Konsumsi
ransum ialah jumlah ransum dan zat makanan lain yang dimakan dalam jumlah waktu
tertentu dan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup (Wahju,
2004). Menurut Tillman et al. (1991), konsumsi diperhitungkan sebagai
jumlah makanan yang dimakan oleh ternak dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
hidup pokok serta produksi ternak tersebut. National Research Council (1994)
menyatakan bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh bobot tubuh ayam, jenis
kelamin, aktivitas sehari-hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum.
Wahju (2004) menyatakan bahwa besar dan bangsa ayam, suhu lingkungan, tahap
produksi dan energi dalam ransum dapat mempengaruhi konsumsi. Laju pertumbuhan
yang cepat diimbangi oleh konsumsi makanan yang banyak (Amrullah, 2004).
Kebutuhan nutrisi ayam broiler menurut National Research Council (1994) dapat
dilihat pada Tabel.
Tabel. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler
Nutrien
|
Periode
|
|
Starter
|
Starter
|
Finisher
|
Protein Kasar (%)
Energi Metabolis
(kkal/kg)
Kalsium (%)
P Non Fitat (%)
Asam Linoleat (%)
Histidin (%)
Glisin dan Serin
(%)
Treonin (%)
Arginin (%)
Metionin (%)
Metionin dan Sistin
(%)
Valin (%)
Fenilalanin (%)
Isoleusin (%)
Leusin (%)
Lisin (%)
|
23,00
3.200
1,00
0,45
1,00
0,35
1,25
0,80
1,25
0,50
0,90
0,90
0,72
0,80
1,20
1,10
|
20,00
3.200
0,90
0,35
1,00
0,32
1,14
0,74
1,10
0,38
0,72
0,82
0,65
0,73
1,09
1,00
|
Suhu
lingkungan yang disertai dengan kelembaban tinggi dapat menurunkan konsumsi
ransum dan mengganggu proses metabolisme sehingga berakibat defisiensi zat-zat
makanan untuk pertumbuhan dan produksi (Syamsuhaidi, 1997). Tingkat energi
dalam ransum menentukan jumlah ransum yang dikonsumsi. Tingkat konsumsi akan
menurun jika ransum berenergi tinggi. Ransum dengan kandungan energi tinggi
harus diimbangi dengan protein, vitamin dan mineral yang cukup agar ayam tidak
mengalami defisiensi protein, vitamin dan mineral (Wahju, 2004).
Pemberian
beberapa herbal terhadap broiler telah dilakukan, diantaranya oleh Rosalyn
(2005) yang menyatakan bahwa pemberian temulawak sebesar 0,4% memberikan hasil
optimum pada peningkatan konsumsi di periode starter. Pemberian ampas mengkudu
yang meningkat menyebabkan penurunan konsumsi (Bintang et al., 2007).
Penambahan serbuk kunyit, serbuk bawang putih, dan mineral zink tidak
memperbaiki dan juga tidak menurunkan konsumsi ransum ayam penelitian
(Purwanti, 2008).
Daftar
Pustaka
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler.
Cetakan Ketiga. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.
Bintang,
I. A. K. dan S. N. Jarmani. 2006. Penggunaan kencur (Kaempferia galanga L.),
bawang putih (Akkium sativum L.) dan kombinasinya dalam pakan broiler. Dalam:
Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usahaternak
Unggas Berdayasaing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hal: 53-57
National
Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Revised Ed.
National Academy Press, Washington.
Purwanti,
S. 2008. Kajian efektifitas pemberian kunyit, bawang putih dan mineral zink
terhadap performa, kadar lemak, kolesterol, dan status kesehatan broiler.
Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rosalyn,
E.M. 2005. Pengaruh pemberian kunyit (Curcuma domestica Val.) atau
temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dalam ransum terhadap performa
broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syamsuhaidi.
1997. Penggunaan duckweed (famili Lemnaceae) sebagai pakan serat
sumber protein dalam ransum ayam pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tillman,
A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo dan L. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahju,
J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
0 Comment for "Konsumsi Ransum Ayam Pedaging dan Faktor yang Mempengaruhinya"