Menurut Senjaya (2002),
pembudidayaan gurame pada usaha pembenihan memegang peranan penting karena
selama ini ketersediaan benih siap tebar masih belum dapat mengimbangi
permintaan benih untuk usaha pembesaran. Terbatasnya ketersediaan benih antara
lain disebabkan sebagian besar petani masih melakukan pembenihan di kolam
sehingga tingkat mortalitas benih cukup tinggi, terutama setelah benih menetas
sampai ukuran 1 cm.
Senjaya (2002) menyatakan bahwa
peluang untuk mengembangkan pembudidayaan gurame masih sangat besar disebabkan
hasil dari pembudidayaannya masih belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam
negeri, apalagi pasar ekspor. Karena itu, peluang usaha pembenihan dan
pembesaran gurame masih sangat menjanjikan dan perlu terus ditingkatkan.
Besarnya peluang usaha gurame ini didasarkan pada beberapa hal, di antaranya
keunggulan yang dimiliki gurame bila dibandingkan dengan ikan air tawar
konsumsi lainnya.
Menurut Mahyuddin (2009)
keunggulan yang dimiliki Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) dapat
dibudidayakan di kolam air tenang dan minim oksigen karena memiliki alat
pernafasan tambahan selain insang yaitu labirin. Ada beberapa jenis ikan
gurame, antara lain: Angsa, Jepun, Blausafir, Paris, Bastar dan Porselen. Ikan
ini pada umumnya mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah
dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang
tubuhnya. Ketinggian lokasi yang cocok untuk budi daya gurame adalah 0—800 m
dpi dengan suhu 24—28° C. Gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah,
sehingga tidak akan produktif jika suhu tempat hidupnya lebih rendah dari
kisaran suhu optimal.
Budidaya ikan gurame memerlukan
kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan
benih, kolam pendederan, kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan
sebelum di pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan
pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan
air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, serta
pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk
digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan
gurame. ( Mahyuddin, 2009).
Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan
proses budidaya. Kolam tanah yang digunakan per kolam seluas 80-400 m2 . Pada
tahapan persiapan kolam yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah
dengan cara membuka saluran outlet dan menutup saluran inlet
yang mana merupakan
pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5
hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika
nanti diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup. Tahap
kedua mempersiapkan pematang, ukuran pematang disesuaikan dengan luas
kolam.Pematang yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena
itu rumput yang tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu.
Pemasangan kemalir dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika
panen benih ikan akan mudah di ambil. Pemberian kapur untuk meningkatkan pH
air, sekaligus merangsang populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah. Dosis
kapur yang digunakan adalah 0,05 kg/m2 dan terbesar adalah 0,15 kg/m2 . Jumlah
kapur yang diberikan disesuaikan dengan luas lahan. Proses selanjutnya
pemupukan yakni dengan mencampurkan urea 1 kg, TSP 1,5 kg dan postal
secukupnya, tujuan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami didalam kolam. (
Kurniawan, 2011).
Teknik budidaya ikan gurame
terdiri dari kegiatan pembenihan, pendederan, pembesaran sehingga produksi ikan
gurame terbagi atas tiga jenis yakni telur dan larva gurame dari hasil
pembenihan, benih gurame dari hasil pendederan dan gurame pedaging dari hasil
pembesaran. Kegiatan pembenihan dilakukan tahap pemijahan, penetesan telur dan
perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga
menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan. Kegiatan pendederan dibagi
atas lima tahap pemeliharaan benih yang siap dibesarkan yaitu satu, pemeliharaan
benih gurame dari 0,5 gram sampai 1 gram selama satu bulan. Dua, pemeliharaan
benih gurame dari 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama satu bulan. Tiga,
pemeliharaan benih gurame dari 5 gram mencapai berat
20-25 gram selama dua bulan. Empat, pemeliharaan
benih gurame 20-25 gram sampai 75-100 gram selama dua bulan. Lima,
pemeliharaan benih gurame dari 75-100 gram sampai berat 200-250 gram selama
tiga bulan. Kegiatan pembesaran, pemeliharaan benih atau membesarkan benih
hasil pendederan minimum berkisar dari 100 gram atau 250 gram hingga mencapai
ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama lebih kurang 3 bulan.
Tapi, terkadang petani ikan membesarkan ikan gurame hingga mencapai 700-1.000
gram per ekor untuk memenuhi permintaan konsumen. (Mahyuddin, 2009)
Teknik budi daya secara intensif dapat
menghasilkan gurame dengan produktivitas tinggi dan pertumbuhan yang cepat.
Teknik budidaya ini dapat mengatasi pertumbuhan ikan gurame yang tergolong
lambat serta dapat memperbaiki teknik pemeliharaan konvensional yang selama ini
lazim dilakukan petani gurame. Pertumbuhan ikan gurame dapat dipacu dengan
meningkatkan produktivitas gurame antara lain melaiui pemeliharaan yang baik,
meliputi padat penebaran yang tepat, pengelolaan air yang baik, pemberian pakan
yang tepat, jumlah pakan yang mencukupi, serta penanggulangan hama dan
penyakit. Pemeliharaan secara intensif dapat menghasilkan benih berkualitas
baik, sehat, dan seragam ukurannya. Tingkat kehidupannya mencapai 85—90%, lebih
besar dari pemeliharaan benih biasa yang tingkat kematiannya mencapai 50—70%.
Media yang dipakai dalam pendederan dan pembesaran secara intensif adalah
keramba jaring apung. Benih yang digunakan untuk memproduksi gurame ukuran
konsumsi (berat minimum 500 gram per ekor),sebaiknya sudah memiliki berat
sekitar 100 gram per ekor dan berasal dari lokasi yang ketinggian dan iklimnya
sama dengan lokasi pembesaran. Benih yang memenuhi persyaratan tersebut
biasanya memiliki laju pertumbuhan cepat. ( Senjaya, 2002)
Menurut
Jangkaru (2007), Jenis pakan ikan gurame terdiri dari pakan alami (organik)
berupa daun-daunan maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami
yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott),
Kangkung (Ipomea reptans Poin), ketimun (Cucumis sativus L), labu (Curcubita
moshata Duch en Poir). Selain itu, gurame juga dapat diberi pakan tambahan
berupa pelet yang mengandung protein tinggi, yaitu sekitar 32% dengan porsi
2—3% dari bobot badan per hari.
Hama yang biasanya menganggu ikan gurame
adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), serangga
air seperti ucrit (larva Cybister sp), pesaing ikan budidaya seperti mujair, hewan pengganggu seperti
katak (Rana spec), ular dan tikus. Gangguan penyakit dapat lebih mudah
menyerang ikan gurame pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih dingin.
Penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit tapi biasanya bersumber dari
faktor lingkungan berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam
belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena
keturanan. Cara mengetahuinya apabila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya
lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar. Penyakit
parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang,
maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat
berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai
mikroorganisme lainnya. (Jangkaru, 2007)
Permasalahan yang sering dihadapi
pada pembudidaya ikan gurame adalah adanya cita rasa lumpur pada daging ikan
gurame yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada
budidaya intensif di kolam dengan sistem air tergenang. Berdasarkan hasil
penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan
Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan gurame dapat dihilangkan
dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurame pada air yang bersalinitas 8
atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurame ini mengakibatkan perubahan
waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam, dan tesktur semula
lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur
daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan
selama 7 hari ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
Sumber
:
Jangkaru, Z. 2007. Memacu
Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Kurniawan, M. Optimalisasi Input
Produksi Budiday Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.
Mahyuddin, K. 2009. Panduan
Lengkap Agribisnis Ikan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Senjaya,Y. 2002. Usaha
Pembenihan Gurami. Cetakan 2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Labels:
Ikan Air Tawar,
Perikanan,
Seri Budidaya
Thanks for reading Budidaya Ikan Gurame. Please share...!
0 Comment for "Budidaya Ikan Gurame"