BIS mengandung
serat kasar yang tinggi dan sekitar 20% protein kasar (McNab dan Boorman,
2002). Menurut Elisabeth dan Ginting (2003), BIS kurang disarankan sebagai
bahan baku pakan ternak non-ruminansia karena kandungan serat kasar pada BIS
lebih tinggi dibandingkan bahan baku sumber protein lainnya. Bungkil inti sawit
(BIS) adalah hasil samping dari proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini
diperoleh dengan cara proses kimia atau dengan cara mekanik (Mirwandhono dan
Siregar, 2004).
Sebuah pabrik
minyak sawit yang kapasitas mesinnya dapat memproses 800 ton buah sawit
segar/hari akan menghasilkan 5 ton lumpur sawit kering dan 6 ton bungkil inti
sawit kering per hari (Horne et al., 1994). Untuk setiap hektar kebun
kelapa sawit, maka akan diperoleh limbah lumpur sawit sebanyak 840–1260 kg dan
567 kg bungkil inti sawit (Sianipar et al., 2003).
Menurut Adeniji
(2004), ransum yang mengandung bungkil inti sawit tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, serta
konversi ransum. Peningkatan level penggunaan bungkil inti sawit (12,5; 25;
37,5; dan 50 %) dalam ransum mengakibatkan penurunan level bobot badan akhir
kelinci. Persentase penggunaan bungkil inti sawit sebagai pengganti bungkil
kacang tanah dalam ransum yang optimal dan direkomendasikan sebagai pakan untuk
kelinci lepas sapih adalah 37,5 % dari total bungkil kacang tanah atau 7,5%
dari total ransum (Adeniji, 2004).
Daftar Pustaka
Adeniji, A.A. and O.A. Omonijo.
2004. The replacement value of palm kernel cake for groundnut cake in the diets
of weaner rabbits. Livestock Production Science 85: 287–291.
Elizabeth, J. dan S. P. Ginting.
2003. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan
ternak sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Horne, P.M., K.R. Pond and L.P.
Batubara. 1994. Strategies for utilizing improve forage for developing sheep
enterprises in North Sumatera and Aceh. Paper Dipresentasikan pada Seminar
Produksi Peternakan Domba di Sumatera Utara dan Prospek Pengembangannya
Mendukung Segitiga Pertumbuhan Utara. Pusat Penelitian Karet, Sumatra Utara.
McNab, J. M. and K. N. Boorman.
2002. Poultry Feedstuffs: Supply, Composition, and Nutritive Value. CABI
Publishing, Oxfordshire.
Mirwandhono, E. dan Z. Siregar.
2004. Pemanfaatan hidrolisat tepung kepala udang dan limbah kelapa sawit yang
difermentasi dengan Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus dan Thricoderma
viridae dalam ransum ayam pedaging. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Sianipar, J., L.P. Batubara, S.
P. Ginting, K. Simanihuruk dan A. Tarigan. 2003. Analisis potensi ekonomi
limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai pakan kambing potong.
Laporan Hasil Penelitian, Sumatera Utara.
Labels:
Bahan Pakan,
Kelinci,
Ransum
Thanks for reading Bungkil Inti Sawit untuk Ransum Pakan Kelinci . Please share...!
0 Comment for "Bungkil Inti Sawit untuk Ransum Pakan Kelinci "