Informasi Dunia Peternakan, Perikanan, Kehutanan, dan Konservasi

Kejadian dan Penyebaran Feline Infectious Peritonitis pada Kucing (Felis catus)

Infeksi FCoV terjadi pada kucing di seluruh dunia. Survei serologis menunjukkan bahwa 25-40% kucing peliharaan memiliki seropositif terhadap FCoV, sedangkan gambaran ini meningkat mencapai 80-100% pada kucingkucing di breeding cateries. Walaupun infeksi FCoV pada populasi kucing tinggi, tetapi infeksi FIP relatif jarang terjadi secara langsung. Sebagian besar penyakit FIP yang terjadi diduga berasal dari mutasi FECV yang memang banyak terdapat pada pencernaan kucing dan relatif tidak berbahaya (Simons 2005).

FIP terjadi paling banyak pada anak kucing. Kasus klinis biasanya terjadi selama periode sapih, namun FIP terjadi antara umur 6 bulan dan 2 tahun. Secara umum mortalitas FIP relatif rendah sekitar 5% (Sparkes 2004). Virus FIP dapat bertahan hidup selama 2-3 minggu dengan suhu ruangan pada permukaan kering, termasuk pada peralatan makan kucing, mainan, kotak kotoran (litter), tempat tidur (bedding), pakaian kucing (clothing) atau rambut kucing. Dalam waktu 24 jam sejak virus tertelan, virus akan menyebar dari tonsil ke dalam saluran cerna. Dalam waktu 2 minggu sudah menyebar ke usus besar, kelenjar getah bening, dan hati. Dari sana ia dapat menyebar ke organ tubuh lainnya (Evermann et al 1995).

Anak kucing yang dilahirkan pada lingkungan dengan infeksi FcoV nampaknya dapat dilindungi oleh antibodi maternal. Bila kucing terinfeksi FcoV secara alami Pada umur 6-8 minggu titer antibodi maternalnya akan mengalami penurunan dan titer antibodi maternal akan meningkat kembali pada umur 8-14 minggu. Studi yang menggunakan PCR menunjukkan bahwa anak kucing akan mengeluarkan (shedding) virus pada feses pada umur 5-11 minggu dan pengeluaran virus ini biasanya mengarah pada serokonversi (Hartmann 2003).

Kucing sehat tertular coronavirus melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi atau kotorannya (feses). Kucing yang terinfeksi menyebarkan virus melalui liur dan feses. Penularan terutama terjadi melalui jalur fekal-oral, selain melalui air liur atau lendir dan saluran pernafasan. Anak kucing yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis, namun beberapa anak kucing dapat menunjukan gejala ringan sampai sedang seperti muntah dan diare selama beberapa hari dan juga mengeluarkan virus dalam fesesnya. Pada beberapa kucing shedding virus bersifat tidak teratur (intermitant) yang menunjukkan adanya infeksi berulang. Sedangkan shedding virus pada kucing lainnya bersifat persisten, yang menunjukkan adanya infeksi persisten di ileum, colon dan rektum. Meskipun demikian shedding virus dalam feses tidak berhubungan dengan besarnya titer antibodi dalam serum (Bell et al 2006).

Carier FCoV dalam jangka panjang yang tidak menunjukkan gejala klinis akan mengeluarkan virus dalam feses selama beberapa bulan, hal ini menunjukkan bahwa kucing tersebut terinfeksi oleh galur virus dengan virulensi rendah. Studi lain menunjukkan bahwa infeksi dengan galur virus FIP dapat mengarah pada status carrier jangka panjang (Sparkes 2004). Induk yang carrier dapat menularkan virus keanaknya. FIP biasanya ditemukan pada anak kucing yang menggunakan litter individual dalam jangka waktu lama. Selain itu kejadian FIP juga dipengaruhi oleh faktor stres. Beberapa faktor yang menyebabkan stres adalah perpindahan tempat, tindakan bedah, vaksinasi dan adanya infeksi oleh virus lain seperti Feline Leukemia dan Feline Imunodeficiency (Sparkes 2004).

Infeksi FCoV terjadi melalui rute fekal-oral. Sekali kucing sudah terinfeksi biasanya akan bersifat persisten dan mengeluarkan virus dalam fesesnya, sedangkan beberapa kucing mengeluarkan virus hanya pada waktu tertentu. Virus bereplikasi dalam enterosit matang di usus halus dan besar, yang menyebabkan diare dan muntah. Gejala terparah ditunjukkan dengan adanya lesio yang parah di ileum, dengan terjadinya atrofi vili dan fusi vili ( Foley 2005).

Infeksi Galur virus FCoV penyebab enteritis bersifat terbatas khususnya hanya pada epitelium saluran intestinal. Galur FCoV penyebab FIP mampu menerobos barier usus dan menimbulkan infeksi sistemik terkait replikasi di dalam makrofag. Penelitian mengunakan RT-PCR material genom FCoV ditemukan ekstra intestinal pada kucing sehat dengan FCoV seropositif (Sparkes 2004).

Sumber Artikel (Klik Disini)



Labels: Kesehatan Ternak, Kucing

Thanks for reading Kejadian dan Penyebaran Feline Infectious Peritonitis pada Kucing (Felis catus) . Please share...!

0 Comment for "Kejadian dan Penyebaran Feline Infectious Peritonitis pada Kucing (Felis catus) "

Back To Top