Ikan
menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi. Energi yang dicerna
dari protein untuk metabolisme pada ikan memiliki presentase lebih tinggi dari
pada hewan darat. Penambahan panas untuk protein yang dikonsumsi pada ikan
lebih rendah dari pada mamalia atau burung, dimana protein memberikan nilai
energi produktif yang lebih tinggi untuk ikan (Lovell, 1989).
Watanabe
(1988) mengemukakan bahwa pertumbuhan ikan dan konversi pakan sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas pakan, jumlah pakan yang
dikonsumsi, dan suhu air. Faktor tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi
kebutuhan nutrisi dan tingkat nutrien pakan. Halver dan Hardy (2002) menemukan
bahwa Channel catfish tumbuh maksimal saat diberikan pakan 24% atau 26% protein
pakan, apabila pakan diberikan sebanyak yang seharusnya dikonsumsi.
Tetapi
bila ikan diberi makan lebih sedikit dari kebutuhannya, ikan membutuhkan
kandungan protein lebih tinggi untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal. 6
Kebutuhan protein bagi Channel catfish telah dipelajari dari berbagai studi,
yang mana memberikan keputusan yang berbeda-beda antara 24-55% (Webster dan
Lim, 2002). Faktor yang menyebabkan perbedaan kebutuhan protein pakan adalah
ukuran ikan, tingkat pemberian pakan, kualitas protein atau komposisi asam
amino, persentase pakan alami, Digestible Energy (DE), suhu air, dan padat
penebaran (NRC, 1993).
Halver
(1989) menyatakan bahwa kandungan protein pakan optimal untuk ikan dipengaruhi
oleh keseimbangan protein dan energi, komposisi asam amino, kecernaan protein
dan sumber energi dalam pakan. Kebutuhan protein Channel catfish juga berbeda
tergantung pada ukuran dan stadia hidup. Berdasarkan pada studi di kolam,
kandungan protein minimum untuk pertumbuhan maksimum pada catfish tebar
fingerlings hingga ukuran pasaran adalah sekitar 24% jika diberi makan at
satiation.
Tetapi
konsentrasi protein pakan minimum untuk pertumbuhan optimal, processing yield,
dan tampilan komposisi badan adalah sekitar 28%. Kandungan protein 24-26%
secara nyata mendukung pertumbuhan maksimum pada pembesaran catfish di kolam
jika pemberian pakan at satiation, tetapi ada kecenderungan meningkatkan
kegemukan badan jika dibandingkan dengan pakan mengandung 28% atau 32% protein,
yang seharusnya meningkatkan DE/P ratio dalam protein pakan rendah (Tucker dan
Hargreaves, 2004).
Untuk
tumbuh normal ikan bukan hanya memiliki kebutuhan protein, melainkan juga
membutuhkan asam amino esensial yang terkandung dalam protein. (Webster dan
Lim, 2002). Channel catfish membutuhkan sepuluh asam amino esensial sama
seperti kebanyakan hewan lainnya. Adanya Cystine dan tyrosine pada pakan dapat
mengurangi kebutuhan methionine dan phenylalanine.
Cystine dapat menggantikan 60% kebutuhan methionine dan tyrosine 50% dari
phenylalanine untuk Channel catfish (NRC, 1993). Kebutuhan asam amino
menggambarkan jumlah asam amino yang diperlukan per ekor per hari, sebagai
persentase dari pakan, atau sebagai persentase protein pakan (Tucker dan Hargreaves,
2004). Oleh karena itu komposisi asam amino bahan penyusun pakan terutama asam
amino esensial harus diperhatikan kelengkapannya dan penyusunan formulasi
disesuaikan dengan kebutuhan ikan.
Protein
merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam-asam amino, baik esensial
maupun non esensial. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh,
sehingga asam amino tersebut perlu diberikan melalui pakan (NRC, 1993). Redmond
et al. (1998) dalam Mayasari (2005) menyatakan bahwa taurin adalah asam amino
β-sulfonat yang merupakan turunan dari metabolisme methionine dan cystine.
Taurin diindikasikan memiliki peranan utama dalam berbagai fungsi biologis
tubuh. Peranan tersebut antara lain dalam stabilitas membran, antioksidan,
keseimbangan homeostasis dari kalsium, menstimulasi glikolisis dan
glikogenesis, memacu pertumbuhan, osmoregulasi dan penglihatan. Taurin tidak
digunakan untuk pembentukan protein tubuh, tetapi banyak ditemukan dalam
keadaan tidak terikat dengan asam amino intraseluler dari banyak tipe sel.
Efektivitas
dari formulasi pakan didasarkan pada energi yang dapat dicerna dan pakan dapat
dievaluasi melalui pengukuran pertambahan berat, efisiensi pakan atau konversi
pakan, dan komposisi tubuh ikan yang menerima pakan atau retensi. Retensi
protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat
diserap dan dimanfaatkan untuk membangun dan memperbaiki sel tubuh yang rusak,
serta dimanfaatkan tubuh bagi metabolisme harian (Halver, 1989). Mayasari
(2005) menyatakan bahwa penambahan methionine dan taurin masing-masing sebesar
0,2% dalam pakan ikan lele dumbo dapat meningkatkan retensi protein dan retensi
lemak.
Sumber
Artikel (Klik dan Download)