Kecernaan pakan
sering didefinisikan sebagai bagian yang tidak diekresikan dalam feses dimana
bagian–bagian lainnya diasumsikan diserap oleh tubuh ternak (McDonald et
al., 1995). Menurut Anggorodi (1994) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
daya cerna ransum yaitu suhu, laju, perjalanan pakan melalui alat pencernaan,
bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan
dari zat makanan lainnya.
Kecernaan bahan
kering dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas
ransum (Hakim, 2002). Selain itu, Sutardi (1980) juga menyatakan bahwa nilai
kecernaan bahan organik juga dapat menentukan kualitas pakan tersebut. Nilai
kecernaan bahan kering kelinci yang diberi ransum berbentuk pelet yaitu sebesar
47% (Cheeke, 1987). Amrinawati (2004) melaporkan bahwa kecernaan bahan kering
kelinci yang diberi ransum komplit mengandung bungkil kedelai dan tepung ikan
sebesar 54,66-66,66%, sedangkan kecernaan bahan kering kelinci yang diberi
ransum biomassa ubi jalar sebesar 46,83% (Khotijah, 2006).
Cheeke (1987)
menyatakan bahwa fraksi serat kasar yang berpengaruh terhadap kecernaan pakan
adalah ADF. Hal ini sejalan dengan pernyataan Khotijah (2006) yaitu kecernaan
bahan kering dipengaruhi oleh kadar ADF dalam ransum yang merupakan komponen
tanaman yang sulit dicerna oleh ternak. Kandungan ADF normal untuk kelinci
menurut Cheeke (1987) berkisar antara 13%-25%. Salah satu unsur yang terpenting
dalam ransum kelinci adalah protein (NRC, 1977). Kecernaan protein kasar
dipengaruhi oleh tingginya kandungan protein kasar dalam ransum (Garcia et
al., 1993).
Kecernaan
zat-zat makanan akan cenderung meningkat apabila kadar protein bahan makanan meningkat,
serta kualitas protein sangat penting untuk kelinci karena konsumsi akan
meningkat jika dalam ransum mengandung protein yang berkualitas tinggi (Lang,
1981). Faktor lain yang mempengaruhi kecernaan protein adalah ADF (Acid
Detergent Fiber). Pakan yang mengandung ADF tinggi kemungkinan kandungan
selulosa dan ligninnya tinggi, sehingga menyebabkan menurunnya kecernaan protein
(Cheeke, 1987). Amrinawati (2004) melaporkan bahwa kecernaan protein dipengaruhi
oleh komposisi asam amino yang terdapat pada bahan pakan penyusunnya dan
bagaimana asam amino tersebut digunakan dalam tubuh ternak.
Kecernaan
protein kelinci yang diberi ransum komplit mengandung bungkil kedelai dan
tepung ikan berkisar antara 67, 79% - 78,78% (Amrinawati, 2004), sedangkan
kecernaan protein kelinci yang diberi ransum biomassa ubi jalar sebesar 70,75%
(Khotijah, 2006). Krisnanto (2007) melaporkan bahwa kecernaan serat kasar
kelinci yang diberi ransum mengandung tepung ubi jalar (Manihot esculenta)
yaitu sebesar 92,57% sedangkan menurut Nicodema et al. (2007) kecernaan
serat kasar kelinci yang diberi ransum mengandung kulit kedelai dan tepung biji
anggur sebesar 21,6%.
Daftar Pustaka
Amrinawati, A.
2004. Kombinasi bungkil kedelai dan tepung ikan dalam ransum kelinci jantan
muda yang mengandung ampas teh terhadap kecernaan dan retensi nitrogen. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggorodi, R.
1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.
Cheeke, P. R.
1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Academic Press, INC. Florida. Khotijah, L.
2006. Penambahan urea atau DL-Methionin ke dalam ransum komplit biomassa ubi
jalar pada kelinci. Med. Pet. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 29(2):89-95.
Gracia, J., J.
F. Galvec and J.C. De blas. 1993. Effect of substitution of sugarbeet pulp for
barley in diet for finishing rabbits on growth performance and on energy and
nitrogen efficiency. J. Anim. Sci. 71: 1823-1830.
Hakim, R. S.
2002. Evaluasi in vitro respon mikroba rumen ternak ruminansia terhadap
penambahan asam amino daba (2.4-diamino butyric acid) dan Acacia vilosa dalam
ransum. Skripsi. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Khotijah, L.
2006. Penambahan urea atau DL-Methionin ke dalam ransum komplit biomassa ubi
jalar pada kelinci. Med. Pet. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 29(2):89-95.
Krisnanto, D.
2007. Evaluasi penggunaan tepung ubi kayu ( Manihot esculenta ) sebagai
campuran pollard dan ampas tahu dalam ransum terhadap kecernaan serat kasar dan
protein kasar pada ternak kelinci peranakan New zealand white.
Departrmen of Animal Husbandry.
Lang, J.1981.
The Nutrition of the Commercial Rabbit. I. Physiology, Digestibility and
Reviews Series B51 (A). Common Wealth, Bureau of Nutrition. Ministry of
Agriculture, Fisheries and Food, Wolverhamton. England.
McDonald, P., R.
A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 1995. Animal Nutrotion. 5th Ed. John Wiley
and Sons Inc., New York.
National
Research Councill (NRC). 1977. Nutrient Requirements of Rabbits. National
Academy of Sciences. Washington D. C.
Nicodemus, N.,
J. Garcia, R. Carbano and J. C. De Blas. 2007. Effect of substitution of a
soybean and grape seed meal mixture for traditional fiber sources on digestion
and performance of growing rabbits and lactating does. J. Anim. Sci. 85:
181-187
Sutardi, T.
1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
0 Comment for "Kecernaan Zat Makanan Kelinci"