Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

King Grass (Rumput Raja)

Rumput raja adalah jenis rumput baru yang belum banyak dikenal, yang merupakan hasil persilangan antara pennisetum purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides, rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya.
Pengolahan tanah
Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti pengolahan rumput gajah atau rerumputan unggul lainnya yaitu:
    • Tanah dibajak/dicangkul 1-2 kali kemudian diratakan
    • Tanah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan gulma
    • Pembuatan parit/lubang tanaman
Bibit tanaman
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan dengan stek maupun sobekan rumput stek terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 25-30 cm atau paling sedikit terdiri dari dua mata. Sedangkan bila menggunakan sobekan rumpun anak dipilih rumpun muda yang tingginya 20-25 cm. Kebutuhan bibit per hektar dengan jarak tanam 1 x 1 m adalah sebanyak 10.000 stek atau rumpun. Waktu tanam yang baik adalah pada awal sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau nanti akan tanaman sudah dalam dan cukup kuat. Pada penanaman dengan stek harus diperhatikan. Mata tunas jangan sampai terbalik karena akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Stek dapat langsung ditancapkan setengahnya ke dalam tanah dengan tegak lurus atau miring serta jarak tanam 1 x 1 m. Untuk penanaman dengan sobekan rumpun, terlebih dahulu dibuat lobang sedalam 20 cm. Pada tanah miring tanah tidak perlu diolah, cukup dibuat lubang-lubang menurut kontur tanahnya sedemikian rupa sehingga sekaligus dapat berfungsi ganda sebagai penahan erosi. Jarak tanam dalam baris untuk tanah miring dianjurkan 50 cm dan jarak antar baris adalah 1 meter.
Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada waktu pengolahan (perataan) tanah yaitu dengan menggunakan 10 ton pupuk kandang/ha, 50 kg kcl dan 50 kg sp36/ha. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah tiga kali pemotongan dengan dosis yang sama. Disamping pupuk-pupuk diatas, urea jga diberikan pada waktu tanaman berumur 2 minggu dan setiap selesai potong dengan dosis 50 kg/ha.
Pemeliharaan dan waktu potong
Tanaman rumput raja memerlukan pemeliharaan yang teratur untuk memperoleh hasil ayng tinggi dan pertumbuhan yang cepat. Untuk itu perlu dilakukan penyiangan terhadap gulma agar tidak terjadi persaingan. Pada waktu penyiangan perlu diadakan penggemburan tanha dan pembumbunan disekitar rumpun tanaman. Pemotongan pertama dapat dilakukan pada umur tanaman 2-3 bulan sebagai potong paksa. Hal ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan berikutnya dilakukan sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim kemarah waktu potong sebaiknya diperpanjang. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan tanah. Hindari pemotongan yang terlalu tinggi karena akan banyak sisa batang yang mengayu (keras). Demikian juga jangan dipotong terlalu pendek, karena akan mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh.
Produksi hijauan Produksi hijauan rumput raja dibandingkan dengan rumput gajah cv, hawaii dan cv afrika dengan interval potong 6 minggu terlihat dalam tabel dibawah ini:
batang dan daun
Hijauan segar
(ton/ha/thn)
Bahan kering
(ton/ha/thn)
Hijauan segar Bahan kering
Rumput raja 1076 110 48:52 32:68
r. gajah cv-hawaii 525 63 59:41 64:36
r. gajah cv-afrika 376 40 44:56 44:56
Dari tabel disamping terlihat bahwa produksi rumput raja adalah dua kali lebih tinggi dari rumput gajah cv-hawaii, sedangkan dengan rumput gajah cv-afrika (berbunga) adalah tiga kali lebih tinggi. Dari persentase berat daun juga lebih besar, jadi lebih menguntungkan.
Kualitas/Mutu hijauan
Mutu hijauahn rumput raja dibandingkan dengan gajah cv-hawaii dan gajah cv-afrika dengan interval potong 6 minggu tertera pada tabel berikut:

Jenis rumput Kandungan zat makanan (%)
Protein kasar lemak NDF abu ca P
Rumput raja 13.5 3.5 59.7 18.6 0.37 0.35
r. gajah cv-hawaii 12.3 2.4 64.2 10.1 0.24 0.39
r. gajah cv-afrika 13.5 3.4 64.2 15.8 0.31 0.37
Dari tabel tersebut diatas, pada umumnya mutu hijauan rumput raja lebih baik dari pada rumput lainnya. Yang hampir menyerupai adalah rumput gajah cv afrika, tetapi produksi hijauan tiga kali lebih rendah dari rumput king grass.
Daya tampung
Kebutuhan ternak sapi akan hujauan segar menurut perkiraan aksar yaitu 10% dari berat badan per hari per ekor. Apabila berat seekor sapi perah 600 kg, maka kebutuhan hijauan per hari adalah 60 kg, jadi kebutuhan akan hijauan per tahun 365 x 80 kg = 21,9 ton. Berdasarkan perhitungan tersebut berarti rumput raja dapat menampung 49 ekor sapi perah / ha / tahun secara potong angkut.

Gamal Sebagai Pakan Ternak

Gamal adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam dan tidak memerlukan sifat tanah khusus. Gamal dengan nama latin Glicidia maculata merupakan salah satu jenis tanaman dan merupakan pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Selain sebagai pakan ternak, tanaman ini juga mempunyai manfaat sebagai pencegah erosi dan sekaligus penyubur tanah.

CIRI-CIRI UMUM
Gamal merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Tengah. Adapun ciri-ciri tanaman ini yaitu:
- Daunnya bersirip, dengan bentuk daun oval runcing yang agak lebar.
- Bunganya cukup indah, berwarna ungu keputihan.
- Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 10 meter.
- Gamal tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-1300 meter dari permukaan laut.

MENANAM GAMAL
Untuk memperbanyak tanaman gamal ini sangat mudah sekali. Tanaman ini dapat diperbanyak melalui biji ataupun stek. Namun karena sukarnya mendapatkan biji gamal sebaiknya ands menanam gamal dengan menggunakan stek, karena tumbuhnya lebih cepat. Harus diperhatikan juga bahwa tidak sembarang stek yang dapat anda gunakan dalam menanam gamal agar tumbuh baik. Untuk itu ambillah stek dari batang tanaman gamal yang sudah tua. Bagian batang tanaman yang akan diambil sebagai stek ialah bagian bawah dari setiap cabang tanaman gamal yang sudah anda pilih. Pilih cabang yang sudah berdiameter paling tidak 3,5 cm dan potonglah sepanjang 1 m.

Bila anda menginginkan produksi yang tinggi dari tanaman gamal, sebelum stek ditanam usahakan agar lahan disiapkan terlebih dahulu, dengan cara penyiangan rumput liar. Bila lahan yang digunakan adalah lahan kering, sebaiknya lahan tersebut diolah atau dibajak, kemudian biarkan beberapa hari agar proses mineralisasi bahan-bahan organik berlangsung dengan cepat. Pengolahan tanah dapat dilakukan sekali saja.

Setelah lahan siap untuk ditanam disarankan agar penanaman sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan dengan maksud agar memudahkan penyiraman tanaman tersebut. Penanaman dengan menggunakan stek/ batang ini dapat dilakukan dengan cara yaitu : Ditegakkan, miring atau berbaring agar memudahkan perakaran. Bila anda menggunakan penanaman secara berdiri atau tegak, tanamlah stek sedalam 1/3 bagian panjang stek. Kemudian jarak antara stek yang satu dengan yang lain kurang lebih setengah meter.

MEMELIHARA TANAMAN GAMAL

Pemeliharaan tanaman gamal ini sebenarnya tidak terlalu memerlukan perhatian yang mutlak, karena dengan membiarkan begitu saja ia akan tumbuh dengan baik. Tetapi agar daunnya lebar dam rindang untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: penyiangan, pengairan dan pemangkasan. Mengenai pemupukan pada tanaman ini tidak begitu dianjurkan karena sifat dari gamal ini sendiri sebagai
penyubur tanah.

Penyiangan bertujuan untuk memberantas tumbuhan liar yang mengganggu tanaman pokok, untuk efisiensi biaya sebaiknya penyiangan anda lakukan secara mekanik yaitu dengan cara mencangkul untuk menbongkar tanaman liar. Sedangkan pengairan bertujuan untuk mengurangi penguapan air dalam tanah dan dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan.

Agar tanaman tumbuh rindang maka anda dapat lakukan pemangkasan, sekaligus menbuang cabang-cabang yang tidak produktif.

P A N E N

Setelah gamal ditanam dan berumur satu tahun barulah tanaman tersebut dipanen. Hal ini dimaksudkan agar perakaran tanaman sudah kuat dan dalam sehingga apabila terjadi angin keras tidak akan roboh. Setelah panen pertama, maka panen selanjutnya dapat anda lakukan setiap 90 hari. Panen dapat dilakukan dengan cara defoliasi atau pemotongan. Selanjutnya pemotongan dilakukan dengan menyisakan batang tanaman setinggi 10-15 cm dari atas permukaan tanah.

Agar tanaman gamal tetap menghasilkan dan berproduksi tinggi secara kontinyu, maka pada saat tertentu perlu dilakukan peremajaan dengan tujuan agar menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif. Hal ini dilakukan dengan cara membongkar tanaman lama dan menggantikannya dengan tanaman baru.

Tabel : Produksi Gamal pada luas areal tertentu.
Luas Lahan Jumlah Produksi/ 1 x
Tanaman Panen/phn(kg)
25 x 25 m2 220 phn 4
25 x 50 m2 300 phn 6
25 x 75 m2 400 phn 7
25 x 75 m2 500 phn 9

Sumber : Dinas Peternakan Dati I Irian Jaya.

Energi Untuk Unggas Part II

Sumber :  Dr. Ir. W. Widodo, MS (NUTRISI DAN PAKAN UNGGAS KONTEKSTUAL)

Energi dari Karbohidrat

Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat mempunyai struktur kimia yang mengandung C, H dan O. Semakin kompleks susunan struktur kimia, maka akan semakin sulit dicerna. Hidrogen dan oksigen biasanya berada dalam rasio yang sama seperti yang terdapat dalam molekul air yaitu H2O (2H dan 1O). Klasifikasi karbohidrat menurut urutan kompleksitas terdiri atas monosakarida, disakarida, trisakarida dan polisakarida.

Monosakarida atau gula sederhana yang penting mencakup pentosa (C5H10O5) yaitu gula dengan 5 atom C dan heksosa (C6H12O6). Pentosa terdapat di alam dalam jumlah sedikit. Pentosa dapat dihasilkan melalui hidrolisis pentosan yang terdapat dalam kayu, bonggol jagung, dan jerami. Pentosa terdiri atas arabinosa, ribosa, dan xilosa. Heksosa bersifat lebih umum dan lebih penting dalam pakan dibandingkan dengan monosakarida lainnya. Heksosa terdiri atas fruktosa, galaktosa, manosa dan glukosa. Fruktosa (levulosa) terdapat bebas dalam buah yang masak dan dalam madu. Galaktosa berada dalam senyawa dengan glukosa membentuk laktosa (gula susu). Glukosa (dekstrosa) terdapat dalam madu, dan bentuk inilah yang terdapat dalam darah.

Disakarida terbentuk melalui kombinasi kimia dua molekul monosakarida dengan pembebasan satu molekul air. Bentuk disakarida yang umum adalah sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa. Sukrosa merupakan gabungan dari glukosa dan fruktosa dengan ikatan α (1 - 5) yang dikenal sebagai gula dalam kehidupan sehari-hari. Sukrosa umumnya terdapat dalam gula tebu, gula bit serta gula mapel. Maltosa merupakan gabungan glukosa dan glukosa dengan ikatan α (1 - 4). Maltosa terbentuk dari proses hidrolisis pati. Laktosa (gula susu) terbentuk dari gabungan galaktosa dan glukosa dengan ikatan β (1 - 4). Selobiosa merupaka gabungan dari glukosa dan glukosa dengan ikatan β (1 - 4). Selobiosa adalah oligosakarida yang terbentuk dari pencernaan selulosa oleh enzim selulase yang berasal dari mikroorganisme.

Trisakarida terdiri atas melezitosa dan rafinosa. Rafinosa terdiri atas masing-masing satu molekul glukosa, galaktosa dan fruktosa. Dalam jumlah tertentu terdapat dalam gula bit dan biji kapas. Melezitosa terdiri atas dua molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.

Polisakarida tersusun atas sejumlah molekul gula sederhana. Kebanyakan polisakarida berbentuk heksosan yang tersusun dari gula heksosa, tetapi ada juga pentosan yang tersusun oleh gula pentosa, di samping juga ada yang dalam bentuk campuran yaitu kitin, hemiselolusa, musilage dan pektin. Polisakarida heksosan merupakan komponen utama dari zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan asal tanaman. Heksosan terdiri atas selulosa, dekstrin, glikogen, inulin dan pati. Pati terdiri atas α amilosa [ikatan α (1 - 4)] dan amilopektin [ikatan α (1 - 4) dan α (1- 6)]. Pati merupakan persediaan utama makanan pada kebanyakan tumbuh- tumbuhan, apabila terurai akan menjadi dekstrin [glukosa, ikatan α (1 - 4) dan α (1 - 6)], kemudian menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa. Pati merupakan sumber energi yang sangat baik bagi ternak. Selulosa [glukosa, ikatan β (1 - 4)] menyusun sebagian besar struktur tanaman, sifatnya lebih kompleks dan tahan terhadap hidrolisis dibandingkan dengan pati.

Sebagian besar cadangan karbohidrat dalam tubuh hewan berada dalam bentuk glikogen [glukosa, ikatan α (1 - 4) dan α (1 - 6)] yang terdapat dalam hati dan otot. Glikogen larut dalam air dan hasil akhir hidrolisis adalah glukosa. Glikogen dan pati merupakan bentuk simpanan atau cadangan untuk gula. Inulin [fruktosa, ikatan β (2 - 1)] adalah polisakarida yang apabila dihidrolisis akan dihasilkan fruktosa. Polisakarida ini merupakan cadangan (sebagai ganti pati), khususnya dalam tanaman yang disebut artichke Yerusalem (seperti tanaman bunga matahari). Inulin digunakan untuk pengujian clearance rate pada fungsi ginjal karena zat tersebut melintas dengan bebas melalui glomerulus ginjal dan tidak disekresi atau diserap oleh tubuli ginjal. Kitin merupakan polisakarida campuran yang terdapat dalam eksoskeleton (kulit yang keras) pada berbagai serangga.

 

Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat

Karbohidrase merupakan enzim-enzim yang memecah karbohidrat menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Amilase berfungsi merombak pati menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Oligosakaridase memecah oligosakarida menjadi gula sederhana. Disakarida sukrosa dan maltosa secara berturut-turut dihidrolisis oleh sukrase dan maltase. Sekresi saliva umumnya mengandung enzim amilase. Pati yang tidak dirombak dalam proventrikulus oleh amilase air liur, dalam lingkungan netral usus dengan cepat diubah menjadi maltosa oleh amilase pankreas. Dalam cairan usus mungkin terdapat juga sedikit amilase. Disakarida maltosa, sukrosa dan laktosa dirombak oleh enzim-enzim khusus yang berturut-turut adalah maltase, sukrase dan laktase. Enzim-enzim ini dan enzim- enzim yang lain yang dihasilkan oleh sel-sel usus tidak sepenuhnya terdapat dalam keadaan bebas di dalam lumen usus. Hal ini terbukti karena ekstrak bebas sel dari cairan usus hanya mengandung sedikit enzim tersebut. Tetapi enzim- enzim tersebut terdapat pada tempat mikrovilus yang merupakan batas dari sel absorpsi vilus tersebut. Pada waktu masuk ke batas ini, disakarida tersebut dihidrolisis, semua menghasilkan glukosa, di samping itu sukrosa menghasilkan juga fruktosa, dan laktosa menghasilkan galaktosa.

Monosakarida ini juga diabsorpsi oleh sel-sel absorpsi, tetapi mekanisme transport aktifnya belum dapat dipastikan. Sebagian besar penyerapan merupakan suatu proses aktif dan bukan sekedar suatu proses yang pasif. Hal ini diperlihatkan dari kemampuan sel-sel epitel untuk menyerap secara selektif zat-zat seperti glukosa, galaktosa dan fruktosa dalam konsentrasi yang tidak sama. Glukosa diserap lebih cepat dari fruktosa, sepanjang epitelnya masih hidup dan tidak rusak. Akan tetapi, setelah unggas mati, ke tiga macam gula sederhana itu akan melintasi mukosa dengan kecepatan yang sama, karena yang bekerja hanyalah kekuatan fisik dalam bentuk penyerapan pasif.

Glikogen suatu karbohidrat khas hewan, berfungsi sebagai simpanan jangka pendek, yang dapat dipergunakan secara cepat jika gula yang tersedia dalam darah atau tempat lain telah habis. Glikogen dapat disimpan dalam kebanyakan sel, terutama dalam sel-sel hati dan otot. Pada waktu darah dari saluran pencernaan melewati hati, kelebihan gula yang diserap dari usus diambil oleh sel hati dan diubah menjadi glikogen. Insulin yang dihasilkan oleh kelompok sel-sel endokrin pankreas, yaitu pulau Langerhans, mengontrol pengambilan glukosa oleh sel-sel dan sintesis glikogen.

Peningkatan gula dalam darah merangsang sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Insulin diangkut melalui darah ke seluruh tubuh tempat hormon ini merangsang sintesis glikogen dalam sel otot dan hati. Reaksi kebalikannya, yaitu perombakan glikogen menjadi glukosa diatur oleh enzim pankreas, glukagon, dan oleh epinefrin. Tetapi sel-sel otot tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa, sehingga glikogen otot hanya dapat dipergunakan sebagai penimbunan energi untuk sel otot.

Setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus, sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yang memerlukannya. Sebagian lain, monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut.

Energi Untuk Unggas Part I

Sumber :  Dr. Ir. W. Widodo, MS (NUTRISI DAN PAKAN UNGGAS KONTEKSTUAL)

Pengertian Energi
Istilah energi berasal dari Yunani, yang terdiri atas kata "en" berarti di dalam dan "ergon" berarti kerja, sehingga energi dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan berbagai bentuk kegiatan (kimia, elektrik, radiasi dan termal) dan dapat diubah. Beberapa bentuk energi yang telah
dikenal antara lain : energi mekanik, energi panas, energi listrik, energi cahaya, energi nuklir dan energi kimia. Energi radiasi dari matahari yang digunakan tanaman untuk membentuk zat-zat makanan dapat digunakan oleh ternak untuk menghasilkan kerja mekanik. Sebagian besar energi yang terdapat di bumi
berasal dari matahari, sedang energi yang digunakan untuk kerja adalah energi kimia yang disimpan dalam pakan. Energi dalam pakan umumnya disebut dengan energi biologis.

Bagian energi biologis dari pakan dapat dicari berdasarkan beberapa ketentuan sebagai berikut : jumlah konsumsi pakan, jumlah ekskresi feses, jumlah ekskresi urin, jumlah ekskresi gas metan dan kenaikan suhu yang terjadi dan hilang sewaktu ternak puasa. Dengan ketentuan tersebut di atas maka nilai energi
biologis dari pakan dapat dicari. Energi kotor (gross energy, GE) adalah sejumlah panas yang dilepaskan
oleh satu unit bobot bahan kering pakan bila dioksidasi sempurna. Energi kotor bahan pakan ditentukan dengan jalan membakar contoh bahan pakan dalam bom kalorimeter. Kandungan GE biasanya dinyatakan dalam satuan Mkal GE/kg BK. Tidak semua GE bahan pakan dapat dicerna, sebagian akan dikeluarkan bersama feses. Energi kotor dalam feses disebut sebagai fecal energy (FE). Energi feses ini selain berasal dari pakan yang tidak dicerna juga berasal dari saluran pencernaan yang berupa mukosa, enzim dan bakteri.

Energi tercerna (digestible energy, DE) adalah berapa banyak GE yang dapat dicerna dengan cara mengurangi GE bahan pakan dengan GE feses (FE). Satuan DE adalah Mkal DE/kg BK. Tidak semua energi yang dicerna akan diserap. Pada unggas penentuan DE sulit dilakukan karena jalur pengeluaran urin dan feses bersatu. Ekskreta unggas merupakan campuran antara urin dengan feses. Jika penentuan DE unggas itu diperlukan, maka terpaksa unggas tersebut harus dibedah untuk memisahkan urin dengan feses sebelum tercampur.

Energi termetabolis (ME) adalah energi kotor dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Pada unggas, ME diperoleh dari pengurangan GE pakan dengan energi ekskreta. Energi ekskreta berasal dari campuran energi feses dan urin. Energi urin adalah energi kotor dari urin. Energi urin ini berasal dari zat-zat makanan yang telah diabsorpsi tetapi tidak mengalami oksidasi sempurna dan bahan endogenous yang terdapat dalam urin.

Energi kenaikan produksi panas (HI) adalah energi yang berupa kenaikan produksi panas yang terjadi akibat proses metabolisme dan fermentasi dari zat-zat makanan. Energi ini dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh, tetapi bila berlebihan merupakan pemborosan. Nama lain dari HI adalah calorigenic effect atau thermogenic action dan kadang-kadang disebut specific dynamic action. Sampai dengan pengukuran ME, pengukuran dengan teknik bom kalorimeter dapat digunakan. Pengukuran HI tidak dapat lagi menggunakan bom kalorimeter, namun dengan teknik kalorimetri hewan. Kenaikan produksi panas ini sebagian besar berasal dari metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh.

Energi netto (NE) adalah sejumlah energi yang dapat digunakan hanya untuk pemeliharaan/hidup pokok (maintenance) atau untuk pemeliharaan/hidup pokok beserta produksi. NE dapat juga diekspresikan sebagai GE dari pertambahan bobot jaringan dan atau dari sintesis produk beserta energi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan/hidup pokok. Secara umum energi bersih untuk pemeliharaan/hidup pokok disebut NEm dan energi untuk produksi disebut NEp. NEm adalah NE dalam tubuh yang digunakan untuk tetap dalam kondisi keseimbangan. Dalam tingkat ini tidak terjadi penambahan atau pengurangan energi dalam jaringan tubuh. Nilai NEm umumnya ditentukan dengan mengukur produksi panas hewan percobaan yang berstatus gizi baik, dipuasakan, ada dalam lingkungan termonetral dan beristirahat. Produksi panas hewan yang berada dalam kondisi seperti itu disebut Basal Metabolic Rate (BMR). NEp adalah NE yang digunakan untuk kerja di luar kemauan, pertambahan bobot jaringan (pertumbuhan, atau produksi lemak), telur, bulu dan sebagainya.

Dari berbagai ketentuan di atas diartikan bahwa semua energi yang terdapat dalam feses dan dalam urin dianggap hanya berasal dari pakan saja, dengan demikian maka nilai DE, ME dan NE bukan merupakan nilai energi yang sebenarnya, akan tetapi merupakan nilai energi semu atau nilai yang tampak atau apparent energy. Oleh karena itu untuk nilai energi yang sebenarnya atau true energy harus dikoreksi terlebih dahulu dengan energi yang berasal dari bukan sisa pakan atau yang disebut energi endogenous.

Penggunaan energi diukur dalam kilokalori (kkal) atau kalori (kal). Satu kilokalori atau satu kalori adalah banyaknya panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu liter air dari 14,5oC menjadi 15,5oC. Ukuran lainnya adalah kilojoule (kJ) yang didefinisikan sebagai energi yang dibutuhkan untuk mengangkat benda satu kilogram setinggi satu meter. Satu kilokalori sama dengan 4,2 kJ.

Energi pakan terkandung dalam molekul karbohidrat, lemak, protein dan alkohol. Oksidasi metabolit dari molekul-molekul ini membebaskan energi dalam bentuk ATP dan senyawa-senyawa berenergi tinggi lain yang digunakan untuk mempertahankan gradien konsentrasi ion-ion, menjalankan reaksi biosintetik, untuk transport dan sekresi molekul melewati membran sel dan untuk menyediakan tenaga sel yang bergerak dan aktivitas otot.

Untuk File aslinya hubungi admin (tanpa biaya) ke email isdarmady@gmail.com atau Follow Twitter admin @isdarmady

Memanfaatkan Limbah Pertanian Untuk Pakan Kambing

Perkembangan ternak kambing belakangan ini dihadapkan pada terbatasnya sumber-sumber pakan, seperti berkurangnya tempat penggembalaan dan kekurangan pakan pada musim kemarau. Untuk menyediakan pakan, peternak bergantung pada hijauan pakan yang tumbuh liar, sehingga saat jumlahnya berkurang menyebabkan ternaknya mengalami kekurangan pakan.

Ternak kambing mampu mengkonsumsi cukup banyak jenis-jenis pakan selain hijauan. Untuk mengantisipasi kekurangan pakan terutama dimusim kemarau, sebagai alernatif kita dapat memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti tongkol jagung, tumpi jagung, kulit kacang hijau dan kulit kacang tanah, untuk menjadi pakan kambing.Limbah tersebut cukup melimpah pada saat musim panen, kebiasaan petani hanya dibakar. Namun sebenarnya bahan-bahan tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak kambing karena masih mengandung nutrisi.

Bahan-bahan penyusun ransum sederhana :
• Tongkol jagung yang telah dihaluskan
• Tumpi jagung
• Kulit kacang hijau yang sudah digiling
• Daun Gamal yang sudah kering
• Dedak padi
• Air gula merah, serta
• Probiotik.

Komposisinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No.

Jenis Limbah

Persentase

1.

Dedak padi

10,2 %

2.

Kulit Kacang Hijau

30,61 %

3.

Tongkol Jagung

25,51 %

4.

Tumpi jagung (kulit ari)

5,10 %

5.

Daun Gamal kering

20,41 %

6.

Air Gula

7,65 ltr/100 kg pakan

7.

Mineral/Garam

0,51%

 

Total

100 %

 

Probiotik (additif)

0,5 %

CARA MEMBUAT
1. Tongkol jagung kering dipotong-potong atau di hancurkan
2. Demikian halnya untuk kulit kacang hijau atau kulit kacang tanah harus diperkecil ukurannya terlebih dahulu atau di hancurkan.
3. Bahan-bahan dicampur dan diaduk secara merata.
4. Setelah merata kemudian dicampurkan air gula merah, garam dapur dan pakan starter/konsentrat atau probiotik. Diaduk lagi secara merata.
5. Bahan-bahan yang telah bercampur dapat disimpan dalam karung goni dan di peram selama 2 hari, disimpan pada tempat yang teduh dan kering (selama proses fermentasi)
6. Hasil dari bahan yang telah difermentasi, kemudian dibuka dan dikeringkan (dijemur) sampai kering betul agar dalam penyimpanan dapat tahan lama.

KANDUNGAN NUTRISI RANSUM

Sampel pakan

Serat kasar (%)

Protein Kasar (%)

Lemak kasar (%)

Energi

Call/gr

Ransum

Sederhana

32.64

5,10

1,61

4155,22

Sumber : Hasil analisa lab. BPTP NTB (2005)

PEMBERIAN PADA TERNAK
Bila ternak belum terbiasa memakannya, sebaiknya dilatih terlebih dahulu agar tidak stres dan menyebabkan tidak mau makan. Secara bertahap dikurangi pemberian hijauan dan diberikan ransum ini.
Ternak yang sudah terbiasa memakan ransum ini dapat diberikan tanpa hijauan lagi.

Pemberian pada ternak kambing berdasarkan bobot badannya :

Bobot Badan

(kg)

Ransum yg diberikan

(kg/ekor/hr)

15

25

30

0,6 – 1

0,9 – 1,2

1,0 – 1,5

Sumber : Laporan Pengkajian BPTP NTB, 2005

Pakan sederhana ini telah diuji coba di Sambelia Lombok Timur, terhadap 4 ekor kambing yang diberikan ransum tersebut selama 2 bulan. Pertambahan bobot badan harian yang diperoleh 65 gr/ekor/hari.

SUMBER ARTIKEL :

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
NUSA TENGGARA BARAT

Untuk File aslinya hubungi admin (tanpa biaya) ke email isdarmady@gmail.com atau @isdarmady

tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Amoniasi Jerami Padi

Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupunagroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya. Pengolahan cara fisik dan biologis memerlukan tenaga dan investasi yang cukup tinggi dan dalam skala besar, sering kali menjadi tidak berjalan. Cara kimia dengan “amoniasi” dirasa merupakan cara yang paling tepat dalam pengolahan ini, karena mudah dilakukan, murah, tidak mencemari lingkungan dan sangat efisien.

Potensi jerami padi, khususnya di Indonesia (Pulau Jawa) sangat besar. Pada musim hujan para peternak
tradisional dapat memberi sapinya dengan hijauan segar yang berlimpah, namun pada musim kemarau (paceklik) sebagian besar petani peternak memberi pakan ternaknya dengan jerami tanpa diolah. Meskipun jerami ini dapat di makan oleh sapi, namun sebagian tidak tercerna dan tidak akan menjadikan gemuk bagi ternaknya. Hal ini dikarenakan jerami padi mempunyai serat kasar yang tinggi (35 – 40%) dan protein yang rendah (3 – 4%). Dengan produksi lebih dari 26 juta ton pertahun (di Indonesia), maka sangatlah sayang kalau potensi jerami ini diabaikan.

Selanjutnya dapat di download :
KLIK DISINI
Back To Top