Domba
diklasifikasikan dalam Kingdom: Animalia; Phylum: Chordata (Hewan
bertulang belakang); Class: Mammalia (Hewan menyusui); Ordo: Artiodactyla
(Hewan berkuku genap); Family: Bovidae (Memamah biak) dan Spesies;
Ovis aries (Ensminger, 1991). Domba lokal mempunyai posisi yang
sangat strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi ekonomis, sosial
dan budaya, serta merupakan sumber gen yang khas untuk digunakan dalam
perbaikan bangsa domba di Indonesia melalui persilangan antar bangsa
domba lokal dengan domba impor (Sumantri et al., 2007).
Bangsa-bangsa
ternak lokal penting untuk dilindungi karena mempunyai keunggulan antara
lain mampu bertahan hidup pada tekanan iklim dan pakan yang berkualitas rendah,
penyakit dan gangguan caplak, sumber gen yang khas, produktif dipelihara dengan
biaya rendah, mendukung keragaman pangan, pertanian dan budaya (FAO, 2002).
Domba lokal di
Indonesia dikelompokkan ke dalam dua bangsa yaitu Domba ekor Tipis dan Domba
Ekor Gemuk. Domba ekor tipis sebagian besar berada di Jawa Barat, dengan bobot
badan rata-rata betina dewasa sekitar 20 kg (bervariasi, domba di dataran
tinggi memiliki bobot badan rata-rata 27 kg, sedangkan di dataran rendah, rata-rata
bobot badan yang dimiliki adalah 16 kg) tinggi badan 55 cm serta memiliki bulu
yang agak tebal dan sebagian besar bulunya berwarna putih dengan belang hitam
di sekitar mata. Domba jantan bertanduk namun tidak pada betina (Gatenby, 1991).
Domba Ekor Tipis diduga berasal dari India atau Bangladesh (Devendra dan McLeroy,
1982). Salah satu strain dari Domba Ekor Tipis adalah Domba Garut atau Priangan,
dimana domba dengan jenis kelamin jantan biasa digunakan untuk kesenian adu
domba, ukuran tubuh domba ini cukup besar, memiliki ukuran telinga yang kecil
dan berwarna hitam (Gatenby, 1991).
Domba Ekor Gemuk
tersebar di Jawa Timur dan Nusa Tenggara (Sutana 1993; Doho 1994). Menurut
Gatenby (1991) Domba Ekor Gemuk berasal dari Pakistan dan Timur Tengah, domba
ini memiliki ukuran tubuh yang lebih besar, ekor gemuk dan bulu yang lebih
tipis dibandingkan dengan Domba Ekor Tipis, baik jantan maupun betina dari
domba ini tidak bertanduk.
Domba betina
yang telah bunting akan mengandung anaknya selama 150 hari atau selama hampir 5
bulan, dimana lama kebuntingan ini bervariasi antara 147 sampai 153 hari. Pada
awal kebuntingan, stress pada induk domba dapat menyebabkan kematian embrio dan
bobot lahir anak yang rendah, sehingga diperlukan manajeman yang baik pada
domba bunting, terutama dalam hal asupan nutrien, selain itu dua minggu sebelum
melahirkan adalah waktu yang tepat untuk pemberian vaksin, karena pada waktu
ini induk domba memproduksi antibodi dalam jumlah besar yang akan ditransfer ke
anaknya saat anak domba menyusu pertama kali pada induknya (first suckled)
(Gatenby, 1991).
Daftar Pustaka
Devendra, C.
& McLeroy G.B. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Longman.
London.
Ensminger, M. E.
1991. Animal Science. 9th
Edition.
The Interstate Printer and Publisher. Inc, Danville. Illionis.
Food and
Agriculture Organization (FAO). 2002. Conserving and Developing Farm Animal
Diversity. Secretariat of The Report on The State of The World’s Animal Genetic
Resource. Rome.
Gatenby, R. M.
1991. Sheep. Macmillan Education Ltd. London.
Sutana, I. K.
1993. Domba ekor gemuk di Indonesia, potensi dan permasalahannya. Dalam: Usaha
ternak domba dan kambing menyongsong era PJPT II. Prosiding sarasehan 13-14
Desember 1992. Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI). Cabang Bogor dan
Himpunan Pengusaha Domba dan Kambing Indonesia (HKDI) Cabang Bogor. Bogor.
Labels:
Domba
Thanks for reading Domba. Please share...!
0 Comment for "Domba"