggunakan sapi ini karena produksi susu sapi perah ini dapat mencapai 7342 kg/tahun (Talib et al., 2003).
Faktor yang menyebabkan
belum terpenuhinya kriteria mutu susu segar di Indonesia adalah kebutuhan
jumlah dan jenis pakan yang tidak terpenuhi, penerapan sanitasi dan higiene
yang tidak benar dalam proses pemeliharaan, pemerahan serta kebersihan kandang
yang kurang memadai (Mirdhayati et al., 2008). Imbangan rumput lapangan
dan konsentrat 70 : 30 merupakan ransum terbaik bila ditujukan untuk
meningkatkan kadar lemak susu, kadar protein dan bahan kering tanpa lemak
(Suherman, 2005).
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2009. Statistik Peternakan 2009.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Mirdhayati, I., J. Handoko,
& K. U. Putra. 2008. Mutu susu segar di UPT ruminansia besar dinas peternakan
kabupaten Kampar provinsi Riau. J. Pet. 5: 14 – 21.
Oklahoma State University.
2000. Breads of Livestock. Oklahoma State University Board of Regents. Animal
Science Homepage.
Phillips, C. J. C. 2001.
Principles of Cattle Production. CABI Publishing, Wallingford.
Siregar, A. R. 2003.
pengembangan sapi perah rumpun unggul pada dataran rendah, Di dalam: Supriyadi,
Syahgian S. Kumpulan hasil-hasil penelitian APBN tahun anggaran 2002. Buku 1 Ternak
Ruminansia. Bogor: Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Suherman, D. 2005. Imbangan rumput lapangan
dan konsentrat dalam ransum terhadap kualitas produksi susu sapi perah
Holstein. Anim. Prod. 7: 14-20.
Talib, C., Kusawandi, Siregar
A. R, & Sugiarti T. 2003. Progeny test dan performa test sapi-sapi Fries Holstein
calon pejantan dan induk arah pembentukan elite herd. Kumpulan hasil-hasil
penelitian APBN tahun anggaran 2002. Buku 1 Ternak Ruminansia. Bogor: Balai
Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
0 Comment for "Sapi Fries Holstein di Indonesia"